Chapter-8

67 0 2
                                    

Aku kesiangan. Bahkan aku tidak sempat patroli tadi malam. Padahal aku tidur cepat. Yang jelas aku sudah tidur sebelum jam 8 malam. Tapi kenapa bisa kesiangan ya? Apa karena kecapekan setelah pergi dengan Amel kemarin? Ah biarlah. Yang penting bagaimana caranya aku bisa sampai di kantor secepatnya. Tunggu. Kenapa aku tidak menggunakan panciku ya? Aku segera mengambil panci yang ku simpan di bawah kasur lalu ku pakai di kepalaku. Aku lalu membuka pintu kamar pelan-pelan. Mengamati keadaan di sekitarku untuk memastikan tidak ada yang melihatku memakai panci ini. Oke aman. Tidak ada orang. Aku mengunci pintu kamar lalu kemudian melompat dari lantai 2. Ya kamarku di lantai 2. Kalau tanpa panci sih aku gak bakal berani lompat dari tempat setinggi ini. Oke aku mendarat dengan mulus di tanah. Kemudian aku melompat lagi ke atap rumah yang ada di depanku. Aku terus berlari dan melompat di antara atap rumah-rumah warga. Ternyata lebih enak seperti ini. Lebih hemat. Tidak perlu bayar angkot. Tapi aku harus tetap waspada jangan sampai ada orang yang melihatku. Aku terus bergerak secepat mungkin hingga akhirnya aku sampai di dekat kantor. Aku segera turun dari atas rumah warga lalu melepas panci dan memasukkannya di tasku kemudian berjalan menuju kantor. Kenapa gak terpikir dari dulu ya? Kalau dari kemarin seperti ini kan aku bisa menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.

Wah? Kok kantor sepi ya? Masa rapat lagi? Tapi rapat dimana? Lantai 3?? Hii.. Gak lagi-lagi deh lihat-lihat ke atas. Lebih baik aku langsung pulang saja. Daripada ngelihat penampakan lagi seperti kemarin. Eh? Ada koran nganggur. Sepertinya korang yang baru keluar hari ini. Berita utamanya tentang perampokan misterius. Baca tidak ya? Baca aja deh. Penasaran. Korban luka inisialnya ‘AS’. Korban yang hilang inisialnya ‘CR’. Kejadiannya tadi malam. Hah? Waduh. Kenapa aku gak patroli ya tadi malam? Payah. Kalau aku patroli mungkin hal ini gak bakal terjadi. Ya sudahlah. Lebih baik aku pulang sekarang. Daripada di ganggu penampakan lagi. Hii..

Sekarang aku bingung mau melakukan apa. Sebenarnya rencanaku hari ini hanya magang dan siaran di K-Radio dengan Amel. Tapi hari ini gak jadi magang. Berarti tinggal siaran saja. Tunggu. Siarannya masih jam 2 siang. Sekarang masih jam 9 pagi. Masih lama. Sial. O iya, aku tidak tahu dimana lokasi K-Radio. Lebih baik aku hubungi Amel.

“Mel, tar jdi siaran bareng?” Pesan Tertahan.

Aneh.  Kenapa tertahan  ya? Apa gangguan sinyal? Coba kirim lagi deh.

“Mel, jdi siaran gak?” Pesan Tertahan.

Aduh. Kok di saat-saat seperti ini malah gangguan sih? Payah! Ya sudahlah. Lebih baik aku pakai panci lagi terus mencari K-Radio secepatnya sebelum jam 2 siang. Fight!

4 jam berlalu dan akhirnya aku sampai! Ternyata lokasi tempat ini tidak terlalu jauh dari kantorku. Harusnya aku tadi mencari ke arah sini saja. Tapi aku malah mulai mencari ke arah sebaliknya. Payah. Kalau tahu bakal jadi seperti ini ya lebih baik tadi naik angkot saja kesini. Cepat dan tidak bikin capek. Ya sudahlah lebih baik aku masuk ke dalam lalu mencari Amel. Mungkin saja dia sedang sibuk jadi tidak bisa dihubungi.

“Permisi.” Kataku kepada seorang cowok yang sedang duduk santai di kursi tamu.

“Iya? Ada yang bisa dibantu?” Kata orang itu padaku.

“Ini bener K-Radio?” Tanyaku pada orang itu.

“Iya. Ada apa ya?” Tanya orang itu balik.

“Amelnya ada?” Tanyaku lagi.

“Amel siapa ya?” Tanya orang itu lagi padaku.

“Oh maaf. Maksud saya Rahma. Bisa ketemu bentar?” Tanyaku lagi.

Tiba-tiba ekspresi orang itu berubah panik lalu berlari ke dalam kantor. Apa yang terjadi? Apa aku salah kantor? Entahlah. Lebih baik aku tetap menunggu di depan pintu karena aku belum dipersilahkan masuk.

A Super Hero StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang