NICK POV
Wisata menyenangkan di Lereng Gunung Merapi kemarin merupakan wisata terakhirku di liburan ini. Keesokannya aku harus kembali ke Australia untuk menjalani rutinitasku.
Kini aku sedang duduk di bangku penumpang pesawat -- memandangi gumpalan awan melalui jendela di sampingku.
Lelah, aku memejamkan mataku sejenak. Mengingat kembali kegiatan-kegiatan yang kulakukan selama liburan singkatku ini -- bersama Kirana.
Sejak berpisah dengannya di Hotel tempatku menginap, kami tidak melakukan komunikasi. Meski aku mengantongi nomor ponselnya, namun aku sedikit segan untuk menelponnya atau menulis pesan untuknya.
Suara pramugari-yang mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat dan meminta penumpang untuk memakai sabuk pengaman- membuyarkan lamunanku. Aku segera menegakkan posisi dudukku dan memakai sabuk pengaman.
***
Aku menarik koperku menuju mobilku-yang aku titipkan di penitipan mobil di bandara selama liburanku. Begitu memasukkan koperku ke dalam bagasi, aku segera duduk di balik kemudi.
Aku menghidupkan ponselku yang aku matikan selama penerbangan tadi. Sejumlah pesan dan panggilan tak terjawab langsung memenuhi ponselku. Salah satunya pesan dan panggilan dari adikku, Ian.
From: Ian
Hey bro! Answer my call!Aku hanya tersenyum membaca pesan darinya. Ia mencariku. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Aku sibuk, dia pun sibuk.
Setibanya di apartementku, aku segera meletakkan tas dan menuju kamar mandi. Rasanya lelah dan aku ingin mandi air hangat.
Setelah selesai membersihkan diri, aku-yang hanya mengenakan celana boxer- mengambil ponselku dan menghampiri tempat tidurku. Aku merebahkan tubuhku diatas empuknya kasur.
Aku mencari kontak Ian di ponsel. Aku belum menghubungi Ian dan ia pasti menunggu kabar dariku.
Pada deringan pertama, Ian langsung mengangkat panggilanku.
"NICK!"
"ya..." jawabku dengan nada malas.
"Kau dimana?"
"Di apartement"
"Indonesia?"
"Ha? Kok Indonesia?" Aku balik bertanya karena bingung dengan pertanyaannya.
"Stella bilang kau sedang liburan ke Indonesia."
Ahh rupanya kakak cantikku itu yang memberi tahu tentang liburanku kepada Ian.
"Sudah pulang." Jawabku singkat yang malah memancing kejengkelan adikku.
"Sudah pulang katamu?! Kau kakak yang jahat. Kenapa tidak mengunjungiku?!" Ucapnya denga nada keras. "Wait, kau liburan dimana?"
"Jogjakarta"
"Hell, kau liburan di Jogja? Kenapa tidak ke Jakarta? Jakarta-jogja kan tidak jauh. Kau pasti punya uang untuk beli tiket. Menyebalkan." Omelnya panjang lebar.
"Tidak ada waktu" jawabku sambil terkekeh membayangkan wajahnya.
"Kau kakak yang jahat"
"Sudahlah Ian. Aku pasti akan mengunjungimu lain waktu. Aku ingin istirahat, ku tutup ya."
-klik-
Tanpa mendengar jawabannya, aku langsung memutuskan sepihak teleponku.
Aku tiba tiba merindukan Ian, adik kecilku dan Stella kakak perempuanku. Usia kami saling terpaut 2 tahun. Sehingga kami pun bagaikan teman sebaya. Aku dan Ian yang selalu melindungi Stella dari godaan para lelaki. Dan Stella yang selalu menyayangi kami bagai ibu yang menyayangi anaknya.
Kami bertiga hidup dengan saling menguatkan satu sama lain. Karena kami bukan berasal dari sebuah keluarga bahagia dan harmonis.
Ibu yang berasal dari Manado menikah dengan ayah yang berkebangsaan Australia. Mereka saling mencintai. Namun entah apa yang terjadi hingga saat aku berusia 10 tahun akhirnya mereka memilih bercerai.
Kami bertiga-Aku, Stella, dan Nick- hidup dengan saling menguatkan satu sama lain. Kedua orang tuaku saling memperebutkan hak asuh atas ketiga anaknya ini. Akhirnya setelah tarik ulur yang rumit selama 2 tahun, diputuskan bahwa aku dan Stella di asuh oleh ayah sedangkan Ian di asuh oleh ibu.
Ibu langsung membawa Ian pulang ke Indonesia untuk tinggal bersama Oma. Aku dan Stella sedih harus berpisah dengan adik kecil kami. Namun ini takdir.
Sejak itu aku tidak pernah lagi merasakan rasa kasih sayang seorang Ibu. Bagiku Stella lah pengganti sosok ibu yang hilang.
Setelah lulus SMA, aku memilih kuliah di kota lain dan hidup terpisah dengan ayah dan Stella. Aku bekerja paruh waktu sambil melanjutkan kuliahku.
Ayah bukan sosok yang galak dan keras. Ia sangat penyayang. Bahkan ia sempat menentang pilihanku untuk hidup terpisah. Namun setelah aku menjelaskan tentang aku yang ingin hidup mandiri, Ayah akhirnya mengalah.
Ayah juga selalu mengirimiku uang bulanan yang sangat lebih dari cukup, meskipun aku selalu menolak. Namun Ayah tetap bersikeras mengirimiku uang dengan dalih agar aku tetap dapat hidup dengan layak. Akhirnya aku hanya menggunakan uang kiriman Ayah untuk membayar biaya kuliahku, sisanya selalu aku simpan di bank. Untuk memenuhi keperluan pribadiku, aku memakai uang sendiri yang aku peroleh dari kerja part time.
Setelah satu tahun hidup terpisah dengan Ayah dan Stella. Aku mendapat kabar dari Stella bahwa Ayah akan menikah lagi. Antara senang dan sedih saat mendengar kabar itu.
Begitu melihat wanita pilihan Ayah-ibu tiriku- itu aku langsung tersenyum senang. Ia merupakan sosok ibu yang baik dan lembut, Elena namanya. Ia membawa seorang gadis cilik hasil pernikahannya yang dulu. Ayah terlihat senang sekali dengan kehadiran Rachelle -- adik tiriku. Aku berharap Ayah berbahagia dengan Elena.
Hingga aku lulus kuliah, bekerja, dan hidup mapan seperti ini, tidak sekalipun aku bertemu dengan Ibu begitupun dengan Stella. Ayah dan Ibu seperti memutus komunikasi di antara mereka. Itu berarti juga memutuskan komunikasi antara aku, Stella, dan Ian.
Sekarang aku bisa bebas berhubungan dengan Ian dikarenakan teknologi yang semakin maju. Dengan mudahnya aku menemukan kontak Ian. Ian begitu terkejut saat tahu aku menemukannya. Sejak itu kami menjadi lebih dekat meski jarak memisahkan kami.
***
Maaf baru muncul setelah sekian lama hiatus. Tugas sekolah makin merajalela wkwk
Hari ini aku tour sekolah ke Jogja-Malang. Di Jogja nanti bakal mengunjungi Merapi. Rasanya wow bgt. Barusan kemaren nulis cerita tentang Merapi dan skrg mau ke Merapi. Tbh cerita Merapi yg kemaren itu hasil searching. Jadi maaf klo ada salah salah info yaaa.
Buat Gadis Prambanan, sebentar lagi bakal masuk konflik. Haduhhh sebenernya bab nya blom dibikin sih wkwk. Jujur, bikin cerita itu susah yaaa biar dapet feelnya. Apalagi buat act romantis gitu. Tapi bakal tetep belajar kokkk.
Makasih yaaa yg sudah read vote dan komen cerita ini. Itu sangat membantu aku buat terus bangkit dan nulis lagi lagi lagi.
30 April 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Prambanan
ChickLitKetika banyak orang berkata bahwa Candi Prambanan ini membuat hubungan sepasang kekasih tak langgeng. Justru karena Candi Prambanan ini aku menemukan gadis pujaanku. -aku, yang mencintai si gadis Prambanan- Ini bukan cerita tentang Legenda Candi Pra...