Chapter-10

78 1 1
                                    

Pagi ini aku pikir Shinta sudah kembali. Ternyata sampai matahari terbit pun ia belum kembali. Apa terjadi sesuatu dengan dia? Ya semoga saja tidak. Aku berharap dia segera kembali kesini. Dengan selamat tentunya.

Entah ini hanya perasaanku atau bukan. Sejak aku membuka mata sampai detik ini aku merasakan getaran yang berulang-ulang di sekitarku. Gempa? Mungkin. Tapi sepertinya tidak ada yang menyadarinya karena orang-orang di rumah sakit ini terlihat biasa-biasa saja. Mungkin saja karena getarannya tidak terlalu besar sehingga orang-orang disini tidak merasakannya.

Lama-lama aku bosan juga menunggu disini. Aku ingin duduk-duduk di taman lagi. Oke aku segera bangkit dari kasurku lalu turun berjalan ke arah pintu ruanganku. Namun tiba-tiba aku terjatuh. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa pusing dan mual. Tunggu. Ini gempa! Getaran-getaran tadi semakin kuat dan mulai menggoncangkan seisi rumah sakit terutama ruanganku.  Kasurku bergerak kesana-kemari. Meja dan lemari di dekat kasurku roboh ke lantai. Bahkan listrik langsung padam saat itu juga. Mengerikan. Jadi ini rasanya gempa? Baru pertama kali aku mengalami keadaan seperti ini karena di Surabaya dan Bontang jarang terjadi gempa. Namun sepertinya keadaan di luar ruanganku lebih parah. Aku mendengar teriakan-teriakan histeris dari luar. Bahkan aku mendengar beberapa kali suara ledakan dan benda yang jatuh dari tempat tinggi. Aku bingung apa yang harus ku lakukan. Tetap di dalam atau harus keluar? Tapi kalau mau keluar pun aku tak sanggup berdiri. Guncangan gempa ini membuatku mabuk darat sehingga membuat kepalaku pusing dan kakiku lemas. Gawat.

Saat aku pikir aku akan selesai disini tiba-tiba guncangan ini berhenti. Alhamdulillah. Aku mulai bisa menggerakkan kakiku yang lemas dan aku mencoba berdiri. Wah? Ruanganku menjadi sangat berantakan karena gempa tadi. Hei? Aku menemukan dompetku di antara lemari dan meja yang roboh ke lantai. Aku pikir dompetku hilang. Ternyata dompetku disimpan di dalam lemari. Coba ku periksa isinya. Selain menemukan uang Rp 20.000 aku menemukan KTP, SIM, dan Kartu ATM. Untunglah kartu identitas dan ATM ku masih ada. Lalu aku juga menemukan foto seorang cewek di lipatan dompetku. Manis. Cantik. Inikah Amel? Tak salah aku menyukainya. Tunggu. Ada suatu benda yang lain. Bros. Jadi ini alat pelacaknya yang dibilang Ardi? Aku segera mengambilnya dari dalam dompetku. Aku mengamati benda itu dengan seksama. Namun tiba-tiba benda itu bergetar dan membuat kepalaku terasa sakit. Semakin lama semakin sakit dan membuatku terjatuh. Seluruh tubuhku mulai tak bisa ku gerakkan. Apa yang terjadi??

Tunggu. Aku mulai bisa mengingat semua hal yang aku lupakan. Ya. Namaku Panji. Aku mahasiswa dari Surabaya yang sedang magang di Game House bernama BlackJack. Aku melakukan perjalanan ke Bandung menggunakan kereta. Tapi di tengah perjalanan kereta yang ku naiki berhenti karena sebuah meteor yang jatuh di dekat jalur kereta yang membuat mesin kereta mati. Saat itu aku melompat keluar dan memeriksa lokasi meteor tadi dan tanpa sengaja aku menemukan sebuah benda menyerupai panci. Ya. Awalnya aku pikir benda itu sebuah panci.

Tunggu. Aku ingat lagi yang lainnya. Setelah aku magang, aku berkenalan dengan Shinta. Ternyata Shinta adalah orang yang aku temui di PVJ sebelum aku magang. Mungkin saat itu Shinta memang berusaha mendekatiku agar ia bisa mengawasiku. Padahal aku pikir dia suka padaku.

Aku ingat lagi yang lain. Aku iseng mengikuti kompetisi cosplay di Ciwalk. Aku membuat kostum dengan barang-barang yang dapat aku temukan di sekitarku hingga akhirnya aku membuat kostum super hero yang ku beri nama Panciman. Aku memakai nama Panciman karena aku memakai panci yang aku temukan untuk ku jadikan helm. Memang sekilas benda ini seperti panci. Namun bentuknya sedikit berbeda dengan panci yang ada di pasar. Kalau ku pakai di kepala seperti helm yang setengah hancur. Jadi aku pikir benda ini cocok ku jika ku jadikan helm. Tinggal ku berikan sedikit tambahan busa ati di beberapa bagian agar terlihat lebih bagus.

Aku ingat yang lain lagi. Ketika aku maju ke panggung, aku bertemu dengan Amel. Ya. Amel yang selama ini ku cari-cari yang juga jadi alasanku untuk datang ke kota ini selain untuk magang. Amel adalah cinta pertamaku dan sampai saat ini rasa itu tidak berubah. 4 Tahun lalu aku pernah ke kota ini dan mencarinya namun gagal. Tapi pertemuan kami sedikit terganggu karena seseorang menyerangku yang akhirnya aku tahu kalau itu bukan manusia. Memor. Ya. Itulah kontak pertamaku dengan Memor. Ketika kami bertarung, tanpa sengaja kami melibatkan seorang pejalan kaki yang akhirnya aku tahu kalau itu Shinta. Mungkin di saat itu ia sedang mengawasiku. Lalu setelah Memor menghilang, aku bertemu Amel. Saat itu kami melepas rindu yang telah lama kami pendam sejak 7 tahun yang lalu. Dan Amel memintaku agar aku tidak menghilang lagi dari hidupnya.

A Super Hero StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang