Dua

59 2 3
                                    


"I got hurt, but still i love you" - Samantha

B a y u

Gue udah curiga memang ada yang nggak beres. Mata Atha bengkak banget. Gue yakin itu hasil dia menangis semaleman. Atha itu periang, cewek paling sering senyum dan ketawa yang gue kenal. Kalo sampai dia menangis, berarti memang dia sedih banget, apalagi sampe bikin mata bengkak kayak begini.


"Gue gapapa bay, ini kopinya."


Dear women, kita, cowok dilatih buat mengerti 'gapapa' means masalah kalian besar banget. Kenapa sih instead of jawab 'gapapa' kalian langsung jelasin aja masalahnya apa. Men can't read your mind easily, so tell us directly what the problem is.


"Tha, I'm right here just let me now, I'm your bestfriend right? Just tell me so I can feel the same pain". Gue mendekat, membimbing dia ke sofa. Dia masih menunduk, apa dia takut untuk cerita? gue nggak paham Tha harus apa? Selama ini kita berteman, gue belum pernah lihat lo menangis.


"Tha, look at me," gue pegang ujung dagu nya supaya dia menghadap ke gue, gue hapus airmata nya, you look gorgeous still, but i dont like it if you get hurt, Tha. "Gue nggak maksa, please bilang ke gue harus apa supaya lo nggak sedih lagi."


Dia kembali menunduk. Lima detik kemudian dia tiba-tiba tersenyum. Ini orang switch mood nya cepet juga. Gue curiga selama ini dia punya alter ego. Atau dia memang udah rada sinting ya?


"Bayuuu udah ah gue kok mellow. Mana sini catetan lo gue pinjem"


Hell, i just don't understand you girl. Kalo kayak begini Atha persis seperti orang gila. Iya, sebentar nangis sebentar senyum. Mungkin memang anaknya belum mau cerita. Tapi lama-lama liat dia begini gue bukan cuma prihatin, tapi juga jadinya serem. Gue takut dia beneran punya alter ego. Mana belum pernah ada riwayat temen gue punya gangguan jiwa.


"Nih, lo copy semua ya, gue mau numpang Mandi dulu. Gerah banget hari ini Tha." 

Mungkin Atha butuh waktu sendiri jadi gue tinggalin dia sebentar sembari gue Mandi. Nggak mungkin gue ajak mandi bareng kan?


---


A t h a

Gue bodoh. Mungkin seharusnya gue pakai kacamata hitam kali ya supaya Bayu nggak lihat. Gue baru sadar mata gue sebengkak ini ketika tadi gue membuat kopi di dapur, lewat kaca yang ada di kitchen cabinet.

Sialan. Gue pikir reaksi-nya Bayu bakalan nggak kayak begini, minimal dia pasti ketawain gue, dia pasti terus-terusan menghina gue karena gue cengeng. Reaksi yang gue dapet justru kebalikannya, dia care banget. Baru kali ini gue melihat sosok Bayu seperti pria. Kemana aja gue selama ini?


Maybe karena orang sialan itu yang bikin gue terus kaya begini, yang bikin gue sakit dan mungkin bikin gue hardly fall for another person


Because I still love him. I really do.
Yeah, after all this time.

---

B a y u

Gue memang sering mandi ataupun bermalam dirumah Atha. Nggak heran dikamar mandi dia bahkan ada Shaver dan handuk gue. Karena lokasinya yang deket kampus memudahkan gue untuk datang pagi kalau ada kelas dini hari yang gue nggak bisa skip. Sayangnya di gedung ini susah banget cari kamar kosong. Atha beruntung banget bisa dapet kontrak langsung dengat sang empunya gedung sampai dia lulus kuliah nanti.

Selesai mandi, gue mencium wangi enak banget dari arah dapur. Atha pasti masak enak nih. Itu bagian keuntungan lain yang gue dapetin kalau nanti gue tinggal di gedung ini, deket kampus dan bisa tinggal deket sama si ibu ketering.


"Thaa masak apa?" Gue berjalan menuju dapur dengan air menetes melalui ujung rambut gue. Gue yakin Atha bakalan ngomel sehabis ini, dia males banget kalau melihat gue mulai bertingkah kayak anak kecil begini, rambut masih basah bukanya dikeringin dulu malah melengos menuju dapur begitu aja.


"Nasi goreng Bay, sori gue males banget nih, masak yang gampang aja."


"Lo bilang gampang tapi menurut gue sih ini susah, bikinnya butuh effort."


"Ya lo kan cowok Bay, ga perlu lah bisa masak" Dia mulai menuang nasi goreng ke atas piring, ditambah telur mata sapi setengah mateng kesukaan gue, dan telur dadar favorit dia.


"Well karena kita living abroad, which is kita ga punya house maid, bisa masak itu hal paling menguntungkan menurut gue" Gue mengambil piring yang sudah penuh dnegan nasi goreng. Mencium aroma lezatnya, dan mulai menyendokan masterpiece nya Atha tersebut kedalam mulut gue dan gue melihat Atha diujung meja, bengong memperhatikan gue sebegitunya.


"Lo kenapa bengong? Ayo makan." Gue melihat arah pandangnya turun ke happy trail gue. Gue baru sadar ternyata gue cuma pake handuk dan belum pakai baju. Shit, ini pasti karena gue udah nggak sabar pengen makan. Salah sendiri kenapa Atha bisa masak masakan sewangi ini. Gue jadi lupa diri. 

"Eh Atha, lo nafsu makan apa nafsu yang lain nih?" Gue godain aja sekalian. Lagian ini anak terang-terangan loh merhatiin sebegitunya.

"Najis Bay, ga nafsu gue sama lo"


"Yakin?" Gue maju beberapa langkah dan sekarang dia tepat didepan gue. Gue menatap Atha intens, mengintimidasi.


"Iya, lagian kan gue udah punya Rasyi"
Dia melengos pergi ninggalin gue ke kamar. Mencari Rasyi mungkin, boneka nya dia dari jaman kapan tahu yang warnanya aja udah dekil banget sangkin kalau tidur dia peluk melulu.


"Tha, ga ikut makan?"

Tanpa balik badan dia bilang "No, gue kenyang banget nih"


"Kenyang nangis maksud lo?" Damn, ini nasi goreng lezatnya mirip nasi goreng abang-abang lewat tengah malam di indo, this is a compliment from me by the way. Saat gue masih asik ngunyah, gue mulai mendengar isak tangis Atha perlahan. Dan gue menyesal mengucapkan hal tadi, padahal niatnya asli bercanda doang.


Ada apa dengan lo, Tha?


---

Treasure (Lifetime Lover)Where stories live. Discover now