Part 1 (The first meet)

235 13 1
                                    

"Alice!! Aliceeee..." Teriak Maddi perlahan saat memasuki rumah Alice yang sangat sunyi sambil membawa kantong belanjaan berisi makanan.

Alice terdiam sambil duduk disofa memegang pisau ditangan dan memainkannya tanpa ekspresi apapun, sebelah matanya tertutup poni dan mata satunya menatap tajam Maddi tapi yang Maddi lakukan hanyalah duduk disampingnya dan tersenyum lebar. Banyak orang bilang bahwa Alice sudah tidak waras tapi Maddi yakin bahwa sahabatnya hanya tertekan.

"How many times i had to told you! Jangan bermain dengan pisau atau api atau apapun yang membahayakan dirimu!" Maddi berusaha mengambil pisau tapi Alice hanya menengok dengan tatapan yang menyeramkan tanda dia tidak mau melepaskan pisau itu.

"Alice... Listen to me, lepaskan pisau itu." Maddi membalas tatapan Alice dengan serius dan memegang ujung pisau yang masih ditangan Alice. Gadis itu pun merelakan pisaunya diambil alih oleh Maddi. "Thank you, oiya, aku akan memasak lasagna, ku harap kau suka, ibuku baru saja mengirimkan resep nya jadi... aku akan coba, tunggu lah sebentar Princess." Ejek Maddi penuh keceriaan lalu berjalan kearah dapur.

Alice masih terduduk diam dan kini matanya beralih ke jendela, banyak sekali anak remaja yang sedang menikmati liburan musim panas. Mata Alice terus memperhatikan dan tiba-tiba ada anak yang mengenakan kaca mata yang lewat diantara mereka, mereka mendorong dan membully anak itu didepan rumah Alice. Tidak tinggal diam Alice keluar dan mengambil pisau lain yang ia sembunyikan dia bawah sofa.

Sekumpulan remaja itu melihat Alice yang berjalan keluar. "Stay away from him!!!!!" Teriak Alice dan melempar pisau itu tepat tertancap buku yang sedang dipegang salah satu remaja peganggu itu.

Salah satu pria pengganggu itu menatap Alice dengan mata birunya yang indah dan tersenyum meledek. "Lihat apa yang kau lakukan, Well.. well... Mau jadi pahlawan ya?"

"Leave him alone, atau kau akan menyesal."

"Hahh... kau berani mengancamku...... Ohhh... Im scared, Hahahahahhaha." Tawa pria itu diikuti oleh tawa anak-anak pengganggu yang lain.

Si laki-laki berkaca mata hanya berdiri dibelakang Alice seperti pengecut, Alice kembali melirik si kaca mata itu, dan terlihat sangat ketakutan. "Peringatan terakhir.. Leave him alone..... you little bastard."

"APAA?!?!!??! Kau memanggilku apa??? Kau cukup berani rupanya.." Pria pengganggu itu telihat kesal dan menatap Alice penuh dengan kemarahan.

"Niall... Sudahlah, ayo kita pergi." Seru anak buah pria penganggu tersebut.

Alice tersenyum licik. "Ohh.. nama mu Niall, sepertinya kau harus menuruti apa kata anak buahmu."

Niall mengernyit kesal dan melempar buku yang dari tadi masih ditangannya ke arah si kaca mata tanpa berhenti menatap Alice. "Ini belum berakhir, We'll meet again, Soon.... Dan saat itu terjadi, kupastikan kau tidak akan lepas dari tanganku...." Niall terlihat sangat marah dan pergi bersama temannya yang lain, sedangkan Alice hanya menatap kepergian pria itu dengan rasa puas.

Tanpa berkata apapun Alice kembali masuk, laki-laki yang Alice selamatkan tadi hanya melihat dari kejauhan dan berteriak Terima Kasih.

Alice berjalan menuju dapur dan melihat Maddi yang sedang sibuk. Saat Alice berusaha menjauh dari Maddi untuk kembali ke kamarnya dengan sigap Maddi menahan tangan Alice. "Hey.. Makanan sudah siap! Alice.."

Maddi tersenyum melihat sahabatnya makan dengan lahap walau tanpa ada sepatah kata pun yang keluar.

"Alice.." Panggil Maddi dengan hati-hati, tentu tidak ada jawaban dari Alice, ia sibuk dengan lasagna buatan Maddi. "Ada yang ingin kusampaikan.. Kau ingat Dr. Willbert? Psikiater mu dulu, Aku bertemu dengannya, dia menanyakan keadaanmu, sudah hampir setengah tahun kau menolak bertemu Dr. Willbert." Alice tetap terdiam.

"Oiya Alice, aku berdiskusi dengannya, sepertinya kau butuh sekolah, Maksudku sekolah umum, sekolah normal seperti anak yang lain, aku rasa.. kau butuh berbaur dengan dunia Alice.." Ucap Maddi tersenyum, seketika Alice melihat Maddi dan mata nya cukup memancarkan kata Tidak.

"No... Maddi dont! Jangan biarkan aku masuk ke neraka itu." Kali ini Alice bersikeras untuk menolaknya.

"Kau harus keluar dari rumahmu! kau harus belajar berbaur Alice, Lupakan masa lalumu, make some new friends! It will be fun... Kumohon dengarkan aku kali ini saja Alice, Kau tidak perlu khawatir, kau tetap akan bersamaku." Maddi berusaha membujuk Alice. "Please..."

"TIDAK!!! You never ever can fix me!!!! Sudah cukup Maddi! Cukup sampai disini kau mencampuri urusanku." Alice pun berlari kelantai atas dan membanting pintu kamarnya.

Maddi hanya terdiam dimeja makannya, meneteskan air matanya untuk kesekian kali. Kumohon Alice, izinkan aku untuk membantumu.

Alice terdiam dikamarnya, membanting segalanya, memecahkan kaca dan semua yang ada dikamarnya. "ITS NOT FAIR!!!!!!!! KENAPA HARUS AKU?!?!?!?!" teriakan itu membuat Maddi khawatir dan menyusul Alice ke kamarnya namun kamar gadis itu terkunci rapat.

"Alice! Alice!!!!!! Buka pintunya!!!!"

"PERGI!!!! TINGGALKAN AKU SENDIRI!!"

"Alice.... Aku mohon....." Maddi kini menangis hingga isakkannya terdengar keras, Ia sungguh menyayangi sahabatnya itu. "Alice, maafkan aku! Aku hanya ingin membantumu. Buka pintunya Alice! Kita bisa bicarakan ini baik-baik, Alice!!!! Buka pintunyaaaaaaaaaa..."

Kini kamar Alice menjadi sunyi, tak ada lagi suara pecahan barang, tak ada lagi suara teriakan dan tangisan, hanya ada tangisan Maddi yang terdengar ke seluruh ruangan rumah.


Through The Dark // Niall Horan FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang