Malam Minggu adalah waktunya aku istirahat dari kegiatan jualan apartemen. Ingin jalan-jalan, ke pesta, atau dugem tidak punya uang. Lagipula dua kegiatan yang dulu kulakukan hampir setiap malam minggu entah kenapa selain tidak lagi menarik perhatianku tapi juga membutuhkan modal yang besar. Semua gerakku menjadi terbatas, terbatas hanya di rumah. Tidak ada orang di rumah selain satpam. ART di rumah juga memiliki acaranya sendiri. Bahkan papaku pun punya acara makan malam dengan patner main golf-nya dan papaku tidak mau mengajakku. Entahlah papa tidak pernah terbiasa melibatkan aku di urusan bisnisnya sampai aku benar-benar mampu mengambil alih kepemimpinannya. Jualan satu apartemen saja aku belum bisa apalagi berbicara tentang modal dan investasi ke businessmen teman-teman papa. Mungkin butuh waktu belasan tahun seperti hubungan Rangga dan Cinta untuk bersatu baru aku mampu mengambil alih perusahaan ini. Sekarang aku hanya membiarkan hidupku mengalir apa adanya.
Aku memutuskan menonton salah satu film lawas koleksi punya papaku. Baru kali ini aku tertarik untuk melihat-lihat koleksi piringan hitam papaku. Gone with the Wind, Casablanca, Sundays at Tiffany's, Sound of Music, Mary Poppins dan masih banyak lagi tumpukan piringan hitam. Old but gold. Itu kata papaku. Sebenarnya film-film itu bukanlah my league walaupun film-film produksi Marvel tentang superheroes zaman now pun bukan pula kesukaanku. Melihat pembungkus piringan hitam yang berjudul Sound of Music yang menampilkan wajah Julie Andrews masih muda membuatku penasaran untuk menonton film yang sedang kupegang ini. Bagaimana aku bisa tahu tentang Julie Andrews? Well, jika kau suka menonton Princess Diary maka Julie Andrews yang ada di film itu sama dengan Julie Andrews yang aku lihat di pembungkus piringan hitam ini. It is such blind choice to start. But, I should give it a try, shouldn't I? Lampu kumatikan biar seakan-akan aku sedang di bioskop. Terlihat Miss Andrews yang berperan sebagai Annie, seorang calon biarawati yang sedang menyanyikan lagu yang berjudul Sound of Music di pembukaan filmnya di padang rumput. Lalu lagu-lagu lain seperti 16 going 17, Do Re Mi... Hell... Aku baru sadar this is musical movie. Mirip-mirip Film High School Musical atau Pitch Perfect. Tapi versi zaman baholak. Tapi aku suka lagu-lagunya. Lagu yang menarik perhatianku adalah My Favorite Thing. Lagu yang dinyanyikan Miss Andrews bersama anak-anak yang diasuhnya pada saat mereka ketakutan karena petir. Anyway yang jadi Captain von Trapp di film itu keren banget. Emang sih nggak kayak Dewa-Dewa Yunani dengan 6 roti sobek versi penulis-penulis Wattpad. Tapi untuk ukuran duda dengan tujuh orang anak di zaman 60s, he is totally a catch.
Kembali pada scene ketika mereka menyanyikan lagu My Favorite Things, aku teringat pada Kaitlin. Gadis kecil yang aku rindukan. Aku tidak pernah bertemu lagi dengannya sejak hari aku meninggalkan rumah Aditya. Sejak 8 bulan lalu aku meninggalkan pekerjaanku sebagai guru privat Kaitlin, aku masih sering membaca jurnal-jurnal penelitian tentang disleksia dan metode-metode lain yang bisa digunakan untuk mengajar Kaitlin. Salah satunya adalah dengan mengenalkannya berulang-ulang melalui nursery rhymes. Nursery rhyme itu sendiri seperti sajak pendek singkat sederhana untuk anak-anak dan biasanya memiliki kata-kata yang memiliki bunyi yang hampir mirip diakhir kata. Menurut salah satu ahli syaraf, Usha Goswami dari Cambridge menyatakan bahwa anak-anak dapat mengatasi disleksia dengan mempelajari nursery rhyme, bernyanyi dan menari. Semua pengalaman yang berhubungan dengan kegiatan berirama seperti nursery rhyme, bernyanyi dan menari bisa membantu selama temponya sesuai dengan bahasanya. Lagu My Favorite Things sangat cocok sekali untuk dikenalkan pada Kaitlin. Lagu-lagu yang memiliki sajak AB AB atau terdapat nursery rhyme buat anak-anak yang ingin belajar membaca sambil bernyanyi. Contoh nursery rhyme yang dimiliki Indonesia seperti lagu yang sering dinyanyikan ibu-ibu ke anak-anak mereka.
Pok ame ame
Belalang kupu
Siang makan nasi
Kalo malam minum susu
.....Lagu My Favorite Things bisa digunakan sebagai media untuk mengajar Kaitlin mengenal kata-kata yang memiliki bunyi-bunyi huruf yang sama diakhir kata. Kaitlin's first language is English. Dengan banyaknya bunyi kata dalam Bahasa Inggris yang perlu diketahui Kaitlin akan menyulitkannya belajar. Aku sendiri bukanlah penutur asli Bahasa Inggris jadi ada beberapa bunyi huruf yang kurang familiar sehingga aku kesulitan mencontohkan pengucapannya kepada Kaitlin pada saat itu. Sebenarnya ada banyak buku-buku Dr.Seuss yang dimiliki Kaitlin yang dapat digunakan untuk mengenal bunyi huruf dan merangkainya menjadi kata yang dibuat khusus untuk anak-anak belajar membaca, tapi lagu-lagu dalam film ini bisa juga digunakan untuk membangun kesadaran fonologi Kaitlin. Musiknya berirama ceria dan lirik-liriknya mencerminkan dunia anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Words for Kaitlin!
De TodoIni adalah cerita perjuanganku untuk seorang gadis kecil yang cantik bermata hazel bernama Kaitlin. Dengan piciknya aku menganggap aku hanya sendiri yang berjuang dengan hidupku, tapi Kaitlin, seorang gadis kecil yang manis yang kutemui karena nasib...