Dad tak memperbolehkan aku untuk sekolah, katanya luka di kakiku belum kering semua dan untuk menghindari terjadinya gesekan, dad melarangku untuk pergi ke sekolah. Huh padahal hari ini akan ada pertandingan voli antar kelasku melawan kelas lain.
Aku sedang duduk di sofa ruang tengah saat dering telpon rumah berbunyi. Telpon itu ada di atas nakas sebelah sofa. So close yet so far. Aku meregangkan tubuhku agar dapat meraih telpon itu. Yap! dapat!
"Halo? Bisa bicara dengan Valerie?" ucap orang di ujung sana.
"Saya Valerie, ada yang bisa saya bantu?" Jawabku.
"Oh, hi Val"
"Ini siapa ya?" Tanyaku dengan alis beradu.
"Ini aku, Jack"
"Jack? Jack Johnson?" tanyaku meyakinkan.
"Ya, kau apa kabar? Sudah baikan?" tanya nya.
"Oh, sudah, walau agak susah gerak tapi udah jauh lebih baik, makasih udah bertanya"
"It's okay"
"Eh, kau gak sekolah? Ini kan masih jam pelajaran?" tanyaku setelah melihat jam dinding.
"Kelasku kosong, semua guru di sekolahku sedang sibuk mempersiapkan acara ulang tahun sekolahku" jelasnya.
"Oh, gitu"
"Eh aku gak ganggu kan?" tanya nya.
"Engga kok, justru aku lagi gabut dirumah gara-gara belom di bolehin pergi sekolah sama dad"
"Oh begitu... eh Val, sudah dulu ya, ternyata guruku masuk kelas. Aku tutup sambungannya ya, bye"
"Bye" jawabku lalu menutup panggilan.
Huft masih lama sampai Luke pulang. Eh. Maksudku, kan kalau Luke sudah dirumah bisa aku ajak ngobrol atau apapun. Sendirian di rumah dengan keadaan gak boleh banyak gerak bener-bener bikin gatel.
Untung saja mom sudah menyiapkan camilan, minuman, gadget dan beberapa keperluanku di meja ruang tengah sebelum pergi kerja. Aku langsung meraih toples camilan lalu menyalakan tv dan menonton film di netflix.
**
"Halo Val!!!" Suara menggelegar itu memasuki rumah.Aku langsung mengubah posisi jadi duduk, padahal sedikit lagi aku masuk ke alam mimpi.
Dari pintu, masuklah Sasha, Chloe, Perry, Anne dan Luke. Yang teriak tadi Sasha, emang dia kalo udah main ke rumah suka menganggap kaya di rumah sendiri.
"Ada apa rame-rame kesini?" tanyaku.
"Mau nengokin lo lah, emangnya mau nengokin siapa lagi?" Ucap Sasha sambil duduk di sebelahku.
"Gue ke kamar dulu ya, badan gue lengket semua, gue mau mandi dulu" ucap Luke yang masih mengenakan jerseynya.
Mereka—Sasha, Chloe, Perry dan Anne—duduk melingkar di kursi yang ada sambil mengibaskan tangannya di depan wajah. Aku meraih remote ac dan menyalakannya dengan suhu paling rendah. Kasihan kayanya diluar panas sampai-sampai mereka berkeringat hanya dari sekolah ke rumahku.
"Gue denger lo jatoh dari tebing? kok bisa?" tanya Anne.
Akhirnya aku menceritakan semua detail sampai hipotesis Luke yang ngaco itu pun aku ceritakan. Tak sekali mereka memberi ekspresi kesakitan. Hey! Yang kesakitan kan aku, kenapa mereka harus ikut-ikutan memasang ekspresi seperti itu?
"Hey, gue mau nanya sesuatu" ucap Chloe sambil menengok ke lantai atas.
"Aleisha itu kaya gimana sih orangnya?" Tanyanya dengan setengah berbisik.
Huh, anak satu ini lagi malah nanya yang out of topic. Mau gak mau aku kasih tau semua yang aku tahu tentang Aleisha sampai mulutku berbusa. Udah macam kuda aja.
"Oh, okay, kalo gitu gue bakal nunggu sampai Luke dan Aleisha pisah"
"Maksud lo?!" Tanyaku dengan nada meninggi.
Aku, Sasha, Perry dan Anne kompak menoleh cepat ke arah Chloe. Apa maksud ucapannya?
"Enggak! Gak kayak itu!" Dengan panik Chloe menenangkan kami. "Gue bakal nunggu sampai ada kesempatan lagi, gue gak bakal ngehancurin hubungan mereka. You know me, walau gue emang orangnya ngototan tapi gue gak setega itu hancurin hubungan orang yang gue sayang" lanjutnya.
Kami semua mengangguk. Baiklah, kalau seperti itu aku tak masalah. Bahkan aku salut dengan ketabahan Chloe, dia masih rela nunggu orang yang jelas-jelas udah punya pacar.
Tak lama, Luke turun dari lantai atas dengan rambut yang masih basah.
"Luke, gue gak masak. Lo kalo laper bisa masak sendiri kan?" ucapku saat melihat Luke melangkah menuju dapur.
"Ohiya! Gue hampir lupa! Ini gue bawain makanan, sengaja beli buat dimakan bareng-bareng soalnya gue belum makan siang hehe" ucap Chloe sambil mengeluarkan bungkusan McDonald's.
"Nah gitu dong, sering-sering mampir sambil bawa makanan hehe" ucapku sambil meraih bigmac.
Kami makan siang bersama sambil mengobrol dan bercanda. Sesekali Luke jadi korban candaan karena posisinya sebagai laki-laki sendiri di ruangan.
Tiba-tiba, bel rumah berbunyi dan terdengar ketukan dari pintu depan. Kami semua saling tatap-tatapan, seolah saling menebak siapa yang ada di balik pintu.
Akhirnya Luke bangkit dan beranjak menuju pintu depan. Saat pintu dibuka, seseorang berdiri di depan pintu sambil membawa sesuatu di tangannya. Aku yakin itu laki-laki karena sepatu yang digunakannya adalah sepatu laki-laki.
"Siapa Luke?" tanyaku dari ruang tengah.
"Hi, Val!"
----------------------
Hayoloh itu siapa yang dateng?
Aduh maaf ya part ini pendek bgt, bingung abisnya mau bikin kek gimana :(
Aku lagi sibuk nih, besok aku tampil flashmob dan harus ngurusin stand kelasku karena besok sekolahku ada pra-event.
Yaudah, aku masih harus ngurusin buat besok, VOTE and COMMENTS yaaaa thank you xx
YOU ARE READING
IS IT LEGAL? (Luke Hemmings)
FanfictionValerie Winston, falling in love with her brother, Luke Hemmings. Her feelings getting bigger and bigger as Luke stay in the room next to her. "But he's my brother!" ------------------- Bahasa Indonesia