Bagian 2

107K 4.2K 40
                                    

Marcuss berbaring di samping Edlyn yang masih tidur dalam balutan selimut hangatnya. Mata tajam milik Marcuss menelusuri setiap inci wajah polos Edlyn. Matanya tidak berlalu besar, hidungnya tinggi dan kecil, juga bibirnya yang tipis. Pandangan Marcuss terhenti disana, pada bibir merah yang ranum ingin rasanya dia kembali mengecap manis bibir itu. Kemarin dia tak sempat menikmatinya karena ciumananya kasar dan penuh paksaan.

Dia memiringkan tubuhnya dan bertumpu pada siku untuk menopang kepalanya. Terus berada di dekat Edlyn membuatnya semakin ingin memiliki wanita itu dengan segera. Waktunya memang sudah tepat. Tapi dia tidak ingin terburu-buru dan biarkan Edlyn dengan suka rela datang padanya. Dia memang suka memaksakan kehendaknya atas orang lain, kali ini tidak. Bermain-main sebentar dengan wanita itu tidak masalah baginya.

Mata Edlyn bergerak dan mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya. Entah apa yang membuatnya terbangun dari tidur lelap yang menyenangkan. Dia mengernyit saat menyadari dirinya berada di sebuah kamar berwarna putih dengan nuansa yang feminim. Edlyn berada disebuah tempat tidur yang nyaman. Ingatan terakhirnya adalah dia duduk sangat lama di dekat jendela bukan tertidur diatas ranjang itu.

Mungkin dia berjalan sendiri untuk bisa sampai di ranjang hingga mendaratkan tubuhnya dengan nyaman. Pikirnya.

"Selamat pagi"

Suara maskulin itu terdengar sangat dekat dan Edlyn menolehkan kepalanya kaget. Pemandangan didepannya membuat pipinya memerah. Marcuss ada disana, diranjangnya, dalam selimut yang sama dan pria itu bertelanjang dada.

Edlyn terperangah melihat Marcuss yang menatapnya dengan tatapan seolah-olah ingin melahapnya bulat-bulat. Kemudian dia melihat tubuhnya yang tersembunyi di balik selimut. Edlyn bernafas lega, dia masih berpakaian lengkap.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ditatapnya kembali Marcuss dengan tatapan bencinya.

"Well, ini rumahku Edlyn jadi aku bisa tidur dimana saja aku mau" Marcuss menghapus jarak dengan Edlyn. Dan reflex wanita itu langsung menjauh, berantisipasi. "Seharusnya kau berterima kasih karena aku tak membiarkanmu tidur di lantai"

Edlyn terbelalak kaget, jadi Marcusslah yang membuatnya tidur di ranjang ini? Dan apakan semalam mereka terbaring berdua di tempat yang sama?

"Ya Edlyn, aku yang memindahkanmu dan kita benar-benar tidur dalam satu ranjang yang sama" suara Marcuss berubah menjadi sensual dan membuat Edlyn bergidik takut.

"Seharusnya aku menidurimu semalam" bisik Marcuss tepat di telinganya dan sontak membuat Edlyn mengangkat tangannya hendak menampar Marcuss.

Gerakan itu tertahan seketika. Marcuss memenjarakan kedua lengan Edlyn diatas kepalanya dan Marcuss kini menindihnya. Menatapnya dengan tatapan tajam seperti biasanya.

Marcuss terkekeh geli saat menerima tatapan takut dari Edlyn.

"Ucapkan selamat pagi, manis"

Suara cemoohan Marcuss membuatnya bungkam. Dia hanya menatap Marcuss dengan tatapan benci. Edlyn tak mau menuruti perkataan Marcuss.

Marcuss mengangkat alisnya, senyumnya berubah menjadi senyuman yang kejam. Detik berikutnya dia menenggelamkan kepalanya pada lekukan leher Edlyn hingga sebuah erangan tertahan terdengar jelas di telinganya.

Edlyn rupanya tak bisa menahan gairahnya terhadap Marcuss. Itu membuat Marcuss bersorak menang.

"Ucapkan.. atau aku akan mencumbumu sepanjang hari di tempat ini"

Marcuss menggigit pelan telinga Edlyn. Nafas Edlyn terengah-engah, jelas-jelas wanita itu merespon apa yang di lakukannya.

Edlyn merasakan tubunya mulai panas karena gairahnya yang terus digoda oleh Marcuss. Dia tidak menampik dan tidak munafik. Dia merasakan gairah itu begitu dalam ada pada dirinya. Matanya mulai berkabut dan pikiran jernihnya kembali. Dia tidak boleh menyerahkan diri pada Marcuss yang kejam dan tidak punya hati. Edlyn harus berusaha untuk tidak terpengaruh akan semua rayuan dan cumbuan yang diberikan padanya.

Mr.Arrogant ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang