Part 8

14.4K 544 8
                                    

Entah sudah berapa lama hari-hari ku tanpa Dimas. Waktu berjalan sangat lama membuatku jenuh untuk mengisi hari-hariku. mom menawarkanku untuk istirahat tahun ini jika aku berubah pikiran karena kecelakaan yang aku alami. Sayangnya aku menolak tawaran mom. Aku harus segera beraktifitas agar aku tak semakin tenggelam dalam kesedihan. Aku memang tidak mengikuti kegiatan-kegiatan untuk penyambutan mahasiswa baru, dengan berbekal surat keterangan dokter aku tak perlu bersusah payah seperti mahasiswa baru lainnya.
Beruntungnya kim masuk satu jurusan denganku. Sahabatku yang satu ini memang selau ada bersamaku. Aku memulai perkuliahan yang jujur saja masih membuatku bingung karena harus menyesuaikan diri dengan perubahan dunia kampus yang baru. Tak ada yang menarik.

_______
Aku mengecek kembali jadwal kuliahku. Ahh beruntungnya hari ini hanya satu mata kuliah. Aku bisa bermalas-malasan di rumah karena kelasku dimulai jam tiga. Entah apa saja yang aku lakukan untuk menghabiskan waktu di rumah. Ku lirik lagi jam dinding di kamarku. Sepertinya aku harus bersiap supaya gak kena macet.
Setelah kupastikan diriku rapi aku pun keluar rumah menuju jalan raya. Harus beberapa kali naik angkot untuk tiba di kampusku. Beruntungnya aku sudah tidak dikekang seperti dulu. Kini aku bebas menggunakan kendaraan umum karena aku sudah kuliah. Ku yakinkan keluargaku kalo aku bukan anak kecil lagi.
Kulirik jam yang menempel ditanganku. Duh telat nih kalo gak dapet angkot. Batinku karena sedari tadi belum ada angkot yang lewat. Ahh kak Damian pasti gak keberatan untuk mengantarku ke kampus. Ku coba meraih hp ku di tas, setelah berhasil mendapati hp ku. Aku hanya bisa gigit jari karena hp ku low bat. Aku baru ingat kalo gak sempat nge-charge hp. Terpaksa aku berjalan perlahan.
Tiit tiitt
Suara klackson mobil yang sepertinya di tujuhkan padaku.
Dia? Aku kaget melihat orang yang keluar dari mobil dengan senyuman yang belum berubah seperti 2 tahun yang lalu. Marck. Kenapa bisa di sini?
Dia mendekat, aku sedikit bingung menghadapinya. Awkward. Itu yang kurasakan saat ini. Ada yang berbeda, jantungku tak seperti dua tahun yang lalu. Sayangnya perasaan itu masih setia kepada Dimas. Dan yang lebih disayangkan dia meninggalkanku di saat aku benar-benar mencintainya.

"Hai" sapaannya membuatku tersadar dari lamunan

"Hmm?" Aku menggumam tak tahu harus berkata apa

"Mau kemana?" Tanyanya

"Kampus" jawabku singkat dan bersiap untuk pergi karena aku bisa terlambat jika tak berangkat segera

"Aku antar" balasnya dan menarikku masuk ke dalam mobil. Malas untuk berdebat, ku ikuti saja maunya.
Setelah menyebutkan di mana kampusku tak ada lagi percakapan yang muncul di antara kami. Hening. Tak ada niat untuk memulai percakapan aku pun berusaha tidur atau lebih tepatnya pura-pura tidur.
Di saat seperti ini pikiranku melayang, merindukan sosok pria yang biasanya menemaniku. Kemana saja Dimas? Kenapa di saat dia tak ada Marck muncul di hadapanku. Apakah ini kesempatan yang diberikan Tuhan agar aku bisa melupakan Dimas? Memikirkannya saja sudah membuat dadaku sesak. Entahlah, yang pasti aku belum siap menghilangkan Dimas di hati.
***

Maaf singkat banget ya hehe.. baru update juga
Mohon maaf banyak" deh buat yg masih nunggu cerita ini
Xoxo


Love or ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang