Aku melirik ke jam tanganku, pukul 8.50 AM. Kemudian aku kembali menatap ke arah kerumunan orang-orang yang ada di depanku.
Kini aku sedang berdiri di depan pintu keluar penumpang bandara. Tanganku mengangkat papan besar bertuliskan Mr. Nicholas Clayborne from Australia. Manusia dengan berbagai tujuan dan asal berlalu-lalang di hadapanku.
Ketika terdengar suara pemberitahuan bahwa pesawat telah mendarat. Keadaan di pintu keluar semakin ramai. Apalagi saat para penumpang sudah mulai muncul, membuat aku yang bertubuh kecil semakin tenggelam diantara kerumunan manusia-manusia ini. Aku mengangkat tinggi papan besar yang kubawa, agar Mr. Nicholas dapat mengetahui keberadaan tour guidenya-yang kecil ini-.
Seorang pria bertubuh tinggi, tampan, dan berwajah australia datang menghampiriku. Ia membawa tas ransel di punggungnya dan menarik sebuah koper. Ini pasti si Mr. Nicholas, batinku. Ia melambaikan tangannya ke arahku. Aku membalas lambaian tangannya. Begitu sampai di hadapanku, dia benar-benar terlihat menjulang. Dan aku terlihat pendek.
"Hello, are you Mr. Nicholas from Australia?" Tanyaku.
"Yes!" Jawabnya. Setelah itu aku langsung menjabat tangannya. Ia menyambut jabatan tanganku.
"Hello, Sir! I'm from Jogja tour and travel agent. My name is Kirana Dayananda. You can call me Kirana. I will be your guide," kataku sambil memasang senyum terbaikku.
"My name is Nicholas Clayborne. But don't call me Sir. Just call me Nick." Ucapnya sambil memperlihatkan senyum menawannya yang sempat membuatku tersipu. Tapi aku berusaha bersikap profesional.
"Okay. So, you want to go to the hotel first or you want to go to the tour attractions?" Tanyaku.
"What time is it now?" Dia malah balik bertanya kepadaku. Namun aku tetap menjawab pertanyaannya. "9.20 AM." Jawabku setelah sekilas melirik ke jam tanganku.
"I think I want to go to the hotel first. I want to keep my baggage in the hotel," katanya. Aku hanya menggangguk.
"Umm... so, come on, Nick. The car have been waiting there," ajakku sambil menunjuk ke arah luar bandara. Aku mempersilakan Ia jalan terlebih dahulu. Tapi Ia malah berjalan disampingku, dan terus menatapku.
Aku yang ditatap seperti itu menjadi sedikit risih. Aku merasa salah tingkah dan gugup.
"Would you like me to bring your baggage?" Tanyaku untuk mengusir kegugupanku. Namun jawabannya malah membuat aku semakin tersipu."No, thanks, Kirana. I won't let a beautiful woman carrying a baggage."
Dia masih melemparkan senyuman mautnya kearahku dan aku hanya bisa menunduk.
***
Kini aku sedang duduk di atas sofa empuk di lobby hotel mewah ini, menunggu Tuan Nick yang sedang merapikan barang bawaannya di kamarnya.
Aku kembali mengingat kejadian di bandara tadi. Malu, aku sungguh malu. Aku yang biasanya bersikap tenang dan profesional, semuanya hancur akibat senyuman menawan milik Tuan Nick itu.
Tapi aku akui, dia memang tampan, sangat tampan. Wajahnya tidak seluruhnya Australia ada sedikit wajah asia, mungkin campuran antara Australia dan Indonesia. Tubuhnya tinggi, tegap, dan atletis, sangat proposional. Rambutnya berwarna coklat gelap yang bersinar ketika diterpa cahaya matahari. Matanya biru, secerah langit pagi yang membuatku damai ketika aku menatap mata itu. Dan semua itu disempurnakan oleh senyumannya, senyuman yang membuatku lupa akan cara bernapas.
Oh, Tuhan, kenapa aku jadi memikirkannya.
Nick datang dan menghampiriku. Ia sudah berganti pakaian. Kini ia mengenakan kaos polo shirt berwarna putih dan celana jeans selutut. Ia memakai tas pinggang dan menyampirkan tas kamera di bahunya. Ia semakin terlihat tampan.
"Lets go, Kirana. I can't wait to visit tourist attractions in Jogja" Ujarnya semangat seraya menarik pergelangan tanganku. Mengajakku bergegas bangkit dari duduk dan keluar hotel.
"Okay! Wait, Nick. You want to use the car or public transportation?" Aku bertanya kepada Nick. Dia terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku. "Public transportation."
Aku mengangguk dan mengambil handphone di tasku untuk menghubungi supir travel agent ku, mengabarinya bahwa aku dan si tourist tidak menggunakan mobil. Begitu selesai menelpon, aku meletakkan kembali handphoneku kedalam tas.
"Come on, Nick" kataku mengajak Nick untuk berjalan keluar hotel.
"Kirana, to be honest, I can speak in indonesia, though not well. So I think it's good we speak in indonesia" katanya tiba-tiba. Aku sedikit terkejut hingga menghentikan langkahku. Aku mendongak untuk menatapnya."Kamu bisa bahasa indonesia?" Tanyaku.
"Sedikit. Tidak terlalu baik" jawabnya sambil menyengir. Aku kembali melanjutkan langkahku.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal saat kita bertemu di bandara?" Tanyaku dengan nada kesal. Coba saja dia mengatakannya dari awal, aku tidak perlu susah-susah berbicara bahasa inggris, keluhku dalam hati.
"Aku hanya ingin menguji kemampuan bahasa inggrismu" jawabnya yang makin membuatku kesal.
"Kau menyebalkan sekali" kataku sambil mengerucutkan bibirku. Gemas, kucubit kecil lengannya. Ia mengaduh kesakitan bagai aku memukulnya dengan tongkat kasti. "sangat sangat menyebalkan" gumamku sambil cemberut.
"Gadis cantik, jangan cemberut seperti itu. Kau membuatku semakin terpesona" godanya sambil melemparkan senyuman mautnya itu padaku.
"Berhenti menggodaku, Nick. Sekarang katakan. Kau ingin pergi kemana?" Kataku kesal namun tidak dapat menyembunyikan senyum kecilku akibat pujiannya.
"Aku lapar. Bawa aku ke tempat dimana banyak makanan disana" katanya sambil mengelus perutnya. Aku melepas senyumku. "Of course, Sir"
Kami kembali berjalan menuju halte busway yang tak jauh dari hotel bintang lima ini. Dan tak butuh waktu lama kami menjadi akrab bagai teman yang lama tak berjumpa. Kami juga saling berbagi cerita tentang apa saja.
***
Maaf kalau ada typo atau salah kata di bahasa inggrisnya :v
Hope you enjoy it guys. Please vote this story or leave a comment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Prambanan
ChickLitKetika banyak orang berkata bahwa Candi Prambanan ini membuat hubungan sepasang kekasih tak langgeng. Justru karena Candi Prambanan ini aku menemukan gadis pujaanku. -aku, yang mencintai si gadis Prambanan- Ini bukan cerita tentang Legenda Candi Pra...