Aksi Max

60 4 0
                                    

Keesokan paginya, Liam bangun dan siap untuk berlatih. Latihamnya terpaksa dilakukan tanpa Max karena Max sedang cedera. Sebenarnya setelah mendapat berita tentang masalah pada kaki kanan Max dan juga telinga kiri Liam, orang tua Liam sempat melarang Liam untuk bermain sepakbola lagi. Tapi Liam menolak untuk berhenti karena ia ingin terus maju tanpa menyerah.

Liam telah sampai ke lapangan tempat latihannya. Disitu sepi, tidak ada orang lain selain dia. Liam pun meletakkan tasnya di bangku yang ada disitu, lalu mengambil bola dan mulai mendribel - dribel sendirian. Tiba - tiba nampak sosok seseorang di tepi lapangan. Liam memincingkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa itu. Biasanya tidak ada orang lain bermain disitu. Wow! Lihatlah! Itu Max! Dia berjalan dengan kruk, mendekati Liam.

"Maaf Li, kalau aku tidak bisa menemanimu berlatih," katanya. "Ah, tidak apa - apa. Kesehatan kakimu kan lebih penting Max. Lagipula ini hanya akan berlangsung sementara, tidak selamanya," jawab Liam sambil tersenyum. Padahal sebenarnya dia sedih juga karena Max tidak bisa bermain bersamanya. "Lalu kamu kesini untuk apa?" tanya Liam lagi. "Bertemu denganmu. Itu saja, tak ada yang lain. Jadi sekarang aku bisa pergi," kata Max yang setelah itu membalikkan badan. "Mau pergi kemana?" Pertanyaan Liam datang lagi. "Jalan - jalan di sekitar sini saja," jawab Max. "Baiklah, silakan saja. Tapi jangan terlalu capek ya. Kalau sudah capek kamu duduk - duduk saja disini." "Itu sih so pasti!" Max tertawa lalu pergi. Liam melanjutkan latihannya lagi.

30 menit kemudian, Max kembali, tapi Liam tidak menyadarinya. Dia begitu asik bermain bola dan tidak menoleh ke arah manapun. Liam sih masih sempat memikirkan Max selama beberapa saat, tapi Max memang datang secara sembunyi - sembunyi sehingga Liam tidak melihatnya. Max bersembunyi dibalik pohon, menonton latihan Liam sambil cekikikan kalau ada kejadian lucu. Tapi setelah 10 menit menonton Liam, dia jadi sangat ingin bergabung. Sulit rasanya hanya menonton seperti itu terus. Jadi dia mendekati Liam sehingga Liam baru melihatnya.

"Hai! Sudah puas jalan - jalan? Kamu capek ya? Duduk disana," kata Liam. Dia sedikit kaget melihat Max tiba - tiba sudah ada disitu, tapi dia tidak mengatakan apa - apa tentang itu. "Ah tidak kok, aku tidak capek. Aku hanya ingin kamu memberiku satu kesempatan untuk menembak bola ke gawang," jawab Max. Liam kaget mendengar kalimat itu. "Tapi kan kakimu..." "Aku tau, aku tau. Aku kan bisa menggunakan kaki kiriku ini. Ini bukan persoalan yang besar, aku janji, aku akan berhasil menendang bola itu." Liam melongo sebentar, lalu bola yang sedang dibawanya dioper kepada Max. Max menerima bola itu dengan kaki kirinya saja, lalu dia memberi kode pada Liam yang berarti ucapan terima kasih.

Lalu Max tampak mengukur - ukur, dan tidak lama kemudian menendang bola. Tendangannya tentu saja tidak keras, tapi sudah cukup. Bola yang ditendang pertamanya ke kanan, tapi lalu berbelok ke kiri! Tendangan pisang! Hebat sekali kalau bisa melakukan tendangan pisang hanya dengan kaki kiri dan kaki kanan yang lemah. Liam bertepuk tangan setelah bola itu masuk ke gawang. Max menoleh kearahnya lalu tersenyum dan berkata, "Terima kasih."

Max telah menunjukkan aksinya yang hebat. Lalu, apa yang akan dilakukannya lain kali?

UNSTOPPABLE Liam PayneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang