Eleven

13K 1K 33
                                    

"Oh, ternyata lu nguping. Rencana Lu eh?" seru Yuna dengan mata terbelalak marah. Suaranya terdengar meninggi seiring dengan emosinya yang naik.

Perempuan yang ketahuan sedang mengikuti Yuna dan Gadha itu membalas dengan tatapan tajam. Perlahan senyum miringnya tersungging bak psikopat. "Rencana gue, lu bilang?" ucapnya dengan nada yang tak kalah tinggi. "Bukannya ini rencana lu nusuk gue dari belakang, diam-diam ketemu Gadha?" ungkapnya. "Ternyata ini loh sahabat gue yang paling baik. SOK ngerelain Gadha untuk gue. SOK jadi peri untuk gue!" Ia menunjuk-nunjuk Yuna dengan kasar. Keributan itu menjadikan mereka pusat perhatian.

Yuna mendengus kasar. "Lu tuh, udah buat image gue buruk dimata orang. Lu buat diri lo sempurna dimata orang, sang bidadari yang katanya hatinya suci gak nyimpan dendam. Padahal lu NUSUK GUE DARI BELAKANG!" teriak Dera yang belum selesai.

Setelah itu Gadha yang sedari tadi diam berdiri di belakang Yuna perlahan menghampiri Dera mencoba membujuk pacarnya. "Yang ... udah Yang. Malu diliatin orang," ucapnya sembari memeluk Dera.

Dera meronta dalam pelukan Gadha, bahkan ia berteriak meluapkan isi pikirannya. "Tapi Yang. Dia itu nusuk aku dari belakang. Aku minta kamu nemuin dia buat nyelesain semuanya? Tapi apa? Aku malah mergokin kalian di sini tanpa aku tahu. Pasti dia 'kan yang minta kalian ketemuan? Aku diam aku sabar diomongin semua orang. Aku dibilang penghianat, jahat! Semua orang nge-judge aku. Padahal dia ... yang jahat disini. Dia seolah jadi peri yang baik, yang sabar dan aku ... iblisnya yang jahat. Padahal disini, dia IBLISNYAAA! Jangan lupain kalau dia yang buang kamu! Dia yang buat kamu hancur, dan aku yang memperbaiki semua kekacauan yang dia buat." teriak Dera sambil menunjuk Yuna.

"Yang udah ... Yang, kita omongin baik baik. Kit—"

"GAK! YANG GAK! Gak ada yang perlu diomongin. Semuanya udah jelas! Mulai sekarang AKU SAMA DIA." Dera menunjuk wajah Yuna. "BUKAN SAHABAT LAGI!" teriaknya.

Dera mendorong Gadha, ia hendak pergi dari tempat tersebut. Tapi, sebelum Dera benar-benar pergi Yuna pun akhirnya bersuara, "dari awal gue tau semuanya ... tentang kalian, hubungan kalian berdua, lo tau Der? Sebenarnya mulai saat itu persahabatan kita sudah hancur, tanpa kita sadari." Dera tak menoleh, ia hanya berdiri membelakangi Yuna dan Gadha. "Atau mungkin, sebenarnya dari sejak kalian memulai hubungan itu ... persahabatan kita sudah hancur!" lanjut Yuna yang terdengar miris. "Lu yang milih dia untuk jadi pacar lu. Lu yang nerima dia jadi pacar lu. Dan asal lu tau, mulai saat itu sebenarnya lu udah gadai persahabatan kita! Dan secara tidak langsung lu udah milih dia ketimbang sahabat lu...." tekannya.

"Dan karna kata lu tadi; gue baik. Karna kebaikan gue, gue pun memperbaiki pecahan-pecahan kehancuran persahabatan kita ... dengan sendiri. Walaupun gue cerita ke mereka. Mereka mungkin lebih milih lu ketimbang gue. Gak ada respon yang buat gue nyaman. Buat gue tetap mempertahankan persahabatan ini. Mereka malah nunjukin siapa mereka atau siapa kalian." Yuna menatap Punggung Dera sedih.

"Siapa yang salah disini? Gue, lu atau mereka ... atau bahkan kalian?" Yuna tersenyum sinis. "Ini yang kalian sebut persahabatan?" tanya Yuna sangsi.

Kali ini Dera hanya diam, ntah suaranya telah habis setelah berteriak atau ia tidak tahu harus menjawab seperti apa. "Makasih udah ngajarin gue ARTI PER-SA-HA-BA-TAN!" Yuna mengakhiri pertengkaran di depan umum tersebut dengan pergi melewati Dera; meninggalkan cafe tersebut.

Saat melewati Dera, dia berhenti sejenak dan berkata, "dan siap-siap lu bakal nyesal dengan keputusan lu. Saat itu terjadi. Gue adalah orang yang paling pertama bahagia diatas penderitaan LU!" tekannya sembari menujuk bahu Dera. "Eh tapi, gue harap kalian berdua ber-JO-DOH!" ralatnya lalu berujar, "GUE BAIK KAN?" Yuna tersenyum manis menatap Dera dan Gadha yang masih berdiri.

Dera masih terdiam, karena emosinya kini sangat memuncak sehingga tidak bisa berkata-kata. Sedangkan Gadha masih memperhatikan pertengkaran keduanya dengan was-was, ia takut pertikaian mulut berubah menjadi fisik nantinya dan akan memahayakan keduanya.

"Oiya ... Karna gua BA-IK, jadi gue kasih tau deh. Yang godain itu bukan gue, tapi pacar lu. Pacar lu yang nanyain-nanyain gue bukan gue yang nanyain dia. Sorry ya gue gak level BEKASAN LU! Emangnya Lu levelnya sama bekasan gue. Bekas pacar Temen sendiri masih DIEMBAT? Gak laku lu! Udah ah gua mau cabut banyak urusan. BYE BITCH." Yuna melangkahkan kakinya. Namun, ia kembali teringat sesuatu yang terlupakan. Ia pun berbalik menghadap keduanya dan menatap salah satunya yaitu Gadha. Karena masih belum puas meluapkan emosi dan kekesalannya ia pun berteriak, "AND YOU BASTARD FUCK YOU!" Yuna mengacungkan jari tengahnya setelah itu buru-buru keluar dari cafe.

Dera lagi-lagi tidak bisa berkata-kata dengan balasan ucapan Yuna. Ia masih terdiam di tempatnya untuk beberapa saat sampai Yuna benar-benar pergi. Ia tidak menyangka sahabatnya itu ralat mantan sahabatnya itu bisa sekasar itu membalasnya. Memang ini semua keinginannya Gadha menyelesaikan masalalunya dengan Yuna. Karena selama ini tidak menutup kemungkinan 70% pertengkaran yang terjadi dihubungan mereka menyangkut Yuna. Dera sungguh tidak tahan menjalani hubungan yang dibayang-bayangi Yuna, namun rasa cintanya ke Gadha membuatnya tidak bisa meninggalkan laki-laki itu. Pada akhirnya ia hanya bisa meminta Gadha untuk menyelesaikan masalalunya dengan Yuna, agar merekabisa menjalani hubungan dengan damai.

Awalnya pertemuan Gadha dan Yuna diketahui Dera, namun hari ini sama sekali tidak diketahuinya. Ia bahkan mengetahui ini dari orang lain yang melihat Gadha dan Yuna pergi bersama, karena itu ia menyusul keduanya dan tak ia sangka Yuna memergokinya dan berprasangka balik menuduhnya.

Setelah terdiam beberapa saat Dera pun tersadar lalu berlari keluar cafe. Gadha menatap kepergian Dera, sebelum ia menyusul pacarnya. Ia pun meninggalkan beberapa lembar uang dan memohon maaf pada pelanggan yang merasa terganggu dengan kejadian tersebut Pertikaian itu menjadi tontonan umum bagi pelanggan cafe, bermacam-macam ekspresi terlihat dari respon mereka atas kejadian tersebut. Setelah meminta maaf Gadha berusaha menyusul Dera. Namun, belum sampai langkahnya di pintu keluar sebuah suara besar terdengar seperti suara hantaman yang keras.

"BRRRRAAAAKKK!" setelah itu terdengar teriakan orang-orang yang melihat kejadian tersebut.

•••

Sahabat
Jika cinta bodoh mu lebih penting dari persahabatan kita lupakan aku
Jika peduliku tak seberguna pedulinya tak usah hiraukan aku
Jika bahagiamu adalah bersamanya tinggalkan aku
Tapi jika suatu saat hatimu patah karnanya
Lihat lah kebelakang
Aku ada disana dibelakangmu
Aku akan berlari mengejarmu agar berada disampingmu
Dan aku akan mengobati hatimu yang patah karnanya
- Yuna Resya Tirka

~Ungkapanterdalam~

•••

Terakhir Revisi: 09 Juli 2019

Revisi Ulang: 1 November 2019

I Don't Care About Love [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang