Tiga

78 7 0
                                    

" jangan lupa kabari aku ya mbak, dengan senang hati aku akan membantu, sampaikan juga salamku pada mbak retno "

Perempuan berkerudung yang kutemui dikereta berubah menjadi seorang wanita bernama Maharani.

Setelah aku memutuskan memilih tidur untuk menghindari tatapan dari pria bermata danau itu, perempuan berkerudung disampingnya terbangun dari tidur lelapnya, dan tanpa sungkan membawaku melebur dalam percakapan dengannya.

Singkat cerita ternyata maharani seorang editor disebuah perusahaan percetakan, tentu saja hal ini jadi sebuah cerita menarik untuk ku.

RETNO tentu saja, sahabatku yang gila menulis Itu sedang bertapa si salah satu desa kecil di godean kota yogyakarta yang baru saja kupijaki.
Dan disini, di stasiun Tugu kota yogyakarta aku akan berpisah dengan maharani dan pria bermata danau ini.

" iya tentu saja, akan aku sampaikan salam mu pada retno, dia pasti akan senang sekali "

balasku pada Rani, sapaan wanita berkerudung itu. Aku tersenyum padanya, sementara ujung mata ku mencoba mengunci ingatan akan pria bermata danau di sebelahnya.

" baiklah, kita berpisah disini, nanti aku tinggal menghubungi mbak Arimbi lewat bbm " maharani tersenyum padaku

Dan inilah ending dari perjalanan pelarian ini. Tak ada drama roman picisan ala-ala novel. Dan aku bersyukur otak ku masih bisa normal tanpa berlebihan meminta tuhan menghadiahi perjalanan pahitku ini dengan kisah cinta singkat yang berawal dikereta

Yang benar saja, ini bukan dongeng !!

" oke baiklah "

Jawabku lagi. Maharani tersenyum menatapku.

" sampai bertemu lagi Arimbi "

Pria mata danau itu mengulurkan tangannya padaku. aku menerima uluran tangan pria itu dan terseyum. Sudah pasti ini bukan tanda berdamai dari tatapan intimidasi yang dia lakukan tadi padaku dikereta. Ini murni salam perpisahan.
Disaat bersamaan ponsel ku berbunyi.

Braga called

Aku mengabaikan panggilan dari Braga. Namanya sungguh membawa siksaan berat bagi ku saat ini, satu kali menyebut nama Braga sama saja dengan sepuluh kali meremas jantungku. Sungguh menyesakkan aku seakan tak bisa bernafas.

Pria bermata danau yang tak ku ketahui namanya itu meremas pelan jemari ku.

" dan semoga disaat itu terjadi, kamu sudah tidak sedang berlari nona "

Sambungnya dan melepas genggaman tangannya pada ku.

Pria ini benar seperti orang yang bisa membaca sebuah kebenaran tanpa diungkapkan.

" sudah seperti cenayang "

ucapku pelan sambil melarikan pandangan ku dari nya.

" aku mendengarnya "

Aku menatap kedua bola mata danaunya dengan malas, dia tersenyum.

" ayo mas, kita sudah ditunggu diparkiran "

Untung saja maharani menyela percakapan tidak jelas kami.
Maharani mendekat dan coba meraihku kedalam pelukannya. Aku terima pelukan itu sembari menyalurkan kepenatan jiwa ku menghadapi perjalanan ini.

" senang berkenalan dengan mbak " bisik maharani.

Aku terharu seperti bertemu dengan adikku sendiri
Aku membalas pelukannya. Ada perasaan aneh saat aku memeluknya. Hangat dan menerima.
Percakapan singkat tentang buku apa bisa menjadi alasan kenapa perasaan seakan kami dekat.

" sampai bertemu lagi " jawabku padanya.

" baiklah, let's go home " pria itu menyentuh pundak maharani.
Dan mereka pergi, aku masih menatap punggung dua orang asing yang mengisi cerita lari ku dari Braga.

Aku memutuskan berjalan mencari kebaradaan Retno yang sudah menungguku dan meninggalkan ingatan tentang Braga di peron stasiun tugu. Aku ingin menghirup udara baru saat aku menginjakkan langkah pertama ku ditanah yogyakarta. Tanpa Braga tanpa luka.

Aku melihat Retno dikejauahan, sahabat ku itu tidak jauh berubah dari terakhir kali kami bertemu, masih tetap dengan gaya ala mahasiswa tekniknya, kaos oblong, jins dan sepatu kets yang terlihat sangat butut.

Dia terseyum melihatku sambil melambaikan tangan. Ini seperti melihat air minum diketandusan padang pasir aku rindu akan sosok yang ku kenal setelah melalui perjalanan yang cukup membuatku merasa kesepian

" welcome to jogja non....!!" Dia berlari memelukku, bukan sosok kalem seperti kebanyakan penulis.

" gue bau, belum mandi dari pagi kemaren " ucapku sambil tertawa

" iya nih bau-bau kegalauan " balasnya lagi, reflek aku tertawa dan segera membawanya berlalu sebelum ingatan tentang Braga yang sudah ku tinggal di dalam stasiun mengikuti ku kembali.

" jadi kita kemana dulu ? " tanya Retno setelah aku duduk boncengan di motornya.
" pulang dulu aja deh, capek "

***

" ibuk tadi nelpon, titip pesan kalo Arimbi mengunjungi Retno tolong kabari ibuk, gitu kata ibuk " Retno menirukan ucapan ibu ketika ibu menelpon nya, aku baru saja selesai mandi dan mengeringkan rambutku dengan handuk kecil yang masih ditangan sedangkan Retno duduk didepan ku memangku notebooknya.

" udah dikabarin belum ? "

" kabarin sendiri deh non, gue pusing harus ngerespon siapa, gimana, semua orang tu nanyain lo "
Oceh Retno padaku, aku hanya menatapnya penuh harap.

" ga usah pake tampang memelas, itu hape gue udah kayak hape asisten artis ditelponin mulu sama orang-orang yang nyariin lo "

ya baiklah, Retno benar-benar marah. Aku menjauh dari Retno dan mulai mengutak atik ponsel ditangan ku. Aku menghubungi ibuku, memberi tahu kalau aku baik-baik dan sekarang sudah bersama Retno.

Dan lagi-lagi Braga menghubungi ku. Bimbang antara masih sangat membenci dan sangat merindukannya.

Hati ku perih lagi, benar-benar bukan ide baik untuk menyebut nama Braga bahkan hanya sekedar dalam hati.

Ponsel ku masih saja bergetar, satu persatu huruf yang melafas nama Braga seakan ku eja satu persatu, satu sayatan terasa sangat perih saat melafas satu huruf, sebegitu menyakitkan kah dia bagi ku.

Sesak di dada ku semakin berkecamuk antara rindu dan benci yang bergumul menjadi satu. Aku harus mencoba sekali sebelum benar-benar memutuskan berlari.

" halo....."




Haiii...... aku datang lagi dengan cerita ini Braga Luka, mudah2n tmn2 waattp yg baca bisa dapet feelnya pas baca, bisa ngerasain seakan masuk kedalam ceritanya. Maaf ya klo ada typo2, aku langsung bikin di hp soalnya. Aku tunggu vote sm comentnya ya temen2, makasii....

Kecupkecup
Jayjay_

Braga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang