Aku menghampiri Dirga dengan membawa dua buah jagung bakar yang dengan sengaja aku buat sendiri untuknya. "Nih," sodorku dengan tersenyum.
Dirga terkejut, dengan mata yang melebar dan bibir yang sedikit terbuka. Dia pun bertanya, "untuk aku?"
"Gak mau? Yaudah, gue kasih orang lain aja," ancamku berpura sambil berancang ancang untuk pergi dari hadapannya.
Itu berhasil hingga membuat Dirga langsung menahan tanganku, ia menarik tanganku yang sedang memegang jagung bakar dan mengarahkannya ke mulutnya.
Aku menatapnya dengan melototinya yang menggigit jagung bakar dengan suapanku. "Enak aja lo nyuruh gue suapin lu!" protesku.
"Aku gak nyuruh kok!" ucapnya ngeles.
Gak nyuruh? Ini buktinya apa Maz?
Aku pun semakin mendelik tajam. "Gak nyuruh pala lu ngetrek. Ini buktinya apa?" tanyaku sambil melirik tanganku yang memegang jagung bakar berada didepan mulut Dirga.
"Lah emang, Sya ... aku gak nyuruh kamu. Aku gak ada tuh bilang 'Sya suapin calon imammu ini dong' gak ada 'kan aku bilang gitu?"
Ah eeqs bener juga ni tua keladi.
"Tapikan lu ngarahin tangan gue kemulut lu!"
Dirga pun menggeleng. "Enggak kok aku gak ngarahin—"
"Iyaaa! Lu ngarahin tangan gue Dirga, pake tangan lu!"
"Mana buktinya?", tanya Dirga yang ternyata sedari tadi telah melapaskan tangannya dari tanganku. "Gak ada tuh. Tangan gue disini, tangan lu aja dari tadi tu didepan mulut gua sambil megang jagung bakar tu tuh." Dirga berdalih dengan menunjuk tanganku dengan mulutnya yang dimonyongin.
"Lu ya ngeselin!"
Dia terkekeh senang.
Dasar tua keladi nyebelin
•••
Ntah sudah berapa lama aku berdiri di sini menatap rak buku yang ada diperpustakaan. Kenapa bukunya ditempat tinggi sih? Aku yang pendek ini pun akhirnya berusaha menyentuh buku yang tinggi; yang mau aku ambil. Namun, tiba-tiba ....
"Nih," sebuah tangan telah lebih dulu mengambil buku itu dan menyerahkannya padaku.
"Gadha?" Aku tersentak saat melihat orang yang pelaku yang membantuku barusan.
Gadha hanya tersenyum. "Makanya jangan pendek Yun!" ledeknya sambil menoel pipiku yang chubby ini.
Dengan sedikit jengkel ku manyunkan bibir. "Lu ngapain disini?" tanyaku dengan penasaran, karena terlalu sering bertemu dengannya di Perpustakaan ini.
Gadha hanya mengidikkan bahu. Sambil berjalan kearah tempat duduk. Mau tak mau aku pun tanpa sadar mengikutinya.
"Eh gue tanya lu—"
Gadha langsung menempelkan telunjuknya di bibirku. "Jangan berisik nanti kita kena usir," bisiknya.
Jantungku tiba-tiba bergetar, aku mersakan hawa panas yang berada di tubuhku. Dengan cepat aku memaksa diri untuk keluar dari perasaan ini.
Aku tidak menyukainya.
Aku tidak menyukainya.
Aku tidak menyukainya lagi.
Ramalku terus-terusan dalam hati.
•••
"Lo traktir gue?" Pertemuan tadi membuat aku dengan bodohnya menerima ajakannya pergi. Dan sekarang aku ada di mobilnya, duduk di sampingnya dengan bodoh. Ia memarkirkan mobilnya di sebuah tempat makan yang sangat aku kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Care About Love [1]
De Todo[ W A R N I N G !!! ] [ Sebagian Cerita Ini Sudah Direvisi dan Sudah Dipindahkan ke WEBNOVEL dengan Judul dan Cover yang sama ] Cinta? Satu kata yaitu BUTA! Cinta yang ngebuat nyokap yang super cerewet dan bokap super dingin bersama. Cinta yang ngeb...