Aku tetap terlelap dalam keheningan. Mungkin orang-orang menganggapku cengeng karena masih saja larut dalam kesedihan. Tak bisa kupungkiri bahwa aku pun menganggap diriku begitu lemah. Hanya bergantung pada satu orang yang sekarang entah berada di mana.
Ku coba menata hidupku kembali. Menyesuaikan diri tanpa kehadiran Dimas di sampingku.
Semenjak Dimas menghilang menangis dan berdiam diri di kamar menjadi kebiasaanku yang baru. Untungnya Kim bisa menyesuaikan diri dengan perubahan sikapku. Dia tak mengeluh sama sekali jika aku tidak merespon pembicaraannya yang panjang. Dan sekarang Marck pun merasakannya. Aku tak menjawab satu kata pun pertanyaan yang dia lontarkan dan memilih langsung keluar dari mobil saat tiba di kampus. Tak ada niat basa-basi sama sekali.Kelas berlangsung dengan baik dan bisa dipastikan apa yang dijelaskan dosen tadi tak ada yang tertinggal di otakku. Catatan Kim cukup membantu karena dia mencatat materi kuliah tadi dengan singkat namun cukup jelas.
Tawaran kim untuk pulang bersama ku tolak. Jalan-jalan mencari udara segar sepertinya harus ku coba mengingat kebiasaan baruku di rumah yang hanya menangis sendiri.Menonton menjadi pilihanku. Tak ku gubris pemandangan pasangan yang bermesraan meski di depan umum. Tatapan menggoda dari pria lain pun tak membuat keinginanku untuk menonton hilang.
Setelah membeli tiket dan beberapa cemilan untuk menemaniku menonton aku segera masuk ke teater film yang akan kunonton.
Hari ini bioskop tak terlalu ramai mengingat hari ini bukanlah weekend. Banyak kursi kosong, kupikir mungkin film yang aku pilih kurang peminatnya.
Tak lama film dimulai dan aku mematikan ponselku agar tidak mengganggu saat menonton.
Suhu ruangan yang dingin mulai menusuk kulitku. Perutku pun mulai terasa nyeri mungkin karena aku belum makan seharian dan hanya makan cemilan yang tidak bisa mengenyangkan. Kepalaku mulai pusing dan aku pikir harus segera pulang agar tidak pingsan di tempat umum. Dengan sedikit tenaga yang tersisa aku mencoba keluar dari teater. Namun pemikiranku bertolak belakang dengan keadaan tubuhku karena yang kurasakan sekarang hanya kegelapan. Ya Tuhan tolong aku.___________________________________
Saatku buka mata aku langsung tahu kalau aku berada di rumah sakit. Aromanya yang khas membuat orang tahu tanpa harus di jelaskan. Aku sedkit bertanya-tanya siapa yang membantuku untuk di bawa ke rumah sakit. Apa yang harus aku katakan untuk mengucapkan terimakasih padanya.
Tak lama Marck datang dan sepertinya pertanyaan di kepalaku pun terjawab.
Marck mendekat dan suasan dalam ruangan menjadi canggung. Cukup lama kami terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing"Terimakasih" ucapku memecahkan keheningan
"Tak masalah" jawabnya dengan senyum mengembang. Senyuman yang sama seperti yang dulu dia berikan padaku.
"Heh. Bagaimana kamu bisa membawaku ke rumah sakit?" Satu pertanyaan yang masih berada di pikiranku akhirnya terucap
"Aku menunggumu di kampus. Khawatir sepertinya karena kamu terlihat kurang sehat. Dan benar saja kamu pingsan. Kamu bahkan tidak menyadari kehadiranku yang terus berada si belakangmu." Jawaban Marck membuatku terkejut karena selama ini dia berada di belakangku.
"Tadi dokter sudah memberikan vitamin dan obat untukmu. Cha kamu harus perhatikan pola makanmu. Jangan terlalu banyak pikiran dan istirahat yang cukup. Mungkin kalo kamu punya masalah kamu bisa berbagi denganku." Sambung Marck lagi. Dan aku bisa menduga apa yang dia katakan. Tawarannya untuk menceritakan masalahku pun ku tolak.
Marck keluar karena masih ada urusan dan meninggalkanku sendiri di tempat yang membosankan. Orang tuaku sedang berada diluar negri mengunjungi keluarga kami sekalian liburan. Aku mengurungkan niat untuk menghubungi kak Damian. Tak enak membuat dia khawatir.
Merasa tubuhku mulai membaik aku pun bangun dengan memegang sendiri infusku. Pergi ke taman bisa membuat kejenuhanku sedikit berkurang.
Setelah puas melihat-lihat taman aku berniat untuk kembali ke kamar tempatku beristirahat.
Dalam perjalanan aku melihat sosok yang tak kusangka. Ku pikir hanya hayalan, namun aku tetap mengikuti sosok itu. Berusaha untuk memastikan apakah dia nyata atau hanya imajinasiku seperti biasanya.
Dia begitu dekat dengan ku namun suaraku tercekat entah mengapa. Saat dia berbalik kami pun saling bertatapan. Terkejut dengan apa yang sedang terjadi. Namun perasaan bahagia memenuhi dadaku. Ada rasa kecewa dan rindu. Entahlah semuanya menjadi satu sampai membuat dadaku sesak. Cairan bening dapat kurasakan dimataku yang bisa kapan saja menetes di pipiku. Semuanya tak berlangsung lama karena kegelapan kembali menghampiriku
___________________Gantung lagi yaa? Ahaha seneng banget emang ngegantungin orang :p
Kalo coment sama votenya udah banyak aku bakalan secepatnya publish lanjutannya. Apalagi kalo ada yang udah ketebak siapa yang dilihat fey
See u
Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Obsession
RomanceBrakk!!! "duhh sakit tau" gadis itu meringis sambil memegang kepalanya yg kejedot pintu kelas. Entah apa yang aku pikirkan, namun aku langsung tertarik dengan gadis mungil di depan ku. Ku pastikan dia menjadi milikku Dimas Nicolas Fernandez *** Okey...