KTS [05]

6.3K 328 22
                                    


[VotMen Please]

Sang kakak langsung melepaskan pelukan risya dan jalan terburu-buru saking paniknya.

"Kak...mau kemana??" tanya Risya yang matanya masih basah karena airmatanya berguguran ke pipi mulusnya.

"Ya minta bantuan tetangga lha...buat nyari echa..." jawabnya sambil menoleh ke arah risya masih dengan lari terburu-buru. Risya hanya mengikuti kakaknya dari belakang. Tapi, tiba-tiba aja...Buuuggghhh...risya menabrak punggung kakaknya itu tiba-tiba aj berhenti tanpa aba-aba.

"Aduuuuhhhh...kenapa lagi sih kak?? Kok tiba-tiba aja berenti??" tanya risya sambil memijit-mijit keningnya yang terasa sakit.

"Ris...kayanya ga mungkin deh kita ngetok satu-satu rumah tetangga...bikin tangan kita pegel aja kan??" kakaknya membalikkan badan ke arah risya sambil memainkan telunjuknya ke dahinya...tanda mikir...

"Trus??"

"Kita ke pos aja..."

"Mau ngapain??" tanpa menjawab pertanyaan dari risya, kakaknya langsung meluncurkan kaki menuju pos yang terletak di gerbang kompleks perumahannya. Terlihat pak sarip dan pak umar sedang serius bermain catur di depan pos sambil sesekali menyeruput kopi miliknya. Sehingga tak menyadari dua gadis yang berlari ke arahnya.

'Nguuuuuuuuuuuuuunnngggg' begitu tiba di pos, tanpa minta izin kedua satpam itu, kakaknya risya langsung menekan bel yang terletak ditembok pos tersebut...sehingga terdengarlah suara menggema seperti suara sirene pemadam kebakaran di area kompeks perumahan itu tanda kalau telah terjadi sesuatu di area komplek itu.

'Croooootttt' tanpa sengaja pak sarip memuncratkan kopi yang masih ada di dalam mulut ke papan catur karena saking kagetnya mendengar sirene berbunyi.

"Ehhhh...copot lu jantung copot lu jantung..." kaget pak umar mendengar suara sirene...

"Ada apan sih neng...bunyiin sirene ga bilang-bilang...nanti kalo smua warga bangun gmn??" tanya pa umar sambil mengelus-elus dadanya berusaha menormalkan denyutan jantungnya. Kedua satpam itu berdiri meminta penjelasan darinya.

" maaf ya pak sarip, pak umar...soalnya..." belum sempat gadis itu berkata, semua warga kompleks itu sudah berkumpul disana.

" ada apaan sih pak sarip, pak umar?? Kenapa bunyiin sirene?? Apa ada maling?? Atau kebakaran?" tanya pak hamdan mewakili seluruh warga. Kali ini mereka datang tidak membawa senjata seperti sebelumnya. Tapiiii...mereka datang ala kadarnya, ada warga yg datang cuma memakai celana pendek dan bertelanjang dada, da yg nyeker alias ga pake sendal, da yg dateng membawa buntelan, da yg dateng rambut masih awut-awutan tak tertata seperti singa mengamuk, mungkin warga itu terbangun dari tidurnya ketika mendengar sirene berbunyi.

"Ga tau nih ada apan...neng feby yang bunyiin sirenenya tadi..." jawab pak umar. Semua mata tertuju pada febi sekarang, nama dari kakak echa dan juga kakak risya.

"Bgini loh...bapak-bapak ibu-ibu...adik saya echa ditulis...ehh salah, maksudnya diculik...huhuhuhuhu..." jawab febi sesegukan sambil mengusap-usap airmatanya yg ngalir gitu aja...

"Whaaattt???" pak sarip dan pak umar saling pandang, kaget.

"Diculik apan...wong tadi dia pergi ma cowo-cowo naek mobil item..." kata salah satu warga dsana yg mulai kesal dengan kejadian hri ini...mana tadi sebelumnya dibuat panik sama echa...ehhh,,,skrg kakaknya mo biqn panik lgi.

"Nahhh...itu...itu pasti mobil item itu yang nyulik echa...dan cowo-cowo itu penculiknya...huhuhuhu..." febi memberi penjelasan masih dengan sesegukan.

"Niiihh buktinya...echa ga mungkin pergi cuma pakai sendal sebelah dan hp echa tadi ditemuin di semak-semak depan rumah..." sambung febi sambil menunjukkan sebelah sendal echa dan hp milik echa kepada warga. Beberapa warga ada yg mengangguk mengerti, 'mungkin tadi echa diancam penculiknya dan bilang kalo mereka teman-temannya' kira2 sperti itulah pikiran warga.

[01] Kasih Tak Sampai [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang