Chapter-7

85 0 2
                                    

Akhir-akhir ini aku menjadi orang yang super sibuk. Pagi sampai sore aku menjadi mahasiswa magang. Tengah malam sampai dinihari aku menjadi super hero. Pagi sampai sore menghadapi komputer dan orang-orang kantor. Tengah malam sampai dinihari menghadapi pencuri, rampok, dan geng motor. Tidur? Tetap tidur. Tapi hanya beberapa jam saja. Itu pun sebelum jam 12 malam sudah bangun. Capek? Pasti. Tapi ketika memakai panci badanku langsung segar. Bahkan setelah melepas panci pun badanku tetap segar. Aneh? Aku juga berpikir seperti itu.

Hari ini aku janjian dengan Amel untuk ketemuan di BSM –Bandung Super Mall-. Dia mengajakku ketemuan jam 3 sore. Sedangkan jam kerjaku baru selesai jam 4 sore. Sekarang masih jam 11 siang. Masih lama. Aku berharap hari ini ada rapat dadakan supaya aku bisa lebih cepat ketemu dengan Amel. Tapi sepertinya mustahil. Rapat terakhir adalah di hari dimana aku bertemu dengan alien-alien aneh itu.  Jika dihitung sampai sekarang ya sudah hampir 1 minggu tidak ada rapat dadakan. Sial.

“Nji, hari ini kamu mau ngapain?” Tanya Shinta yang tiba-tiba datang ke ruanganku.

“Hah? Ngapain apa?” Tanyaku lagi.

“Ya hari ini kamu mau ngapain? Ada acara-acara gitu gak?” Tanya Shinta lagi.

“Oalah. Hari ini sih rencananya gue mau keluar sama temen-temenku. Kenapa?” Jelasku.

“Wah, aku kirain kosong. Aku pingin ngajakin jalan. Bosen nih sama kerjaan.” Jelas Shinta padaku.

“Waduh gue beneran gak bisa nih. Maaf ya Shin.” Lanjutku.

“Iya gak apa-apa kok.” Lanjut Shinta lagi dengan ekspresi manja.

“O iya kayaknya ada yang aneh nih sama elu.” Kataku pada Shinta.

“Aneh apaan Nji?” Tanya Shinta yang mulai terlihat salah tingkah.

“Aneh aja. Lu lagi ngerencanain apa?” Tanyaku yang menjadi penasaran.

“Ngerencanain apa? Aku gak ngerencanain apa-apa kok. Emank apa sih yang aneh?” Tanya shinta lagi yang semakin salah tingkah.

“Ehm, akhir-akhir ini lu kok sering ngomong ‘aku-kamu’ ya? Tapi cuma ke gue. Ke teman-teman yang lain lu tetap ngomong ‘lu-gue’. Aneh aja menurut gue.” Jelasku kepada Shinta yang semakin salah tingkah.

“Oh? Lagi nyoba-nyoba aja kok Nji. Kenapa? Jelek ya?” Tanya Shinta yang semakin salah tingkah dengan memegang rambutnya.

“Kagak sih. Cuma aneh aja. Gak biasanya. Tapi menurut gue sih cocok kayak gini. Lebih kelihatan manis. Haha.” Lanjutku lagi.

Mendengar kata-katamu seketika wajah Shinta memerah. Ia pun berjalan cepat meninggalkan ruanganku. Aneh. Sebelum-sebelumnya aku tidak pernah melihat Shinta yang seperti itu. Kalau ku pikir-pikir sih dia mulai seperti ini setelah aku bertemu alien dan ‘Shinta yang lain’. Aku juga menjadi penasaran dengan ‘Shinta yang lain’. Kenapa aku bilang seperti itu? Itu semua karena setiap aku mencoba bertanya tentang berbagai hal yang terjadi padaku saat itu, Shinta selalu menjawab kalau dia tidak tahu apa-apa. Bahkan menganggap aku menghayal. Lalu Shinta yang kutemui, yang memberikanku sarung tangan aneh, yang juga menciumku itu siapa? Aku bingung. Ya aku anggap saja ada ‘Shinta yang lain’. Apa dia hanya seseorang yang muncul dari khayalanku? Aku rasa tidak. Buktinya sarung tangan aneh yang dia berikan masih ada padaku. Malah menyatu dengan logam-logam yang ku jadikan pakaian pelindung. Berarti ‘Shinta yang lain’ memang benar-benar ada.

“Hari ini ada rapat! Anak-anak baru dan magang disuruh pulang sama Ardi! Buruan beres-beres ya!” Teriak Adot dari luar ruanganku.

Wah aku beruntung! Alhamdulillah! Aku segera membereskan barang-barangku. Lalu bergegas berjalan keluar ruanganku. Saat itu aku melihat Shinta yang berjalan terburu-buru mengikuti Adot ke lantai 2. Diam-diam aku mengikuti mereka. Kurang kerjaan? Benar juga. Tapi aku memang sedang tidak ada kerjaan. Jadi sekali-sekali seperti ini tidak apa-apa kan? Aku mengikuti mereka dari belakang dengan hati-hati supaya mereka tidak mengetahui keberadaanku. Benar dugaanku, mereka menuju tangga yang mengarah ke lantai 3. Aku berusaha lebih cepat bergerak agar dapat mengikuti mereka. Aku pun mengikuti mereka sampai aku menjejakkan kakiku di lantai 3 dan aku melihat mereka masuk ke ruang rapat yang kosong. Ya ruangan itu kosong. Aku dapat melihatnya dari jauh. Beberapa detik setelah Shinta dan Adot masuk ke ruang rapat, aku segera bergerak mendekat ke ruang itu dengan sedikit merangkak agar tak ada yang melihatku mengintip rapat yang mereka lakukan. Aku terus bergerak mendekat hingga aku berhasil mendekati pintu masuk ruang rapat. Disini aku mulai merasa ada yang aneh. Aku tidak mendengar suara apa pun dari ruang rapat itu. Aneh. Apa ruangan ini memiliki peredam suara? Aku segera bangun dan mencoba mengintip ruang rapat itu dan aku menyadari satu hal yang mengejutkan. Ruang rapat itu kosong! Bagaimana bisa?! Aku melihat sendiri kalau Adot dan Shinta membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Tapi kenapa ruangan itu tetap kosong?! Seketika keringat dingin mengalir di badanku dan aku pun segera bergerak meninggalkan ruang menyeramkan itu lalu berlari menuruni anak tangga menuju lantai dasar lalu mengambil tasku dan berlari keluar kantor. Apa kantor ini berhantu?! Astaghfirullah!!

A Super Hero StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang