-1- Langit Bogor-Jakarta

8.3K 355 6
                                    

Sore itu langit dengan semburat oranye, pink dan biru berjejer menjadi satu. Siang terik tadi akan berubah menjadi malam sejuk. Ya, tepat nya di bogor di daerah pinggiran puncak yang diapit oleh bukit-bukit rindang penuh pohon pinus dan kebun teh.

Angin petang tak menjadi penghalang untuknya, sejuk nya bogor sudah kebal untuknya. Bahkan AC dimobilnya saja tetap dihidupkan.

Azan magrib berkumandang bersamaan dengan bunyi lock mobilnya yang barusan ia buka

"Neng gak sholat?" Tanya seorang pria tua dengan seragam security kebanggan nya

"Gak pak, lagi gabole" jawab nya sambil tersenyum

"Oh maaf ya neng, tapi neng kata orang tua jaman dulu ga baik jalan pas lagi adzan magrib neng, pamali"

"Oh iya ya pak" jawab wanita itu sambil terseyum kepada pria dengan seragam security kantornya dan memilih duduk di bale-bale yang di siapkan para security untuk bersantai.

"Bapak gak sholat?" Tanya nya

"Bentar lagi neng, saya sholat di mosholla kantor aja" jawab security itu sambil tersenyum

"Kalo gitu nanti kalo bapak kesini trus saya nya gak ada berarti saya udah pulang ya"

"Ah iya neng, saya sholat dulu ya" jawab security itu sambil memakai kopiah beludru hitam nya dan meninggal kan wanita itu sendirian.

Sendiri, sudah biasa baginya. Sebenarnya ada beberapa security dikantornya ini, tapi mereka semua sedang sholat magrib berjamaah dan cuma menyisahkan bang Simon yang notabene orang batak pemengang kepercayaan nasrani.

"Melamun lagi engkau mbak?" Tanya seorang security batak sambil membawa segelas kopi hitam pekat yang aroma nya begitu nikmat

"Ehehehe ga kok bang" jawab sang wanita dengan senyum indah nya

"Wah, wanita itu banyak kali alasan nya" jawab bang simon dengan logat kental batak nya

"Hehe, oh iya bang. Hari ini berapa orang yang jaga malam?" Tanya wanita itu sambil kadang-kadang menghirup aroma nikmat kopi bang Simon

"Hari ini 7 kenapa engkau bertanya?" Jawab bang simon sambil sesekali menyurup kopi nya itu

"Oh tunggu di sini ya bang, tolong jaga tas saya"

" Eh mau kemana engkau?"

Tanpa menjawab pertanyaan bang Simon sang wanita pergi dengan bermodal kan dompet coklat kulit nya. Ia pergi ke warung masakan padang yang tidak begitu jauh dari kantornya.

Di samping persimpangan itu terdapat sebuah rumah makan padang. Sampai di sana sang wanita membungkus 8 nasi campur berlauk ayam, perkedel, sambal ati, rendang dan juga sayuran beserta sambal sebagai pelengkapnya.

Tak lupa juga dia membeli gorengan yang ada di samping kantornya.

4 kantong plastik telah dibawa nya menuju pos penjagaan. Disana ada bang Simon yang sedang melihat-lihat layar monitor.

Miris, ia merasa kasihan kepada nasip security-security kantor nya. Gaji UMR yang pas-pasan dan juga setiap kali jaga cuma di beri makan kue atau gorengan seadanya.

Ditaruhnya 4 kantong itu sambil duduk di kursi panjang sebelah bang Simon

"Eh apa yang engkau bawa? Banyak sekali ini?" Tanya bang Simon terheran-heran

"Itu rejeki bang simon sama temen security lain nya" jawabnya sambil mengeluarkan 1 bungkus nasi padang yang ia pesan tadi.

" Eh bang, yg ini punya saya ya. Biar kalo macet bisa saya makan di jalan. Dimakan ya makanan nya, saya pulang dulu"

"Iya, hati-hati wahai adek yang cantik jelita. Terima kasih banyak"

Wanita itu hanya menanggapi nya dengan mengangguk-ngangguk kan kepala nya sambil masuk ke dalam mobil sedang merah nya.

***

Sedan merah melesat dengan kecepatan rata-rata di jalan tol bogor-jakarta, perjalan yang akan ia tempuh adalah selama 2 jam jika jalan bebas tanpa hambatan.

Lagu Ada band-Haruskah ku Mati karena mu mengalun dengan kerasnya di dalan sedan merah itu.

Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku..

Hentikan denyut nadi jantung ku..

Tanpa kau tak betapa suci nya diriku, berhenti memilikimu

Cinta? Bullshit!
Memiliki? Dia sudah lama tak memiliki dan dimiliki dia bebas, bahkan burungpun iri akan kebebasan nya.

Dia rela hidup di jakarta dan bekerja di bogor, di gila, gila bekerja, dia sibuk dan sengaja menyibukkan waktu nya untuk dirinya. Agar dia tak terlena dengan cinta dan sebagai macam nya.

Dia tidak suka berdiam diri dan perasaan beserta otak nya mulai menghantui pikiran nya dengan kepahitan masa lalu nya.

Dia Saldama Dwiwarna Syach, wanita dengan sosok ramah, workaholic, dingin dan tertutup. Di menutup diri nya untuk orang-orang luar. Dia bukan wanita cerdas dengan otak encer se encer minyak goreng.

Tapi di wanita pandai dengan bisa mengenali situasi. Dia tau bagaimana cara nya dia hidup dan bertahan.

Dia tau apa yang atasan nya suka dan tidak, dia tau ibu Dharma tidak suka pegawai pemberontak maka dari itu dia selalu mengiyakan semua omongan bu Dharma dan saat bu Dharma selesai berbicara barulah dia memberikan pendapat.

Dia tidak suka tergesa-gesa dan tidak juga suka mengulurkan waktu. Dia tau pak Wahyu membenci pegawai yang terlambat datang kekantor maka dari itu dia rela berangkat jam 3 pagi agar datang ke kantor dan menjauhi absen walaupun hidung nya sulit bernafas karena menembus dinginnya kedinginan pagi.

***

3 jam sudah dia lewati, bahkan nasi bungkus yang tadi di belinya sudah habis tak tersisa, ia melahapnya saat jalan utama jakarta sesak akibat ulah para remaja usia tanggung yang sedang menikmati malam minggu. Untung saja persediaan sekardus air mineralnya masih tersisa setengah.

Sesampainya di basemen apartemen.Wiwa, biasa ia dipanggil turun dengan langkah gontai dari mobilnya. Akhir nyaa- batinnya, sesampainya di apartemen cicilan nya itu pikiran nya hanya kepada kamar tidur. Selesai mandi dan memakai piyama Wiwa langsung terkapar tak berdaya di kasur empuknya menikmati alam mimpi indahnya



Hallo reader, ini cerita baru ku. Hahaha... Ini sebenarnya cerita si Kaka Pras. Masih ingat Pras yang mana? Hayoo? Ituloh, adek asuh nya Mas Nauval yang sedikit error gitu otak nya. Nah, bayangin aja gimana ceritanya antara kaka Pras yang playboy cap kadal sama Neng Wiwa yang jomblo bulukan? Yuk silahkan ditambahin di list Perpustakaan nyaa :) :*

Salam cinta♥

Lonely HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang