Part 7

16.2K 628 6
                                    

Fey Pov

Tak terasa sudah beberapa bulan berlalu, bahkan aku sudah menyelesaikan berbagai ujian. Selama itu pula aku semakin dekat dengan Dimas.
Terlalu banyak hal yang bisa kami lakukan sehingga membuat kami semakin dekat. Contohnya saja Dimas selalu dengan senang hati membantu mengajarkan pelajaran yang tidak aku mengerti.
Sekarang aku sedang sibuk-sibuknya mendaftar di universitas di kota ini. Tak ada maksud untuk kuliah di luar, karena akan sangat sulit untuk menjalin hubungan jarak jauh dengannya.

Drrrtt drrrtt

"Hallo?" Sapaku pada penelepon di seberang

"Di mana sayang? Sudah selesai urusannya?" Jawab Dimas. Oh yaampun aku sudah merindukannya

"Ini baru selesai. Kenapa Dim?" Balasku

"Mampir ke kantor ya? Pak Tony akan menjemputmu." Balasnya sekali lagi

" okeyy" kututup telepon dan menuju gerbang kampus untuk menunggu Pak Tony

Tak sampai 15 menit Pak Tony sudah menjemputku

"Pak, kita singgah toko roti dulu ya" yang dijawab dengan anggukan dari Pak Tony

Aku membeli beberapa cake untuk Dimas

_______________________

"Dim, aku udah di depan kantor ni" tanpa basa basi dan sapaan aku memulai percakapan di telepon

"Tunggu sebentar sayang" jawab Dimas dan langsung mematikan telepon

5 menit kemudian aku sudah bisa melihat Dimas dengan penampilannya yang tidak pernah membuatku bosan untuk memandanginya

Bukan hal yang aneh lagi jika setiap bertemu Dimas akan memberikan kecupan hangat di kepalaku, namun ini di kantornya apakah dia tidak peduli dengan omongan orang.
Aku mendelik melihat tingkah lakunya seperti tidak malu-malu mengumbar kemesraan di tempat umum. Dia hanya membalas senyuman hangat bahkan mecium bibirku sekilas.
Ahh Dimas resee, aku merutuki sifat Dimas yang berhasil membuat wajahku semerah tomat

Dimas merangkulku untuk mengikutinya keruang kerjanya. Dapat kulihat beberapa pasang mata yang melihat Dimas dengan pandangan memuja, ada rasa iri dan bangga di waktu bersamaan. Namun sepertinya Dimas cuek-cuek saja dengan banyak mata memperhatikan dirinya

Sesampainya diruangannya aku duduk di sofa bersama dengannya. Ternyata dia sangat sibuk. Dia bahkan tenggelam dengan pekerjaannya. Mungkin dia melupakan kehadiranku, ahh sungguh membosankan.

Perlahan aku berdiri tak ada niat untuk mengganggunya. Mungkin jalan-jalan di kantornya bisa menghilangkan kejenuhanku. Aku belum sempat berdiri sepenuhya, sebuah tangan kekar menahanku yang membuat diriku jatuh di pangkuan pemilik tangan kekar itu. Kaget dengan perbuatannya aku mendelik dan ingin berteriak. Dan dengan cepat Dimas membungkam mulutku dengan memberikan kecupan singkat. Dan yaap itu berhasil membuat wajahku merah.
Dia hanya tersenyum melihat tingkahku yang hanya menunduk malu. Jujur saja walaupun sudah berpacaran beberapa bulan, aku masih saja malu jika jarak kami sedekat ini.

Dimas mengelus pundakku dan masih betah memandangiku yang masih saja menunduk. Aku merasa geli saat dia berbisik ke telingaku
"Tadi mau kemana?"

"Ehm bete sih kayak gak dianggap aja aku disini" balasku

"Maaf sayang, kamu bosan ya? Sebentar lagi selesai kok" jawabnya sambil menyelipkan rambut yang menghalangi wajahku

Aku pun berniat turun dari pangkuannya karena dia mulai membaca berkas-berkas yang sedari tadi membuatnya sibuk dan tenggelam bersama pekerjaannya. Usahaku gagal karena tangan Dimas yang bebas merangkul pinggangku.

"Tetaplah seperti ini" katanya
Akupun bersandar di dada bidangnya. Hal yang biasa aku rasakan dalam pelukannya adalah rasa nyaman, dan perlahan kesadaranku mulai hilang karena kantuk yang aku rasakan.
_____________

Aku berusaha membuka mata. Pusing. Hanya itu yang aku rasakan. Setelah pandanganku mulai jelas, kuperhatikan ruangan ini. Oh yaampun, ini bukan kamarku, ini rumah sakit. Apa yang terjadi? Batinku.

Berusaha mengingat apa yang terjadi. Yang aku ingat aku terlelap di pangkuan Dimas.
Tunggu Dimas dimana?
Aku berusaha bangkit namun sayangnya kepalaku tidak bisa berkompromi, akhirnya aku kembali membaringkan tubuhku, berusaha menenangkan diriku bahwa semuanya baik-baik saja.

15 menit kemudian mom masuk ke kamarku, dia terlihat kelelahan bahkan matanya terlihat sembab.

"Chacha, kamu sudah sadar nak" mom mendekat memberikan kecupan di kepalaku. Aku hanya mengangguk karena masih bingung dengan apa yang terjadi

"Mom akan segera kembali" ucap mom sambil keluar dari ruangan ini
Tak butuh waktu lama dokter dan suster masuk bersama mom.
Mereka memeriksa keadaanku dan sesudahnya aku tidak bisa mendengar pembicaraan dokter dengan mom karena aku memilih tidur, nanti pasti mom akan memberitahukan semuanya.

Tak bisa tidur akhirnya aku menyerah dan membuka mataku. Mom berada di sampingku memberikan senyuman hangat.

"Mom apa yang terjadi?" Tanyaku kepada wanita yang paling kusayang selama ini

"Kamu kecelakaan sayang, kamu tidak sadar selama seminggu" ucap mom dengan mata berkaca-kaca
"Mom pikir akan kehilangan putri mom" lanjutnya dengan air mata yang lolos dari matanya

Aku bingung, yang kuingat terakhir aku baik-baik saja bersama Dimas
"Lalu Dimas dimana? Bagaimana bisa aku kecelakaan?" Masih banyak pertanyaan yang membuat kepalaku sakit, hanya satu orang yang ingin aku temui. Dimas kamu dimana. Air mataku mengalir begitu saja
Mom memelukku, aku tahu dia pun khawatir. Tak ingin menambah beban lagi kucoba menenangkan diriku dan menunjukan bahwa diriku baik-baik saja.

"Mom akan jelaskan semuanya sesudah kamu sembuh sayang. Sekarang fokuslah pada kesehatanmu" ucap mom dan yang pasti itu bukan jawaban yang ingin aku dengar. Namun percuma mom orang yang tegas dalam hal apapun, jadi akan percuma jika aku ingin memohon.
__________
Keadaanku mulai membaik bahkan aku sudah diperbolehkan pulang dan selama itu pula aku tidak melihat Dimas. Kecewa? Tentu saja, aku mengharapkan dia datang menjengukku. Dimana saja dia selama ini. Kabar darinya pun tak pernah ku terima. Aku sudah coba menghubunginya namun semuanya sia-sia.

Beberapa hari yang lalu aku menagih janji kepada mom untuk memberitahuku apa sebenarnya yang terjadi
Kata mom kami mengalami kecelakaan dan aku harus dirawat di rumah sakit. Dimas tidak mengalami ciderah parah. Alasan Dimas tidak muncul selama ini karena dia sibuk dengan pekerjaannya.
Aku merasa ada yang aneh, seolah keluargaku menyembunyikan sesuatu mengenai Dimas. Merasa tak puas dengan berbagai jawaban dari keluargaku, aku berusaha mencari Dimas. Aku bahkan sempat pergi ke kantor Dimas namun aku tak bisa bertemu Dimas. Sekertarisnya selalu mengatakan kalo Dimas tidak berada disini karena ada urusan bisnis diluar.
Sedih rasanya, aku seperti dicampakkan. Apakah selama ini dia hanya mempermainkanku? Bukankah katanya dia ingin mengenalku lebih dalam, dan ingin memulai hubungan ini dengan dasar cinta?
Ah fey mungkin kamu terlalu bodoh dengan mempercayai kata-kata manis yang dikeluarkan Dimas

Haruskah aku melupakannya dan mencari pengganti baru? Ini sungguh membuatku pusing.
Entah apa yang harus aku lakukan, rasanya seperti berada di jalan buntu.

Dimas kamu dimana? Batinku dan air mata pun lolos begitu saja


Love or ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang