warning!! sebelum baca saya mau ingetin kalo yang ini ada NC nya ya gak seperti sebelumnya. so, buat yang masih dibawah umur tanggung sendiri akibatnya ya hehe dan buat yang gak suka NC tunggu aja di part berikutnya .______. /plakk
hati-hati typo seliweran dengan indahnya ^^
***
"Kau sudah merasa baik?"
Suara Ethan terdengar setelah pria itu menutup pintunya rapat. Ini kali pertama Edlyn melihat Ethan kembali setelah beberapa minggu dia tidak melihat batang hidungnya. Yang Edlyn dengar adalah Ethan pergi keluar negeri untuk urusan bisnis.
Edlyn tersenyum dan mengangguk beberapa kali.
"Kalau begitu bolehkan aku meminta bantuanmu?"
"Selama aku bisa kenapa tidak?"
"Oke, apa kau sudah bisa berjalan, Edlyn?"
Dia kembali mengangguk. Setelah melewati hari-hari yang membosankan; terkurung bersama Marcuss di kamar itu akhirnya dia bebas dari sakit yang dirasakan oleh kakinya. Dia telah sembuh dan mungkin juga karena Marcuss yang membantu merawatnya selama beberapa hari ini.
Edlyn mengikuti Ethan ke sebuah ruangan yang luas dan terlihat seperti ruang kerja. Ya, itu memang ruang kerja. Dia berdiri di belakang Ethan, Edlyn belum pernah menginjakkan kakinya di ruangan itu.
"Ku dengar kau pernah bekerja di sebuah perusahaan ternama?" Ethan melirik pada Edlyn di belakangnya, "Jadi mungkin kau bisa membantuku menyalin semua berkas-berkas kerjaku? Aku tidak bisa mengerjakannya sementara aku harus mengerjakan pekerjaanku yang lain"
Ethan membawa Edlyn ke meja kerjanya, lalu berbicara banyak soal apa yang harus di kerjakan Edlyn.
Dua jempol tangannya teracung saat Ethan pergi meninggalkannya di ruang kerja itu. Kemudian matanya menatap sosok pria yang duduk santai namun angkuh di balik meja kerja di seberangnya. Marcuss tersenyum dingin tapi sedikit ramah padanya. Namun detik berikutnya dia pandangannya kosong melihat name tag yang terpampang di depan meja kerja Marcuss.
JULIAN MARCUSS!
Mungkin beberapa orang memiliki nama yang sama dengan nama yang dibaca berkali-kali dalam hatinya saat ini. Edlyn pun tidak merasa keberatan jika memang nama Marcuss yang sebenarnya adalah Julian Marcuss. Hanya saja nama itu membuat dirinya kembali mengutuk ingatannya saat dia di pecat secara tidak langsung oleh orang yang namanya sama. Mr.Julian.
Matanya masih belum mau beralih dari benda bening yang mengukir nama itu dengan indah. Oh Tuhan, nama itu pula yang telah menyeretnya masuk kedalam lingkaran penuh bom milik Marcuss yang kapan saja bisa meledak dan membuatnya mati seketika.
"Ada apa dengan namaku?"
Edlyn menatap tajam pada Marcuss yang menyunggingkan senyum ejekan. Dia memutar matanya lalu duduk di balik meja kerja milik Ethan. Memulai untuk menyibukkan diri dan tidak menganggap Marcuss tidak berada di ruangan yang sama dengannya.
"Mungkinkah kau ingat pada atasanmu dulu? Hmm siapa namanya? Ah! Mr. Julian 'kan?"
Edlyn mendongak dan mendapati Marcuss telah berdiri di depan mejanya, kemudian pria itu duduk disana dengan tatapan yang tidak terbaca.
"Bagaimana jika aku adalah Mr.Julian yang juga telah memecatmu dulu?"
Edlyn mengernyit sambil membelakakan matanya tak percaya. Bagaimana jika yang dikatakan Marcuss itu adalah benar? Mereka adalah orang yang sama?
Tatapan matanya kembali dingin dan datar seperti biasanya yang dia tunjukan pada Marcuss. Edlyn tidak akan kaget untuk sekarang. Bukankan Marcuss adalah pria arogan dan kejam, begitu juga dengan Mr.Julian? Jadi mungkin saja mereka adalah orang yang sama; yang telah membuat kehancuran dalam hidupnya. Jika dulu dia terpuruk karena Mr.Julian yang memecatnya, maka kali ini ada yang lebih dari itu— Marcuss membuat dirinya lebih terpuruk bahkan tersiksa setengah mati karena kurungan yang dia rasakan di mansion ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Arrogant ( Selesai )
RomanceEdlyn terperangkap jerat hutang-hutang ayahnya yang membuat dirinya tidak bisa melarikan diri dari seorang lintah darat dan juga seorang pria arogan. Dia berusaha mati-matian memikirkan segala cara agar bisa keluar dari tempatnya di tahan. Namun usa...