Chapter-2

130 0 0
                                    

Chapter-2

Oke ini hari pertama aku magang disini. PT. BlackJack Kreatif –nama panjang dari BlackJack. Game House asal kota kembang Bandung. Kantornya terlihat biasa saja dari luar. Hanya bangunan berbentuk ruko yang dikelilingi pagar hitam. Dari luar tidak terlihat ada tanda-tanda kehidupan. Hanya barisan motor yang terparkir rapi di dekat pos satpam yang menandakan kalau di ruko ini memang ada kehidupan. Sebenarnya ragu sih karena aku tidak melihat papan nama bertuliskan ‘PT. BlackJack Kreatif’ di sekitar ruko ini. Takutnya begitu masuk, isinya MLM yang lagi nyari ‘prospek’ –mangsa-  buat direkrut jadi membernya.

“Ada apa mas?” tanya seseorang yang ternyata satpam penjaga ruko ini.

Akhirnya aku masuk ke dalam ruko yang terlihat horror dari luar tapi ‘kacau’ dari dalam berkat kebaikan Pak Ujang alias satpam yang mendatangiku yang dilanda gundah gulana karena kebingungan. Ya ‘kacau’ semua. Aku pikir setelah masuk aku bakal disambut dengan suasana tegang. Tapi ternyata tidak ada yang menghiraukanku. Semua orang asik dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang teriak-teriak sambil main ‘PES’ –game bola, ngobrol-ngobrol ngalor ngidul sambil ngakak, ngerakit ‘gunpla’, jeprat-jepret motion koleksi ‘action figure’ –replika tokoh anime dan sebagainya- , dan malah ada yang nyanyi-nyanyi sambil menatap komputer dengan jarak pandang extra dekat. Apa aku salah pilih tempat magang?

“Panji ya?”, tanya seseorang dari jauh kepadaku.

Aku yang mendengar itu hanya menatapnya lalu memasang ekspresi senyum yang memaksa.

“Gue Ardi. Ya kalau di perusahaan gede gue disebut CEO. Kalau disini cuma dipanggil Pak Bos. Kalau mau rada formal ya panggil aja gue Bang Ardi” kata Bang Ardi memperkenalkan diri kepadaku.

 Awalnya sih aku kurang percaya kalau Bang Ardi adalah CEO BlackJack. Kalau di dalam bayanganku, seorang CEO itu selalu berpakaian rapi dan berdasi. Ini? Kaos oblong kuning, celana jeans tanggung mau panjang atau mau pendek, sandal jepit, dan kacamata frame tipis. Aku melihat orang-orang di sekitarku juga memiliki penampilan yang kurang lebih sama dengan Bang Ardi. Aku? Kemeja putih lengan panjang, celana kain, baju dimasukkan ke dalam celana, dan sabuk seperti milik aparat penegak hukum yang bertugas di pinggir jalan. Sekilas kelihatan kalau aku lah CEO disini. Tapi sebenarnya aku yang salah kostum. Memalukan.

“Ayo gue kenalin sama anak-anak kantor. O iya, nanti lu ditempatin di bagian game designer ya? Berarti nanti kalai kesulitan lu bisa tanya-tanya sama si Adot. Oke?” kata Bang Ardi sambil mengajakku berkeliling area ruko ini.

Dari ruang tamu yang hanya dibatasi sekat dengan ruang kerja staff administrasi berlanjut ke ruang kerja staff ‘programmer’ –teknisi bahasa pemrograman , lanjut ke ruang staff ‘game artist’ –illustrator game-, lanjut lagi ke ruang staff ‘game designer’ –perancang alur permainan game. Belum selesai aku mengamati ruang ini tiba-tiba seorang lelaki berbadan tambun datang menghampiri kami.

“Oh jadi ini yang mau magang jadi game designer? Kenalin, gue Adot bosnya game designer.” kata Adot kepadaku dengan memasang wajah serius.

“Nanti kalo ada pertanyaan atau kesulitan lu bisa tanya-tanya si Adot. Gue mau balik ke ruangan gue. Good Luck ya!” kata Bang Ardi ke gue.

Oke sekarang aku harus bagaimana? Aku tidak tahu harus melakukan apa kali ini. Yang aku bisa hanya melihat wajah Adot. Dia mengamatiku dengan seksama. Entah apa yang dia pikirkan tentang diriku.

“Lu udah ngerti kerjaannya game designer gak?” tanya Adot kepadaku dengan nada sinis.

“Belum mas.” jawabku singkat.

A Super Hero StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang