ROSELLA POV

200 18 2
                                    

selamat membaca ^^

rey?" pekikku tidak percaya

"apa yang kamu lakukan di sini?"tanyaku bingung, aku melihat ke sekeliling memberikan kode ke pengawalku bahwa aku baik-baik saja, lalu aku mendengar rey tertawa dengan lepas sampai memegangi perutnya,

"apa ada yang lucu?" tanyaku lagi, aku rasa lelaki di depanku ini sudah gila, rey mencoba menghentikan tawanya,

"hahaha pertanyaan yang mulia sangat lucu hahaha" ujarnya di sela-sela tawanya, aku tidak merasa pertanyaanku lucu,

"yang mana?" tanyaku mencoba bertanya dengan nada biasa, padahal aku sudah sangat kesal padanya, apanya coba yang lucu.

"pertanyaan yang mulia tadi yang menanyakan kenapa aku di sini"

"lalu ?"

"ya jawabannya tentu saja semua orang mengikuti festival ini, dan tentu saja aku juga termasuk orang tersebut yang mulia"

"oo, sebenarnya bukan itu maksudku, maksudku kenapa kamu bisa mengenaliku ?"

aku melihat rey menatapku, keningnya berkerut, bibirnya bergetar-getar, lalu dia tertawa terbahak-bahak, dasar menyebalkan, kutendang kakinya lalu berbalik pergi meninggalkannya, rey mengejarku,

"anda marah yang mulia ?" tanyanya setelah mengejarku dan berjalan di sampingku, aku tidak marah hanya kesal, tapi aku tidak mengatakannya, aku diam dan terus berjalan tidak memperdulikannya.

"jangan cemberut begitu yang mulia, nanti orang berpikir anda seorang nenek-nenek" aku berhenti bejalan, menoleh kearahnya, rey terlihat tidak merasa bersalah setelah mengataiku nenek-nenek dia malah tersenyum cerah, argh sangat menyebalkan.

"menyebalkan !" dengusku sambil melotot dan kembali meninggalkannya, tapi pergelangan tanganku di tahan olehnya, aku berbalik.

"apa lagi !" bentakku,

"yang mulai sangat cantik bagaimana mungkin aku tidak mengenalinya" jawabnya yang sungguh diluar dugaanku, aku memandanginya dengan tidak percaya, rey terlihat sangat serius,

aku sudah sering mendengar orang-orang yang mengatakan aku cantik tapi ketika rey mengatakannya efeknya sungguh luar biasa, jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya dan wajahku panas sampai ke telinga, aku menundukkan wajah agar rey tidak melihatnya.

"nah begitu lebih baik " ucapnya, aku mendongak, rey tersenyum, senyuman yang sangat mematikan, aku rasa jantungku mau meledak karenanya.

***

aku dan rey memegangi ujung lampion yang akan kami terbangkan, sumbu di dalam lampion sudah terbakar membuat lampion semakin menggembung dan bersiap akan kami terbangkan. orang-orang di sekitar kami sudah mulai menerbangkan lampionnya, aku dan rey mengangkat lampionnya keatas dengan hati-hati lalu menerbangkannya, aku terus melihat lampion kami yang terbang, bergabung dengan ratusan lampion lainnya, langit terlihat sangat indah,

Balai kota hanya di terangi oleh lampion-lampion yang terbang semakin menjauh membuat sekeliling balai kota menjadi temaram, ah aku lupa membuat permintaan saat menerbangkan lampion tadi, aku menangkup kedua tanganku di depan wajah dan memejamkan mata, kumohon pertemukanlah aku dengan seseorang yang tulus mencintaiku, aku membuka mata, aku melihat seorang lelaki yang sedang memandangku dari kejauhan dengan raut wajah yang mengisyaratkan kemarahan bercampur kekecewaan dan kesedihan, tatapan kami bertemu, kami masih saling bertatapan, tetapi raut wajahnya tidak mengalami perubahan, dia tetap mempertahankan raut wajah seperti itu, tapi anehnya hal itu tidak memudarkan ketampanannya, dia memiliki rambut berwarna coklat yang terlihat berantakan dan mata, mata itu, dimana aku pernah melihatnya ya, iris mata berwarna merah gelap itu seperti tidak asing denganku. Aku terus memikirkan dimana aku pernah melihat iris mata berwarna merah gelap itu.

"yang mulia?" suara rey menyadarkanku dari lamunanku tentang iris mata lelaki itu, aku menoleh kearah rey

"ya, ada apa rey?"

"apa yang anda lihat?" tanyanya sambil mengedarkan pandangan kebelakangnya, mencari-cari apa yang ku lihat tadi, aku kembali melihat kearah lelaki itu, tapi dia tidak ada lagi, aku mengedarkan pandangan kesekeliling tetap saja aku tidak menemukannya, kemana dia, bagaimana mungkin dia bisa menghilang secepat itu.

"tidak mungkin" ujarku tanpa sadar, rey menoleh ke arahku,

"eh?"

"ee.. Maksudku tidak ada apa-apa, aku tidak sedang melihat apa-apa" jelasku gelagapan tak lupa aku menyinggungkan senyum, rey melihatku, lalu menyinggungkan senyum gelinya

"anda tau yang mulia? anda tidak berbakat dalam berbohong"

Aku hanya menggaruk tengkukku dan tertawa kaku menanggapi ucapannya.

"yang mulia kita harus kembali ke istana" bisik pengawalku yang entah sejak kapan sudah berada di sampingku, aku mengangguk.

"sepertinya aku harus kembali rey"

"oh, apakah ingin aku antar?" tawarnya yang ku balas dengan gelengan,

"tidak usah, aku ada pengawal, kalau begitu selamat malam rey" pamitku,

"selamat malam yang mulia"jawabnya, aku berbalik, baru selangkah aku berjalan, aku berbalik lagi,

"kalau kita bertemu lagi panggil saja aku sella"

"apakah yang mulia mengharapkan kita bertemu lagi?" tanyanya dengan wajah yang menyebalkan, aku tidak menanggapi pertanyaannya,

"sampai jumpa" kataku, aku berbalik dan berjalan menjauhi balai kota.

Tbc

Hallo...
Mau ngucapin terimakasih nih buat yang udah baca dan ngevote cerita ini ^^

Love you all ;*

My Voice is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang