Melihatnya adalah sesuatu yang sangat aku sukai.Senyumannya adalah senyum yang tak bisa kulupakan.Tapi memilikinya adalah suatu yang sangat mustahil bagiku.Terlebih saat ini di sebelahku ada seseorang yang lebih pantas dan lebih berarti untuknya dibanding diriku yang bahkan tidak akan pernah terlintas di pikirannya.
Tapi untuk saat ini aku tidak peduli,biarlah aku mendapatkan rasa bahagiaku hanya dengan memandanginya yang tengah bermain basket itu.Tidak perlu ada keinginan mustahil semisal dia harus menjadi milikku,karena untuk saat ini melihatnya saja sudah cukup bagiku.Aku tidak naif dengan mengatakan hal itu,karena hal itu memang benar adanya."Kelvin ayo Kelvin"Charlotte nampak memberi semangat kepada Kelvin yang sekarang tengah menguasai bola basket yabg berada di tangannya.Andai saja aku bisa menyemangati Kelvin sebagaimana yang Charlotte lakukan.Aku tersenyum miris.
"Kelvin sangat lihai bukan?"tanya Charlotte tiba-tiba sembari memiringkan wajahnya ke arahku.
"Ya Kelvin sangat lihai.Dia kapten basket sekolah kita.Wajar bukan?"jawabku sambil tersenyum.
"Ya,kamu benar.Aku sangat bangga menjadi pacarnya"Charlotte tersenyum menerawang.Kenyataan itu.Kenyataan yang membuat hatiku tertohok.
"Oh,iya.Kamu sudah lama bersahabat dengan Putra?"tanya Charlotte lagi.Aku mengernyit bingung,tidak mengerti siapa yang dia maksud.
"Putra?"tanyaku balik memastikan.
"Iya Putra,Fagio Putra.Aku biasa memanggilnya Putra."jawabnya,tetapi setelah dia mengatakan itu seketika dia seperti salah tingkah sendiri.
"Oh Gio,sudah lama.Sejak TK,kami sudah saling mengenal.Karena rumah kami berada di komplek yang sama.Kamu kenal dekat dengannya?"tanyaku penuh selidik.
"Eh,itu.Waktu kelas 10,aku sekelas dengannya.Tidak begitu dekat sih"jawabnya agak gugup kalau aku lihat.Atau hanya perasaanku saja?entahlah.
"Oh"aku ber-oh ria.
Kalau dipikir lagi memang benar adanya sih.Saat kelas 10 Gio dan Charlotte bahkan juga Kelvin berada di kelas yang sama.Tetapi saat kelas 11 Charlotte memilih kelas IPS sementara Kelvin dan Gio lebih memilih kelas IPA,sama sepertiku.Gio juga sekelas denganku saat ini,hanya saja sepertinya keberuntungan belum berpihak padaku.Karena kelasku dan Kelvin berbeda,walau jurusan kita sama.Aku menghela nafas pelan.
Permainan basket mereka sepertinya sudah selesai.Menurutku lebih cepat dari biasanya,padahal jam menunjukkan pukul setengah 5,sama seperti rabu-rabu sebelumnya.
Oh iya,mungkin karena aku mempunyai teman mengobrol di rabu kali ini.Memang benar,sedari tadi baik aku maupun Charlotte selalu mencari topik pembicaraan yang menarik,walau sebenarnya Charlotte yang lebih sering mencari topik pembicaraan itu.Dia menganggapku seperti teman yang sudah dia kenal lama.Dan menurutku Charlotte itu tipe orang yang asik dan ramah.Padahal kebanyakan siswi Harapan Bakti sering mengatainya sombong dan segala macamnya untuk menjelekkan Charlotte.Tapi sejauh yang kulihat,sepertinya Charlotte jauh dari apa yang mereka bilang.Kulihat Gio datang menghampiri kami lebih dulu,karena sepertinya Kelvin masih berbincang dengan temannya.
Kusorongkan air mineral yang kubeli di kantin tadi saat jam istirahat yang belum sempat kuminum pada Gio."Thanks.Tau aja lo"ujarnya duduk di sebelahku sambil mengacak rambut kuncir kudaku.Jadi ini cara dia berterimakasih pada orang yang telah memberinya minum?dasar Gio.
"Apa-apaan sih Gio?acak-acakan tau.Nyebelin"gerutuku.
"Biar aja.Wlek"cibirnya.
"Waktu Gio sekelas sama kamu pasti dia nyebelin kan Char?"tanyaku pada Charlotte mencari pembelaan atau lebih tepatnya aku merasa tidak enak karena dari tadi Charlotte tidak bersuara.
"Hah?hm,iya"jawab Charlotte sembari tersenyum kaku,sangat terlihat canggung.Lalu mengalihkan perhatiannya lagi ke depan,mungkin dia menunggu kelvin menghampirinya.Kenyataan itu membuat hatiku terasa sakit.
"Tuh kan,apa aku bilang.Kamu itu selalu nyebelin"aku tersenyum penuh kemenangan.Setidaknya inilah bentuk pengalihan perhatianku dari Kelvin.
"Dia gatau apa-apa tentang gue.Gak usah lo sok nanya sama dia tentang gue"ucap Gio ketus,memutar bola matanya.
Dari samping kananku aku bisa merasakan bahwa Charlotte terhenyak dengan ucapan Gio barusan.
Akupun sepertinya akan melakukan hal yang sama bila aku berada di posisi Charlotte.Malah mungkin aku akan menanyakan apa maksud dari ucapan Gio barusan.
Tapi yang ada Charlotte hanya diam saja.Padahal aku yakin dia mendengar apa yang Gio katakan tadi."Gio,mulutnya jaga dong"bisikku padanya.Gio tak menanggapiku,malah kembali meneguk air minumnya.
"Pulang sekarang?Gak minum dulu?"terdengar suara Charlotte bertanya pada seseorang.Aku menoleh ke arah Charlotte dan mendapati Kelvin dengan wajah datarnya.Tidak seceria saat dia berpamitan pada Charlotte untuk pergi kelapangan,bahkan senyum ramah yang tadi dia berikan padaku pun tidak dia berikan lagi.Tapi memangnya aku berharap apa?haha,bodoh kamu Sania.
"Nggak,di rumah aja.Yok"ajak Kelvin sambil menggendongkan ransel miliknya.Hm,mungkin dia capek.
"Yaudah."Charlotte bangkit berdiri.
"San,em..Gio,gue balik duluan yah"pamit Charlotte pada kami berdua.
"Ya.Hati-hati"kataku.Charlotte tersenyum,sementara Kelvin sudah melangkah terlebih dahulu,membuat Charlotte sedikit berlari untuk mengamit lengannya.
Oh,sungguh aku sangat ingin berada di posisi Charlotte.Mengamit lengan orang yang dicintai,layaknya tidak ingin melepaskan barang sedetikpun.
Tapi yang ada aku hanya mendapatkan punggung tegapnya yang mulai menghilang dari pandanganku.Miris sekali Tuhan.Terimakasih bagi kalian yang sudah mau membaca cerita ini :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencinta Rahasia
Teen FictionBaginya mungkin aku hanya sekedar butiran upil yang terabaikan dan tidak dia pedulikan.Baginya mungkin aku tidak berarti sama sekali.Baginya mungkin aku tidak terlihat.Tapi tidak bagiku,bagiku dia adalah segalanya.Mata dan hatiku akan selalu tertuju...