Part 25

17.9K 1K 28
                                    

Denger Lagunya, putar mulmednya...

Edisi Revisi

********

Author POV

Lily melangkah pergi meninggalkan Ara yang masih terdiam, hati Ara terasa nyeri karena tadi siang ia melihat Aldricnya sedang berpelukan dengan Lily. Aldricnya? masih pantaskah ia bicara begitu karena sebenarnya ia sudah dilupakan sejak lama.

Ara berteriak frustasi, dalm hayi ia membenci dirinya sendiri. Bagaimanapun ini salahnya karena mudah menyerah dan memilih pergi meninggalkan Aldric. Isak kecil Ara memecah keheningan di sekitarnya. Suara angin dan isakannya bersatu menambah kegetiran dalam hati Ara.

Kaki Lily melangkah santai menuju saung yang berada di dekat pantai. Malam ini adalah jadwal latihannya dengan Aldric, tidak peduli dengan tanggapan Ara karena saat ini niatnya murni untuk latihan. Toh sekarang urusannya dengan Aldric selesai dan sekarang hanya ada kata persahabatan diantara dirinya dan Aldric.

"Hay Lil," sapa Aldric yang sudah lebih dulu tiba di saung. Di pangkuannya ada gitar yang sering Lily lihat saat berlatih musik dulu. Lily tersenyum dan duduk di samping Aldric.

"Sudah lama?" tanya Lily.

Aldric menggeleng, "gue juga baru dateng, yaudah ayo mulai.. kita latihan untuk lo aja dulu, tampilan kita berdua santai aja, toh kita pernah duet, jadi tinggal diulang biar lebih bagus,"

Lily mengangguk setuju, ia percaya Aldric bisa diandalkan. Untuk hari ini ia hanya perlu berlatih lirik dan nada lagu yang akan ia nyanyikan. Beberapa kali Aldric menyuruh Lily mengulang lagu agar Lily semakin fasih.

"Nahh bagus, oke ulang sekali lagi.. tapi pas bagian reff suara lo tinggiin dikit yaa, dan bagian itu penghayatannya harus kuat.. lo tau kan? bagian itu adalah isi perasaan dan lo juga inget penjelasan gue kan?"

Lily mengangguk, "menyanyi itu bukan hanya membuka mulut dan mengeluarkan suara, tapi membuka suara hati," jelas Lily.

Aldric menjentikkan jarinya, "tepat.. oke cukup, kita lanjut besok.. gue harap om Ares suka," ucap Aldric dengan tulus.

"Yaa kuharap juga begitu, terima kasih Al, kau banyak membantu selama ini," ucap Lily.

Aldric terdiam, ia merasa aneh dengan kata-kata Lily. "Gue akan bantu lo terus, kita sahabat dan sahabat bukan cuma status,"

Lily terkekeh pelan, "aku hapal kata-katamu Al, aku beruntung memiliki sahabat seperti kau dan yang lain.. kuharap kalian hidup bahagia, karena jika kalian bahagia maka aku juga bahagia,"

"Dan salah satu alasan kami bahagia itu lo, lo bagian dari kami, tanpa lo kebahagiaan kami nggak lengkap," ucap Aldric. Lily menoleh dan merekapun saling melemparkan senyum.

"Thanks," ucap Lily selirih hembusan angin.

Aldric tersenyum dan mengangguk. "Udah mulai dingin, balik ke hotel yuk.. lo nggak boleh sakit karena harus tampil perfect di depan om Ares,"

Aldric berjalan mendahului Lily, andai saja Lily tau, sejak tadi Aldric mengontrol diri agar tidak memeluk Lily.

----------

Ana sudah bangun dipagi buta, ia dan Monica sudah merencanakan untuk membuat Lily dan yang lain bangun untuk melihat sunrise.

Dengan semangat Ana menarik selimut Lily. "Woy!! bangun.. kita dipantai sayang! lo yakin cuma mau tidur dipagi yang cerah?"

Lily yang merasa tergnggu merebut selimut dan kembali bergulung di selimut hangat itu.

"Lily!! ayodong bangun.... lo nggak akan nyesel deh," bujuk Ana lagi. Lily yang merasa kesal karena suara nyaring Ana akhirnya terbangun, ia mengacak rambutnya. Dengan malas Lily melangkah menuju toilet.

I Love You, Daddy (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang