Part 5 (Revisi)

27.9K 1.6K 19
                                    

Edisi Revisi

**********

Author POV

Lily berlari menuju kelas, ketika jarak antar dirinya dan kelas sudah dekat ia menghentikan larinya lalu sedikit mengatur nafas. Ia memasang wajah semanis mungkin sebelum meminta izin untuk masuk ke dalam kelas.

Tangannya mengetuk pintu hingga saat ini pusat perhatian ada pada dirinya. "Permisi bapak," sapa Lily dengan manis. Pak Adi menatap Lily dengan tatapan sinisnya.

Pak Adi menghampiri Lily yang masih berdiri di ambang pintu. "Kenapa kamu baru masuk? Apa kamu tidak punya jam?"

Lily tersenyum dan mengulurkan lengannya  "Oh tentu saya punya pak, ini.. tapi jam ini mati," jawabnya dengan jujur. Pagi tadi karena mengantuk ia tidak sadar bahwa jamnya mati.

"Siapa nama kamu?" tanya pak Adi.

"Emm Lily pak,"

"Oh kau yang telat pagi tadi kan?" tanya pak Adi dengan nada sinis dan meremehkan. "Hah pasti kau naik angkutan umum, kau murid yang mendapat beasiswa ya?jika iya tau dirilah sedikit, sudah diberi kesempatan bersekolah disini tapi masih berani telat,"

Lily mengerutkan kening, yahh ia memaklumi jika dikira murid program beasiswa karena memang penampilannya tidak glamor seperti yang lain. Barang yang ia gunakan juga bukan barang bermerk mahal. Tapi kenapa guru ini memandang rendah murid program beasiswa.

"Jadi saya boleh masuk atau tidak? jika tidak saya akan pergi sekarang jangan membuang-buang waktu pak," ucap Lily yang sudah mulai kesal. Mata pak Adi hampir keluar karena kaget ada murid seberani ini.

Dari jauh Alex dan Ana hanya bisa melihat apa yang akan terjadi pada sahabatnya itu.

"Hey anak muda, orang tuamu bahkan tidak mengajarimu sopan santun??" tanya pak Adi dengan suara yang sudah naik satu oktaf.

Lily menggeram, ia tidak terima kalau orang tuanya dibawa-bawa. "Orang tua saya selalu mengajari saya sopan santun pak, sepertinya bapak yang tidak pernah diajari oleh orangtua bapak untuk menghargai orang lain, Bapak bahkan memandang rendah saya hanya dari penampilan. Bapak tidak berhak menghakimi saya apalagi orang tua saya," ucap Lily dengat datar dan sangat dingin.

Lily langsung berbalik untuk pergi namun ia mengundurkan niatnya. Ia berbalik dan kembali pada pak Adi yang masih takjub akan jawabannya.

"Saya lupa satu hal pak, jika bapak ingin dihormati maka bapak harus belajar menghargai. Jangan hanya bisa meremehkan orang sesuka bapak dan bapak harus tau, salah satu orang yang bapak salahkan tadi adalah Alvaro Reyhan Pradipta karna dia adalah orang tua saya," dengan sinis Lily tersenyum miring melihat wajah pucat di depannya. Ia langsung pergi meninggalkan kelas yang masih hening karena insiden yang ia buat.

Lily berjalan kembali ke kantin, disana ia melihat Rion dan Abil yang baru saja ia kenal hari ini. "Hay!!" sapa Lily sebelum bergabung dengan keduanya.

"Oh hay Lily, lo nggak jadi ke kelas?" tanya Abil.

"Emm aku tidak diizinkan masuk, oh iya kenapa kalian hanya berdua?"

Abil terkikih geli mendengar penjelasan Lily. "Haha udah gue duga, lo anak baru tapi udah telat 2 kali. Biasa.. lagi pada ke aula basket, gue lagi males main jadi gue disini deh sama Rion," jelas Abil dengan asik.

Lily mengangguk mengerti, ia senang bicara dengan Abil yang asik dan baik.

Mereka bertiga terdiam hingga Abil bangkit berdiri. "Ehh aduh gue ke toilet dulu ya kebelet nih," ucap Abil. Ia segera berlari ketoilet dengan gaya seperti menahan buang air kecil yang sangat lucu.

I Love You, Daddy (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang