Part 12

16.5K 601 23
                                    

"Oh ya ampun, aku telah membangunkan singa" batin Fey.Tubuh gadis mungil itu langsung bangkit dari tubuh Dimas. Ia tahu bahwa dia membuat kesalahan. Hal itu membuat Fey sangat malu. Ia berjalan tergesa-gesa menuju tempat tidur dan tak lupa menutup dirinya dengan selimut untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah pasti memerah.
Dimas tertawa geli melihat Fey yang tampak menggemaskan. Toh bukan salahnya jika terpancing. Berusaha setenang mungkin, namun dia tetap pria normal.
"Kenapa sayang ada yang sakit?" Tanya Dimas dengan nada bicara yang dibuat sekhawatir mungkin.
Fey yang tahu sedang digoda hanya menggembungkan pipinya. Lama-lama juga Fey merasa kepanasan berada di dalam selimut. Akhirnya dengan malu-malu dia menampakan wajahnya. Dimas yang sudah berada di samping tempat tidur tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia mencuri ciuman di bibir sang gadis yang membuat Fey semakin merona.
"Aku suka melihatmu merona. Sudah sering digoda masih saja mudah tersipu malu" ucap Dimas sambil mengelus pipi Fey dengan lembut.
"Berhenti menggodaku" balas Fey yang merasa sedang digoda.
Dimas mengangkat satu keningnya "siapa yang menggoda duluan?" Dimas masih saja terus menggoda.
"Aku tak menggoda. Kamunya aja yang mudah kepancing" Fey tak mau kalah
Dimas sunggu merasa gemas melihat gadisnya yang tak mau kalah.
"Jadi aku udah boleh pulang kan?" Tanya Fey memelas. Jujur saja dia sudah bosan berada di sini.
Dimas hanya mengangguk.

----
Setelah mengurus semua administrasi dan dokter sudah mengijinkan pulang. fey segera bersiap-siap untuk pulang. Hal yang dia lupakan setelah bebrapa hari ini bersama Dimas adalah dimna Marck. Dia bahkan tidak kembali bahkan menampakan batang hidungnya pun tidak. Dimas yang memasuki ruangan menyadari bahwa Fey sedang memikirkan sesuatu.
"Ada apa sweet heart?" Bahkan Fey tak mendengarkan Dimas
Dimas pun mendekat dan sontak membuat Fey kaget.
"Apa yang kau pikirkan?" Dimas memandang Fey lekat.
"Tak ada. Sudah selesai? Kita bisa pergi sekarang?" Balas Fey dengan pertanyaan yang membuat Dimas tampak tak puas.
"Ya" Dimas mengambil barang-barang Fey dan berjalan didepan gadisnya.
Fey mengernyit bingung melihat sikap dingin Dimas. Ada apa dengan kekasihnya? Batin Fey menerka-nerka.

Di mobil pun Dimas tak mengeluarkan suara sama sekali. Keheningan yang terjadi tentunya sangat mencekam bagi sang gadis.
"Apa kegiatanmu hari ini?" Fey berusaha memecahkan keheningan yang menyiksa.
"Aku akan kembali ke kantor. Masih ada beberapa hal yang harus dilakukan. Kamu istirahat saja di rumah" jawab Dimas sekenannya
"Okey. Jangan lupa mengabari aku. Aku menunggumu" Fey berusaha tegar walaupun suara yang keluar terdengar lirih. Dia takut dengan kata menunggu. Fey merasa dirinya selalu menunggu Dimas. Apalagi sikap Dimas yang berubah dingin. Dimas berada disampingnya namun terasa sangat jauh untuk diraih. Dimas sangat sulit ditebak. Fey berusaha menyembunyikan ketakutannya dengan memalingkan wajahnya ke jendela.

Beberapa hari berlalu namun hanya sebatas pesan singkat yang diterima Fey. Mendengarkan suara Dimas pun hanya bisa gigit jari karena kesibukannya sebagai CEO.
Fey berusaha mengalihkan perasaan sedihnya dengan mengisi kegiatan kuliah. Ditambah orangtuanya sudah berada di rumah mengurangi rasa sepi yang Fey rasakan.
Kabar bahwa Dimas dan Fey sudah bertemu merupakan kabar yang baik bagi kedua keluarga.

"Ma, aku pulang agak terlambat nanti ya" pamit Fey yang akan pergi kuliah. Mama memang sering khawatir dengan kesehatan Fey. Dia yang mengetahui Fey masuk rumah sakit semakin membuatnya khawatir karena Fey yang tampak sibuk sementara kesehatan anak gadisnya itu masih harus diperhatikan.

Dikampus Fey berencana mengikuti organisasi. Bukan karena keinginannya namun karena tugas yang diberikan dosen. Sebenarnya tugasnya tidak perlu masuk sebuah organisasi. Namun mengingat organisasi tersebut membantu dirinya untuk menambah wawasan toh tak ada salahnya mencoba. Mencari kesibukan saat ini adalah pilihan yang tepat. Mungkin dia harus membuat dirinya menjauh dari Dimas agar Dimas bisa merasakan betapa dia memerlukan Fey. Kalaupun Dimas tak mencarinya itu tandanya tak jodoh.

Selang beberapa minggu tak bertemu membuat Dimas resah sendiri. Fey biasanya datang ke kantornya. Namun sekarang Fey bahkan benar-benar tenggelam dan entah kemana. Pesan yang dikirimkan pun hanya di balas singkat. Bahkan hanya sekedar di baca. Dimas menyadari dirinyalah yang pertama menghilang, namun ketika gadisnya mulai menghilang membuat dia panik. Rasa cemburu yang selama ini dia pendam membuat dirinya berusaha menjauh dari Fey namun tak menyangka bahwa sebenarnya dia hanya melukai dirinya sendiri.

"Halo sayang kamu dimana?" Suara dibalik telepon menyapa sang gadis.
"Aku tak dirumah. Maaf tak mengabarimu. Bukannya kamu ada rapat?" Balas Fey pada penelepon di seberang yang tak lain adalah Dimas.
"Rapatnya sudah selesai. Kamu dimana? Biar aku yang menjemputmu." Ucap Dimas dengan nada final tanpa penolakan.
"Aku akan mengirim alamatnya. Nanti aku kabari jika sudah selesai." Balas Fey yang ingin segera mengakhiri pembicaraan. Dirinya sudah cukup lelah. Mengikuti sebiah organisasi tentunya harus menguras waktu dan tenaga. Organisasi yang dia ikuti harus mengikuti kelas di hari Jumat yang kadang membuatnya pulang malam. Kadang dia merasa menambah kelas mata kuliahnya. Yap dia mengikuti kelas pasar modal yang tentunya harus belajar. Hari ini adalah hari terakhir kelas yang dia ikuti. Rasa senang tak bisa Fey rasakan dengan muda karena kakak senior mengajak dia dan teman-teman yang lain untuk makan bersama sambil menjalin keakraban.

Waktu menunjukan pukul 8. Fey menghubungi Dimas untuk segera menjemputnya. Tak berapa lama Dimas mengabari bahwa dia sudah sampai. Fey yang hendak pulang duluan berpamitan dengan teman-teman dan beberapa senior yang dia kenal.
Saat sudah dekat mobil Dimas. Salah satu seniornya memanggil Fey dan menawarkan Fey untuk pulang bersama. Yang tentu saja ditolak oleh Fey mengingat Dimas menjemputnya. Palingan juga modus batib Fey.
Dimas yang melihat Fey segera keluar menghampiri gadisnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Dimas. Senior yang tadi terasa menciut mwlihata kehadiran Dimas. Fey merasa legah karena seniornya akhirnya tidak memaksa dia pulang bersama. Permasalahannya adalah Dimas yang muda cemburuan.
Ya Tuhan batin Fey gelisa
Dimas masih tampak baik-baik saja meski sempat terlihat tidak menyukai salah satu senior Fey.
Sesampainya dimobil. "Sayang bisa ambilkan barangku di belakang?" Ucap Dimas. Fey bingung karena biasanya Dimas yang akan mengambil keperluannya. Namun Fey tetap turun dan membuka pintu belakang mobil
"Huahhh" ucap Fey girang. Diwaktu malam membuat Fey tak memperhatikan boneka beruang yang besar berada di dalam mobil. Dimas sudaha berada di belakang Fey memeluk gadianya dari belakang sambil mengecup puncak kepala gadisnya.
Fey membalikan badannya dan memeluk Dimas
"Makasih" ucap Fey sungguh-sungguh.
"Kamu menyukainya? Maaf aku tahu kamu menghindariku karena kecewa dengan sikapku" Fey hanya mengangguk menikmati kehangatan yang diberikan Dimas.
------------
Okey sedikit cuap-cuap buat yang kangen kedua sejoli ini. Maaf gak ngupdate. Aku sibuk banget dengan tugas. Dosen ku itu kalo ngasih tugas kayak mesan makanan :'(
Mau nulis cerita pas lowong tapi udah gak dapat feelnya. Aku gak tau kalo teman-teman masih dapet feelnya atau enggak. Mau ditinggalin cerita ini juga kasian buat yang baca. Jadi bingung mau lanjut apa di delete aja cerita ini -,-"
Maaf juga banyak typo, aku nulis di hp soalnya

Love or ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang