Pelajaran Berharga Bernama Goodbye

135 12 1
                                    

       Tidak ada yang bisa kulakukan dengan hati ini. Hati inilah yang memilih kepada siapa dia mengirimkan getaran dan mencinta walaupun orang itu tidak layak sekalipun.
        Farah mendatangiku. Dia mempercepat waktu kepulangannya dari kerja lembur. Mukanya sudah tidak segar lagi. Make up dan lipstiknya menghilang tidak terlihat lagi jejaknya. Aku bisa melihat dengan jelas betapa Farah cukup tertekan dengan pekerjaannya. Tekanan selalu ada dalam setiap pekerjaan, bukan? Tapi apakah kita mampu bertahan dalam tekanan itu? Well, kita butuh seumur hidup untuk menjawabnya.
       "Gue pinjam handuk lo! Gue mau mandi dulu sebelum bersenang-senang. Badan gue lengket semua."
        Aku memberikannya handuk milikku. Aku sendiri sedang bersiap-siap memilih pakaian yang akan kupakai untuk clubbing. Mungkin ini salah satu cara aku mengendurkan saraf-sarafku yang tegang mengingat dalam seminggu ini aku akan meninggalkan keluarga Aditya. Seandainya ada cara untuk bisa tetap tinggal. Tapi aku tak mampu berucap. Gadis itu dengan mudahnya memenuhi setengah dari kekosongan hatiku. Aku memberikan sentuhan terakhir pada make-up-ku. Malam ini aku menggunakan smoky eyes make-up tanda kalau aku akan bersenang-senang nanti and I will let the bitch inside me get out to have fun after hibernating so long.
        "Wow. You look gorgeous, G. I miss the old you. Let's hit this night. Forget our problems for temps. Gue pinjem baju lo. Gue nggak mungkin kesana pake pakaian kerja."
        Aku meminjamkan gaunku. Walau gaunku terlalu pendek dipakai Farah tapi Farah tidak terlihat keberatan. Setelah kami selesai berdandan, kami segera keluar menuju mobil Farah. Kami tidak menjumpai Aditya. Mungkin Aditya masih di ruang kerjanya. Aku memberitahukan orang yang di rumah kalau aku pergi dengan Farah. Just in case, who knows Aditya mencariku yang kalau dipikir-pikir tidak akan pernah mungkin dia lakukan.
       Aku dan Farah memasuki klub yang sering kami kunjungi. Suasana musik keras menghentak. Orang-orang yang datang kesini segera mencari kegiatan yang ingin mereka lakukan. Disudut dinding club ini aku menemukan pasangan yang sedang make-out. Mereka terlihat menikmati apa yang mereka lakukan. Terlihat dari tidak diperdulikannya orang-orang yang lalu lalang dan musik yang menghentak. Mereka seakan di dunia mereka sendiri. Dan orang-orang disekitar mereka pun nampak tidak perduli. Aku jadi merasa tidak nyaman. Selama ini aku juga termasuk salah satu diantara mereka yang masa bodoh dengan keadaan di sekitar klub. Aku mencoba bertahan. Aku ingin keluar dari tempat ini.  Tempat para hedonis mencari kesenangan termasuk aku. Tapi aku tidak mungkin membuat kesal Farah karena yang mengajaknya pergi itu aku. Aneh sekali. Aku rasa aku berubah. Tempat ini dulu sering menjadi rumahku dikala aku sedang suntuk tapi sekarang berubah menjadi tempat yang mengerikan. Aku tidak tahu apakah selama menjadi guru privat praktis membuat kebiasaanku menjadi berbeda. Aku dan Farah duduk di meja depan bartender.
       "Tequilla dong!"pinta Farah kepada bartender. "Elo mau pesen apa?"tanya Farah padaku.
        "Gue fruity punch nggak pake alkohol."
        "Hei, kita kesini untuk bersenang-senang. Kok elo membatasi diri?"tanya Farah kepadaku karena memesan minuman non alkohol.
        "Salah satu dari kita mesti stay sober, kalo dua-duanya mabuk nanti siapa yang nyupir. Elo aja yang bersenang-senang. Elo lebih membutuhkan hiburan."
       "Kalo kayak gitu. Elo disini aja. Gue mau turun."
       Farah segera turun ke tempat dimana orang-orang menggoyangkan dan meliuk-liukkan tubuhnya. Aku melihat seorang laki-laki mendekati Farah dan memepeti tubuhnya ke Farah sambil bergoyang. Farah pun meliukkan tubuhnya lebih liar lagi di depan laki-laki asing itu. Aku sebenarnya khawatir soalnya Farah tadi baru minum segelas Tequilla. Walau aku tahu toleransi Farah terhadap minuman beralkohol cukup tinggi. Mudah-mudahan dia belum sepenuhnya mabuk. Aku sendiri hanya melihat-lihat suasana disekitarku sambil ditemani bartender yang kukenal.
      "Gue nggak pernah liat elo datang lagi sejak terakhir elo mesen jus jeruk."
      "Hectic life!" Aku tidak ingin mendiskusikan masalah hidupku dengan orang asing. Bartender itu tahu aku sedang tidak mood berbicara. Aku merasa tidak betah. Aku ingin pulang tapi Farah terlihat menikmati interaksinya dengan laki-laki itu. Mana dari tadi ada beberapa laki-laki yang mendekatiku dengan modus mengajakku berbicara atau mentraktirku minuman. Aku benar-benar tidak mood malam ini. Padahal maksud aku menelpon Farah adalah berbaring manis di kamarnya sambil bercerita masalah kami semacam pesta piyama.
       Farah dan patner barunya mendatangiku.
       "Kayaknya gue hari ini nggak pulang deh. I guess I will and need to get laid off."
        "Gue nggak perduli elo mau ngapain. Antar gue pulang dulu. Gue nggak mau elo tinggalin gue disini sendiri."
        Farah berbisik kepada laki-laki itu dan laki-laki itu mengangguk. It's too early to go but I prefer going home to staying here alone. Farah dan laki-laki itu mengantarkanku ke rumah Aditya. Ah...sekarang pukul 1.45 pagi. Semua orang pasti tidur. Bisa-bisa aku tidur di pos satpam. Satpam yang melihat mobil kami terjaga mendengar bunyi deru mobil yang aku tumpangi dan dia membukakan pagar ketika melihat aku yang keluar dari pagar.
        "Mbak Jenna darimana baru pulang? Tidak baik anak perawan pulang pagi", tanya satpam yang menjaga rumah ini dan tentu saja aku dekat dengannya. Makanya dia berani menegurku.
        "Dari acara pesta ulang tahun teman, Pak", jawabku. Nah aku mulai kebingungan bagaimana aku bisa masuk ke rumah. Bakal tidur di pos satpam. Tubuhku lemas melunglai dan tiba-tiba pintu terbuka. Aditya dengan wajah dingin dan kakunya melihatku. Aku bersyukur ternyata aku bisa tidur dengan nyenyak malam eh salah pagi ini. I miss my beloved bed. Tapi ketika aku melangkah ingin masuk, tubuh Aditya menghalangi pintu. Aku sudah capek. Benar-benar ngantuk sampai tidak tahan lagi untuk ke kamarku.
        "Apapun yang ingin Anda katakan, katakan saja besok pagi. Please! Saya benar-benar mengantuk."
        Aditya meminggirkan badannya dari pintu membiarkanku masuk. Aku segera ke kamarku dan langsung tertidur di kasurku tanpa mengganti pakaian dan membersihkan make-upku. Tidurku nyenyak sekali.

Precious Words for Kaitlin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang