Just a Fling?

127 11 0
                                    

      Tidak ada yang bisa aku katakan mengenai hubunganku dengan Aditya. Hubunganku dengannya masih tetap sebagai atasan dan bawahan. Mestinya aku memberanikan diri bertanya apa maksud Aditya menciumku dan dia menciumku sebanyak 3 kali? Hell, no status? I am not a random girl who will say yes to make out with him. Tapi pertanyaan itu tidak mampu aku utarakan. It was just gone with the wind.

****

        Aku menyiapkan gambar-gambar 26 huruf  buatanku sendiri yang bisa ditempel dan dilepas. Aku menunjukkan urutan gambar-gambar huruf tersebut di kotaknya. Aku meminta Kaitlin untuk membaca huruf-huruf tersebut. Kaitlin kelihatan bosan tapi percayalah aku lebih bosan mengulangi belajar huruf-huruf ini. Kaitlin mencoba menyebutkan masing-masing huruf di gambar tersebut. Kaitlin masih mengalami kesulitan karena aku mendengar sedikit keraguan dalam suaranya ketika dia menyebutkan huruf b dan p atau d. Tapi setidaknya aku bisa melihat kemajuan yang bisa dikatakan lumayan berarti dalam beberapa bulan jika dibandingkan pada saat pertama kali kami bertemu. Kaitlin juga sekarang lebih penurut dan bisa diajak bicara. Aku mencoba menggunakan cara yang aku lihat di YouTube dengan mengacak huruf-huruf yang ada di kotak. Aku meminta Kaitlin untuk menyusun huruf-huruf tersebut sesuai dengan urutan sebelumnya. Dan voila! I am kinda surprised seeing her taking care of those letters into each box in order. FYI, she did it so fast.
       "Great job, K! I never thought that you would do it so fast and you put those letters in the right box. Wow...Amazing! I am super proud of you."
        Aku segera memeluk Kaitlin. Kaitlin menerima pelukanku. Wajahnya terlihat bangga dan bahagia mendengarkan pujianku. She turns into a cute and lovely girl. I adore her so much. She puts her best effort for herself. Aditya pasti senang mendengar kemajuan Kaitlin. Kaitlin memiliki kemampuan mengingat posisi gambar huruf dengan baik walau dia memiliki kesulitan dalam menghapalkan huruf-hurufnya. Aku masih kesulitan menemukan cara yang tepat. Aku tahu jika penderita disleksia memerlukan penanganan khusus dan cara mereka belajar sedikit berbeda dari anak-anak normal lainnya. Dan aku dengan bangga mengatakan Kaitlin is great in her way.
        Aku tidak mau merusak kebahagiaan Kaitlin dengan menyuruhnya belajar dan belajar. Aku sadar aku harus memberikannya waktu untuk beristirahat agar mood Kaitlin tidak berubah buruk. Aku tidak bisa memaksakan Kaitlin untuk belajar seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Setidaknya Kaitlin deserves to have a small reward.
      "K, let's go to the park! We will play this afternoon. No study at all for today. You did an awesome job."
       Kaitlin tersenyum lebar ketika mendengar kalimat no study at all.  Aku lebih berbahagia mendengar no teaching at all.
       "I love you, Bu Jenna. You are the best!" Kaitlin mengacungkan jempolnya padaku. Hatiku terenyuh. Kalimat pujian yang Kaitlin berikan membuatku haru sampai meneteskan airmata. Aku merasa sedih. Dalam seminggu ini kontrakku sebagai guru privat Kaitlin akan berakhir. Aku tidak pernah menyangka kalau Kaitlin yang pernah membuatku jengkel, dengan mudahnya mengubah perasaanku menjadi sayang. Aku bisa apa. Aku harus menjalani hidupku yang lain. Kembali menjadi putri ayahku dan Kaitlin pun harus belajar untuk menerima kenyataan orang yang datang tentu saja cepat atau lambat akan pergi dari hidupnya. Aku banyak belajar dari Kaitlin. Dari kata-kata yang dirangkainya dalam bentuk ejaan sehingga dia mampu mengucapkannya. Aku pasti akan merindukan gadis kecil ini.
      "I love you, too. Give me a bear hug." Kaitlin menghampiriku dan langsung memelukku. Aku pun langsung memeluknya erat-erat dan berharap pelukan ini tidak akan terlepas. Aku mencium seluruh wajahnya. Kaitlin tertawa kegelian.
      "Let's have fun, K!"
       Sesampai di taman dekat rumah Kaitlin mengajakku bermain jungkit-jungkitan. Kaitlin terlihat senang belum lagi kesenangannya bertambah ketika dia bisa membuatku berada di atas sedangkan dia di bawah. Padahal aku menumpukan kedua kakiku lalu mendorongnya agar Kaitlin bisa berada di bawah dan aku di atas.
        "Bu Jenna, aku suka bermain. Later, we should come here again togethre with daddy and Aunt Cassie."
         Mendengar Kaitlin menyebut nama Cassie mengingatkanku pada penghianatan yang aku lakukan padanya. Aku sudah berciuman dengan tunangannya. Secinta-cintanya aku dengan Aditya, aku tidak boleh menyakiti hati wanita lain. Aku tidak mau menjadi bodoh dan buta karena cinta yang terlalu berlebihan.
        Aku memberikan senyuman terpaksaku kepada Kaitlin.
        "Tentu saja. You could ask your dad and Aunt Cassie to come over to this park. Just three of you, K. You also may ask your dad to ask for a present if you think you do your best thing in your study. K..." Aku memandang wajahnya yang cantik.
        "Ya, Bu Jenna?"
       "Is that hard for you to read or to memorize the letters?"tanyaku pada Kaitlin.
       "It is really hard. I couldn't even remembre and differentiate some letters and some sounds no matter how hard I try work on them. My previous teachers didn't know my difficulties. I really want to read many fairytale books in bedtime. But I can't. They made me sad. They often said I was so hopeless. I asked daddy what did "hopeless" mean?" Dad got furious when he found out that those teachers were saying that to me. That's why I really hate studying. I got mad to all teachers who had come to me. I don't wanna listen the word hopeless again from another teacher."
       Aku tidak menyadari jika Kaitlin menyimpan luka. Kaitlin sering mendapat cercaan hanya karena disleksia yang dia derita. Aku ingin menolong Kaitlin menghadapi dunia yang kadang begitu kejam untuk anak yang memiliki kesulitan seperti Kaitlin. Aku ingin menjadi perisai bagi Kaitlin dari orang-orang yang jahat dan aku juga ingin mengatakan kepada mereka yang memiliki prasangka buruk terhadap anak-anak penderita disleksia. Mereka tidak berbeda dari anak normal lainnya. Hanya saja dibutuhkan ekstra perhatian dan cara belajar yang sedikit berbeda dari anak-anak lain. Contohnya saja banyak penderita disleksia menjadi orang yang sukses. Salah satunya ilmuwan  seperti Einstein yang terkenal karena kejeniusannya saja pada masa kecilnya merupakan penderita disleksia. Lalu dari mana dia bisa menemukan teori relativitas yang menjadi dasar dari pembuatan bom atom, yang mampu menghancurkan sebuah daerah dalam hitungan detik. Nagasaki dan Hiroshima itu contoh nyata dari kehebatan bom atom yang menggunakan teori relativitas Einstein. Tentu saja karena Einstein belajar dengan keras. Penderita disleksia tidaklah bodoh malah mereka lebih pintar dari anak-anak pada umumnya.
       "I hope you won't give up, K. For the sake of your self and your beloved dad. You must fight for your disability and difficulty."
        Setelah pembicaraan serius kami, Kaitlin terpecah konsentrasinya melihat anak-anak kecil bermain perosotan. Dia segera ketempat perosotan itu dan ikut bermain dengan mereka. Kaitlin tetaplah anak kecil yang dengan mudahnya melupakan rasa sakit hatinya hanya dengan sebuah perosotan dan mungkin ditambah ayunan. Sore itu kami bersenang-senang.

Precious Words for Kaitlin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang