PART 5

921 66 2
                                    

"Sorry ya tadi gue gak bareng lo"ucap Gio saat kami sedang pemanasan di lapangan terbuka.Sekarang jam pelajaran olahraga,dan kali ini kami akan mempelajari teknik bermain basket.

"Iya gapapa kok."kataku sedikit menyengir.

"Sepeda gue bannya bocor,jadi gue pakai motor.Pasti lo kangen ngobrol sama gue deh waktu di jalan tadi"katanya pede sambil mengerling jail.

"Pede.Aku malah bersyukur.Jadi kamu gak bisa jailin aku"kataku memeletkan lidah padanya.

"Asem lo"cibirnya sambil menjitak kepalaku.Dia pikir kepala aku kelapa apa,pakai di jitak-jitak segala.

"Eh tapi Gio,kamu apa gak capek ke sekolah pakai sepeda?kan enakkan pakai motor.Kamu aja dari SMP pakai motor,masa masuk SMA pakai sepeda"kataku.

Aku tak enak kepadanya.Setiap pergi sekoah semenjak SMA ini dia selalu datang ke rumahku terlebih dahulu yang lumayan menguras tenaga jika memakai sepeda sebelum akhirnya kami pergi sekolah bersama.Walau memang sudah setahun lebih lamanya dia menemaniku yang keukeuh ingin memakai sepeda untuk pergi sekolah,tapi rasa tida enak hati kepada sahabatku ini kadang kurasakan.

"Lo sendiri gimana?gak capek apa pakai sepeda tiap pergi ke sekolah?waktu SMP lo selalu diantar bokap atau nebeng gue."tanyanya balik.Aku menggeleng.

"Enggaklah,itukan mauku.Lagian sekolah kita kan gak jauh-jauh amat,jadi ngapain harus minta antar papa"kataku jujur.

"Nah,sama kayak gue.Alasan lo,karena itu mau lo.Dan gue juga punya alasan"katanya tersenyum misterius.Apa alasannya?

"Alasannya?"tanyaku penasaran.

"Rahasia"ujarnya mencubit kedua pipiku lalu pergi ke arah kerumunan 11IPA1,kelasku,yang sudah berada di bawah ring basket mendengarkan intruksi Pak Beno.Aku berdecak kesal,sudah dibikin penasaran olehnya.Akupun berjalan bergabung bersama kerumunan tersebut.

Pak Beno memberikan intruksi teknik bermain basket yang baik dan benar.
Dia meminta bantuan Gio untuk mengajari kami dan membagi siswa kelasku menjadi dua kelompok,kelompok putra dibimbing Pak Beno,sedangkan kelompok putri yang tak lain adalah kelompokku dibimbing oleh Gio.
Ckckck,apa gak salah Pak Beno ini,lihatlah sekarang hampir semua cewek yang sedang berjajar membentuk dua barisan ini pada mupeng melihat Gio memperagakkan teknik memegang bola basket yang benar saat ingin men-shoot bolanya setelah mengajarkan cara men-drible.Kecuali aku.Bahkan Dinda pun sepertinya mulai tergoda dengan Gio,padahal dia sudah mempunyai pacar di kelas sebelah.Ya ampun,memang sih Gio ganteng,sebelas-duabelaslah dengan Kelvin,tapi kan dia tengil,tidak bisahkah mereka melihat ketengilannya.
Semenjak TK sampai SD dia selalu menjadi anak tertengil yang selalu menggangguku,bahkan kadang membuatku menangis karena selalu dia jahili.Tapi saat masuk SMP kadar ketengilannya berkurang membuatku lama-lama terbiasa dengan dia yang selalu mengikutiku apalagi dia mengatakan ingin menjadi sahabatku.Tapi tetap saja,dimataku dia tetap tengil.

"Sania"panggilnya sedikit mengeraskan suaranya.Aku bertanya apa dengan menaikkan daguku.Dia menunjuk bola basket.Ah iya,sampai lupa gara-gara mikirin si tengil itu Ini giliranku untuk belajar memasukkan bola ke dalam ring.

"Gausah pakai teriak dong.Toa"gerutuku padanya saat sudah berdiri disampingnya.

"Lo udah gue panggilin 3 kali.Gak nyaut-nyaut.Mikirin apa sih?"tanyanya kepo.

"Rahasia"balasku padanya.Aku melihatnya merenggut kesal,haha satu sama.

"Yaudah begini cara megang bolanya,tangan kanan diatas kiri di samping,lebarkan jari tangan kanan lo.Jangan ditekuk pergelangan tangannya"katanya menginstruksiku.

Aku mengikuti teknik yang dia ajarkan dengan melihat bola yang ada ditangannya,menyamakan caranya memegang dengan bola yang ada ditanganku.Butuh waktu agak lama sampai aku mendengar gerutuan teman-temanku di belakang.Yee,pada gak sabar banget di ajarin Gio.Wajar dong aku lama,aku kan gak bisa main basket.

Pencinta RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang