"Mom? mom? can you hear me?"
"Yeah, honey, what's wrong?"
"Itu pesawat dari Sydney nyampenya jam berapa ya?"
"Sekitar jam 8 sayang, kamu ini lagi di mana?"
"Aku udah di airport kok, ini lagi di Starbucksnya, masih jam 8 kurang ini"
"Okay, maaf ya mom gak bisa disana"
"It's okay mom, have fun there"
"Okay, we will"
"I love you two, happy anniversary"
"We love you too, bye"
"Bye" Kemudian aku menekan tombol merah.
Aku kembali menaruh handphone ku di atas meja dan meraih gelas frappucinoku yang tinggal setengah gelas. Mom dan Dad lagi merayakan wedding anniversary-nya mereka di UK, tempat mereka pertama ketemu. Sebenarnya dad mengajak aku untuk ikut, tapi aku nolak. Aku ingin perayaan ini spesial buat mom dan dad karena mereka dapat 'our very own week'. Lagian kalau aku ikut, siapa yang akan menjemput Luke dari bandara?
Aku melirik jam di tangan kemudian memutuskan untuk siap-siap pergi ke tempat Luke bakal keluar. Aku memasukan handphone dan dompetku ke dalam tas dan menggendongnya lalu meraih papan nama bertuliskan 'Luke Hemmings. Exchange Student.'
Aku berjalan menuju terminalnya dan menunggu di barisan para penjemput. Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya ada pengumuman kalau pesawat dari Sydney sudah mendarat. Aku langsung mengangkat papan nama itu setinggi dada. Satu persatu orang mulai muncul. Aku mengamati setiap orang yang muncul. Tiba-tiba seorang laki-laki berambut blonde dengan model spike dan pakaian serba hitam berjalan mendekatiku sambil menggerek kopernya dan menggendong tas punggungnya.
"Are you Winston?" Tanya nya.
"Yes, Luke Hemmings?" tanyaku memastikan.
"Ya I'm Luke, nice to meet you" ucapnya sambil menjabat tanganku.
Setelah menjabat tangan, aku langsung menariknya ke dalam sebuah pelukan. Hanya untuk membuat dia nyaman dan sebagai tanda dimulainya hubungan persaudaraan antara kami. Lagipula, orang-orang sepertiku memang terbiasa menyambut orang dengan sebuah pelukan.
Saat aku memeluknya, tak kusangka kalau tubuhnya sangat tinggi. Aku harus jinjit hanya untuk meraih bahunya. Aih.
"Where's your parents?" tanya nya setelah melepas pelukan.
"They're still in UK, celebrating their wedding anniversary"
"Oh okay"
"Shall we?" ajakku.
"Sure" jawabnya sambil kembali menggerek kopernya.
Aku sempat menawarkan diri untuk membantunya menggerek koper, namun ia menolak. Katanya gak enak minta bantuan adik angkat di hari pertama. Iya, adik, Luke beda 7 bulan lahirnya dariku.
Aku berjalan di depan Luke, menerobos keramaian bandara malam itu. Sesampainya di luar bandara, aku langsung menghentikan sebuah taksi, sang supir membantu Luke mengangkat kopernya ke dalam bagasi. Selama di perjalanan pulang benar-benar tak ada percakapan sama sekali. Sempat aku meliriknya sebentar, dari ekspresinya terlihat ia kelelahan. Bawah matanya terlihat gelap dan matanya memerah. Karena takut mengganggunya, aku mengurungkan niat untuk membuka pembicaraan.
Dari bandara menuju rumah memakan waktu kurang lebih 45 menit. Luke hanya asyik memandang keluar jendela mobil sambil memainkan kabel headphonenya. Aku berniat untuk mengirimkan pesan kepada mom.
To: Mommy
Luke udah nyampe, kita lagi di perjalanan menuju rumah.
Sent.Aku kembali memasukkan handphone ke dalam tas dan merogoh dompetku, mengeluarkan uang untuk membayar ongkosnya karena tidak lama lagi kita akan sampai.
Kemudian taksi berhenti di depan rumah bergaya vintage. Aku membayar ongkosnya kemudian keluar dari taksi. Sang supir membantu mengeluarkan koper Luke dari bagasi kemudian pergi."Home sweet home" ucapku sambil membukakan pintu lebar-lebar, mempersilahkan Luke masuk.
Ia masuk perlahan sambil memerhatikan setiap detail dari rumah sementara aku menutup pintu dan menguncinya.
"C'mon I'll show you your room" ajakku.
Ia sedikit kesulitan saat harus membawa kopernya menuju lantai dua. Tapi akhirnya berhasil setelah aku ikut membantunya.
"This is your room" ucapku sambil membukakan pintu ruangan di depan kamarku.
Ia masuk duluan dan meninggalkan kopernya di luar kamar. Ruangan ini dulunya digunakan untuk kamar tamu, banyak action figure koleksi dad yang sengaja di simpan di dalam lemari kaca di ruangan itu. Pastas saja Luke langsung masuk dan melupakan kopernya. Aku menarik kopernya masuk ke dalam kamarnya.
"This is so cool" puji Luke sambil memerhatikan setiap figure.
"Yeah it's dad's" sahutku.
"I'll make a tea, you can take a shower or whatever, I'm in the kitchen if you need something" ucapku sambil menunjuk keluar pintu.
Luke hanya menoleh sebentar lalu mengangguk dan kembali memerhatikan action figures yang tertata rapi di dalam lemari. Aku beranjak menuju dapur lalu membuatkan teh hangat untukku satu dan untuk Luke satu. Aku juga menyuguhkan kue dari dalam kulkas.
Aku membawa semuanya ke ruang tengah dan menyalakan tv, mencari stasiun tv yang menayangkan acara yang menarik. Berkali-kali aku mengganti channel akhirnya pilihanku jatuh kepada acara musik.
Saat baru saja aku mau memanggilnya, Luke sudah turun dari lantai atas mengenakan celana santai selutut dengan kaos polos berwarna putih. Dia langsung duduk di sebelahku sambil mengambil bantal sofa.
"Here you go" ucapku sambil menyodorkan segelas teh hangat untuknya.
Ia langsung kembali duduk tegap dan meraih gelas dari tanganku. Setelah berterima kasih, ia langsung meminumnya perlahan.
Luke.... benar-benar di luar ekspektasiku. Aku mengira exchange student itu adalah seorang kutu buku, mengenakan kacamata dengan rambutnya yang selalu rapi. Sedangkan Luke nampak sangat berbeda, iya tak mengenakan kacamata, rambutnya di spike dan bahkan terlihat lebih menarik dibanding para pemain basket di tim sekolahku. Harus ku akui itu.
"What?" tanya Luke dengan masih menempelkan bibirnya di mulut cangkir dan menatapku.
"Eh?"
"Why did you staring at me like that?" Jelasnya lagi.
"What? no, nothing" ucapku sambil menghindari kontak mata.
"I'm tired I need to sleep, you need to take a rest too, good night" ucapku sambil berjalan meninggalkannya sendiri.
First awkward moment.
Rasanya ingin menghantamkan kepalaku ke tembok kamar setelah menyadari caraku menyikapi awkward moment tadi terlihat sangat bodoh. Aku mengutuk diriku yang payah dalam menghadapi situasi seperti tadi.
Semoga kedepannya aku bisa lebih pintar menghadapi awkward moment seperti tadi. Lebih bagusnya, kalau aku tak terjebak dalam awkward moment.
------------
Hayooo kalian kalo menanggapi awkward moment kaya Valerie gak? Main kabur gitu aja haha, dasar Valerie.Gimana nih? Kebayang gak sosok Luke yang aku ceritakan? Bayangin sendiri-sendiri aja deh ya biar enak juga kalian berkhayalnya.
Ohiya, leave a VOTE and COMMENTS!!!! *maksa*
Ditunggu part selanjutnya ya! See ya ;))P.s aku sudah memutuskan untuk mempublish satu part baru setiap 4 harinya. Karena aku suka sama sesuatu yang terorganisir, kayanya setiap 4 hari sekali ini bakal aku publish pada jam-jam setelah maghrib.
So, tunggu aja update-an selanjutnya di 4 hari kedepan pada waktu maghrib. Thanks xx
![](https://img.wattpad.com/cover/49733091-288-k950815.jpg)
YOU ARE READING
IS IT LEGAL? (Luke Hemmings)
FanfictionValerie Winston, falling in love with her brother, Luke Hemmings. Her feelings getting bigger and bigger as Luke stay in the room next to her. "But he's my brother!" ------------------- Bahasa Indonesia