Chapter-9

93 1 4
                                    

Aku terus melawan. Aku terus memukul, menendang, membanting, dan mendorong mereka menjauhiku. Namun tidak ada habis-habisnya. Jumlah mereka terus bertambah. Semakin lama staminaku semakin terkuras. Aku mulai kehilangan kesadaran karena terlalu lelah. Tapi aku tidak bisa berhenti disini. Aku harus terus melawan. Kalau aku jatuh disini, tidak ada lagi yang dapat melindungi dia.

‘ZRASSHH!!’

Sebuah benda tajam menembus dadaku. Sakit. Darah segar pun mengalir dari mulut dan lubang di dadaku.  Aku tak dapat menggerakkan badanku. Seketika itu seluruh tubuhku lumpuh. Yang dapat ku lakukan hanya merasakan sakit. Sakit yang sangat dalam. Tiba-tiba benda itu ditarik keluar dari tubuhku. Rasa sakit yang ku rasakan semakin menjadi. Badanku terjatuh ke tanah. Aku tidak dapat melakukan apa-apa. Bahkan untuk bernafas pun aku kesulitan. Pandanganku semakin kabur. Apa aku akan mati disini? Sepertinya begitu. Maaf aku harus menghilang lagi darimu. Selamat tinggal, Amel.

Amel.

Amel?? Siapa Amel?? Hah?! Mimpi?? Hei, aku dimana? Aku hanya dapat melihat sebuah ruangan berdinding putih. Dimana ini? Tunggu. Ada sesuatu menempel di wajah dan tanganku. Masker oksigen? Infus? Loh? Pakaianku berbeda. Seperti pakaian khusus untuk pasien rumah sakit. Atau memang aku sedang berada di rumah sakit? Hei, aku tidak sendiri di ruangan ini. Ada seorang cewek tertidur di kursi tepat di sebelah kasur tempatku berbaring.  Siapa dia? Aku berusaha melepas masker yang ku pakai lalu mencoba bangun dari posisiku sebelumnya. Tapi aku sedikit kesulitan. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di dadaku. Benar. Ada sesuatu di dadaku. Perban. Apa yang terjadi denganku?

“Mbak!” Seruku memanggil cewek yang tertidur tadi.

“Mbak, bangun!” Lanjutku lagi.

Tak lama kemudian cewek itu bangun dari tidurnya. Ia terkejut melihatku yang sedang berdiri di sebelahnya. Ia segera mengarahkan tubuhku ke tempat tidur agar aku kembali berbaring di tempat tidur.

“Kamu bodoh!” Serunya padaku.

“Heh? Maksudnya?”Tanyaku yang kebingungan.

“Jangan memaksakan diri!!” Serunya lagi dan kali ini matanya mulai berkaca-kaca.

“I.. Iya.” Kataku pelan.

Cewek ini kenapa? Lalu yang lebih penting lagi, dia ini siapa??

“Ehm, aku boleh tanya?” Tanyaku pelan.

Ia tidak menjawab. Ia hanya mengganggukkan kepala.

“Ini dimana?”

“Ini.. Ini di rumah sakit.” Jawabnya pelan.

“Kok aku bisa ada disini? Apa yang terjadi padaku?” Tanyaku lagi.

“Ceritanya panjang.” Jawabnya singkat.

“Panjang? Aku siap mendengarkan kok. Lagipula aku punya banyak waktu disini. Toh aku gak bisa kemana-mana.” Lanjutku lagi.

“Kamu ini...”

“Apa?”

“Oke ku ceritain. Tapi kamu harus istirahat. Jangan banyak gerak.” Katanya lagi.

“Iya deh.” Kataku sambil menggaruk kakiku.

“Baru ku bilang jangan banyak gerak, eh malah garuk-garuk gitu.” Katanya lagi dengan nada jengkel.

“Maaf. Gatel sih. Hehe.” Lanjutku.

Ia hanya tersenyum lembut ke arahku.

“Kejadiannya tadi malam. Kamu dikeroyok sama geng motor. Bahkan kamu sempat ditusuk beberapa kali di bagian dada. Dokter bilang keadaanmu sangat kritis. Kemungkinanmu untuk selamat sangat kecil.” Jelasnya perlahan.

A Super Hero StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang