Hay.... hehe maaf baru update, ini aja aku nulis sambil ngerjain tugas kampus..
Maaf yaa kalian jadi nunggu lama...
langsung aja deh yaa happy reading dan jangan lupa vomment ;)
***********
Author POV
Aldric menatap layar ponselnya. Ini semua terasa seperti mimpi. Tubuhnya seolah tidak memiliki tenaga untuk bergerak, bahkan untuk bernafas pun ia merasa sesak. Bagaimana mungkin Lili pergi secepat ini.
Ia mengontak Alex untuk memastikan berita itu, ia berharap ini semua bohong. Sungguh Aldric masih berharap untuk memiliki kesempatan dengan Lili. Nomer Alex sangat susah dihubungi, itu membuat ia semakin kacau, Aldric memutuskan untuk mengontak Monica.
"Halo Icha.." sapa Al secara langsung setelah telpon diangkat.
"Ha-halo Al," suara serak Monica menjelaskan semua. Al menggigit bibirnya menahan getir. Teryata semuanya benar.
"Lili pergi?" hanya itu yang bisa ia tanyakan.
Monica terisak kecil, "Brother, cepat pulang.. opa Arsen bilang mungkin nanti sore atau besok pagi Lili akan dimakamkan."
Ponsel meluncur jatuh kelantai. Semua tawa dan pertengkaran, semua pembicaraan sebagai dukungan kini hanya tinggal kenangan. Aldric hanya bisa menatap kosong, semuanya begitu cepat, rasa cintanya begitu cepat, rasa sakitnya juga begitu cepat. Ia memutuskan untuk pulang hari ini juga. Meskipun dengan pulang ia tidak akan sempat melihat jasad Lili tapi setidaknya ia bisa mengunjungi makam Lili.
Di rumah sakit, Ares hanya duduk diam. Ia meneriakan nama Lili dan menangis dalam hatinya. Semua menangis dan bersedih tapi semua pun tau, yang paling sedih disini adalah Ares. Ia tidak menangis, tapi dari situlah semua orang tau, kesedihannya bahkan tidak bisa diungkapkan hanya dengan menangis histeris. Kini ia merasa seperti ada rongga kosong, entah bagaimana caranya ia harus melanjutkan hidup.
Sandra duduk disamping Ares, ia mengelus bahu Ares pelan "Mama yakin, Lil akan mendapat tempat yang indah di sana,"
"Yah.. doakan saja ma," jawab Ares. Raut sedih tergambar jelas diwajahnya. Ia sudah memaafkan mamanya, mungkin ini semua memang sudah takdir hidupnya.
"Maafkan mama.. semua karena mama, seandainya mama tidak membuatmu bertengkar dengan Lil.." isakan Sandra lolos begitu saja. ia baru merasakan, ternyata dirinya begitu menyayangi Ares dan kedua cucunya.
Ares menggeleng lemah, "Mama tidak salah, nanti kita bicara lagi dirumah sekarang tolong ma.. Ares sedang tidak ingin bicara dengan siapapun," pinta Ares. Sandra mengangguk mengerti. Ia tersenyum dan mencium kening Ares. Dalam hati ia terus berdoa untuk cucunya.
Bian menatap ruang ICU tempat tim dokter yang masih berjuang untuk membuat jantung Lili bekerja kembali. Apa kau tidak ingin bangun? daddy sudah kembali pada kita sayang, harusnya kau bisa bertahan sebentar agar semuanya tidak sai-sia, batin Bian.
-----
Lili menatap sekeliling. Mencari sumber suara yang terasa tidak asing ditelinganya. Ini suara daddy nya, iya dia yakin sekali. Lili menoleh pada Malika "Mommy.. apa kau mendengar suara daddy?" tanya Lili.
Malika tersenyum lembut pada Lili, "Tentu saja mom dengar, ada apa sayang?"
Lili menatap mommy nya dengan ekspresi serius. "Kenapa daddy menangis?"
"Karena ia menyayangimu sayang, ia mencintaimu lebih dari nyawanya sendiri. Baginya merelakanmu pergi itu sama saja dengan merelakan bagian dirinya pergi. Kau tau kenapa?" tanya Malika dan hanya dianggapi gelengan oleh Lili. "Karena ia tidak mau melihatmu sakit terlalu lama, daddy mu masih sama dengan yang dulu sayang, ia masih mencintaimu, dan selalu seperti itu meski ia lupa padamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Daddy (SELESAI)
Romance(SEBAGIAN PART DI PRIVAT) jadi follow dulu kalau ingin baca keseluruhan cerita :) Namaku Lily Anissa Pradipta. Yaa benar, aku dari keluarga Pradipta, salah satu keluarga pengusaha besar di Indonesia. Apakah hidupku bahagia? haha jawabannya adalah "...