Bagian 1

124K 4.8K 33
                                    

"Batas cinta dan benci hanyalah sebatas benang tipis, namun kau tak menyadari kebenarannya. Hingga suatu saat hanya benci jadi cinta itu yang menyeruak di dasar hatimu"

***

"Maaf, anda di pecat"

Suara tegas dari pria yang menyandarkan punggungnya pada kursi beroda itu terasa bagai sambaran petir bagi seseorang yang kini membeku di tempatnya. Matanya melotot hampir terlonjak dari tempat semestinya. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

"A—apa saya tidak salah dengar?"

Pria itu menghela nafas panjang dan mendesah kecewa. Di tatapnya karyawan terbaik selama dia bekerja disana dengan sangat menyesal.

"Maafkan saya nona Edlyn, tapi ini keputusan dari Mr. Julian dan saya tidak memiliki wewenang untuk mempertahankanmu disini. Meskipun anda adalah salah satu karyawan terbaik yang pernah di miliki perusahaan ini. Saya sangat menyesal"

Alisnya berkerut saat mendengar nama yang tak asing baginya. Mr. Julian. Ya, nama itu adalah nama pria pemilik perusahaan ini. Perusahaan yang memiliki banyak cabang selain di bidang perhotelan. Bahkan dia, pemilik perusahaan ini telah mengembangkan usahanya di berbagai bidang yang sangat maju di Negara ini.

Mr. Julian orang yang sangat misterius namun tak banyak orang yang tahu akan rupa juga keberadaannya. Selain berkuasa pria itu terkenal angkuh dan kejam. Pria yang terkenal suka menggilas siapapun yang berani menghalangi jalannya. Dia tak segan-segan memecat siapa saja dengan sesuka hatinya. Tanpa alasan dan sebab yang pasti.

Dia bersikap seolah-olah Tuhan; yang dapat mengatur nasib orang lain.

Aah Mr. Julian ... siapapun dan bagaimanapun rupanya jika Edlyn memiliki kuasa yang lebih dari pria itu maka dia akan menghancurkan perusahaan yang telah menjadi tempat bergantung hidupnya selama ini.

Dari perusahaan inilah dia bisa menghidupi kehidupannya dengan cukup. Dan sekarang ini Edlyn memiliki segudang ketakutan yang terbayangkan jika dia tidak bekerja di perusahaan ini lagi. Dia tahu jika mencari pekerjaan bukanlah suatu yang dapat di raih dengan mudah.

Mungkinkah dia akan menjadi pengangguran? Lalu bagaimana dengan biaya hidup keluarganya?

Dasar Mr. Julian tak berperasaan!

***

Darrel tertegun melihat putrinya berjalan lemas di pekarangan rumahnya yang lumayan luas. Dia memaksakan diri untuk bangun dari duduknya melihat raut kesedihan yang begitu terpancar di wajah yang selalu cerita milik putirnya.

Dia mendesah. Permainan sudah di mulai. Gumamnya.

Putri kecilnya kian mendekat dengan rumah mereka. Rumah yang sederhana namun lebih dari cukup dari apa yang tersisa dulu. Dia tersenyum saat purtinya memasuki rumah. Dia berdiri di dekat pintu dan menyambutnya.

"Tidak biasanya kau sudah pulang?"

"Eh? Aku pulang lebih awal, Ayah" ada sedikit keraguan saat Edlyn menjawabnya. Dia berusaha setenang mungkin agar tak membuat Edlyn curiga.

DiIa sudah mengetahui semuanya. Semuanya.

Wajah Edlyn sangat pucat dan peluh menghiasi pelipisnya. Darrel sangat menyesal karena bertindak salah hingga menyebabkan kebahagiaan putrinya harus terenggut begitu saja. Dia tak tega jika harus mengorbankan kebahagian orang yang menjadi prioritas utamanya.

"Sepertinya kau harus istirahat"

Edlyn mengangguk dan melewati Darrel. Bisa dilihat dari cara Edlyn memijat pelipisnya jika wanita itu sedang tertekan.

Mr.Arrogant ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang