" hei, jangan menangis. bukan ini yang aku ingin, kamu harus bahagia love "
Jaya masih menenangkan Arimbi yang belum juga berhenti menangis karena lamarannya dipagi buta menjelang subuh ini. Fajar belum menampakkan dirinya pada dunia, harusnya dijam jam ini Jaya tidur dengan nyenyaknya, tapi karna kesalahan yang dia lakukan semalam bisa saja dia kehilangan gadisnya untuk ke sekian kalinya, dan Jaya tak ingin itu terjadi.Pasca perpisahan yang terjadi antara dia dan Arimbi lima tahun lalu, Jaya sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika suatu saat waktu mempertemukan mereka kembali, dalam kondisi tidak terikat pada siapapun, dia takkan melepaskan gadis itu lagi. Gadis yang tak pernah beranjak dari hati dan pikirannya. Gadisnya, Arimbi.
Saat mendapat kabar dari Retno bahwa Braga telah menyakiti gadis yang dulu telah dia lepaskan, jaya tidak melewatkan kesempatan itu barang sedikitpun.
Retno menghubunginya tepat dihari ke tiga Jaya benar benar tak bisa melepaskan ingatannya akan Arimbi. Tiga hari berturut-turut gadis itu hadir dalam mimpinya, Hanya saja Jaya pikir itu adalah puncak tertinggi kerinduannya akan gadis itu. lima tahun sejak terakhir kali dia dilepaskan gadis itu, sama sekali tidak ada pertemuan diantara mereka. Hanya Retno sipenyampai cerita yang kadang pun bosan melakukan pelaporan terhadap Jaya. Sesekali laki-laki itu menstalking sosial media milik gadis yang selalu dirindukannya.
Dia telah dihukum atas tindakannya. Saat Arimbi memutuskan hubungan dengannya. Saat itu pula dia putuskan untuk melepaskan Magenta dari kehidupannya. Dan hari-harinya hanya dilalui dengan kekosongan tanpa Arimbi. Dia dihukum atas perasaannya terhadap Arimbi yang semakin hari semakin dalam. Dan harus menerima kenyataan bahwa dibalik apa yang dia alami Arimbi malah terlihat baik baik saja menjalani hubungannya bersama braga.
Flashback
" Arimbi dirumah gue dijogja, setelah pertemuan keluarga yang mereka lakukan waktu itu Braga malah kembali berhubungan dengan mantannya tanpa sepengetahuan Arimbi, dia shock dan gue rasa dia juga belum bisa menerima hal buruk ini terjadi lagi "
jelas Retno yang menghubungi Jaya melalui telpon malam itu." apa dia baik-baik saja ? " jaya terdengar gusar dan mengacak kepalanya kesal.
" gue gak yakin Arimbi baik-baik aja, yang gue yakini sekarang dia butuh lo disini, dan ini kesempatan terakhir buat lo jika memang ingin membahagiakan Arimbi "
" apa Braga tau Arimbi di jogja ? "
" gak ada yang tau dia disini kecuali ibu, bahkan anak-anak di cafe pun gak tau. Tapi lo tau sendiri gimana gigihnya Braga mencari tau dimana keberadaan Arimbi. Gue takut dia lebih dulu menemukan Arimbi " jelas Retno.
Ditempatnya Jaya mondar mandir sambil menggenggam ponsel ditangannya, hatinya tentu saja gelisah. Kekhawatiran pikirannya akan Arimbi beberapa hari terakhir terjawablah sudah. Gadis itu disakiti lagi.
" Gue harus minta maaf sama Arimbi soal ini, tapi sebagai sahabat kalian, gue ingin kalian punya kesempatan lagi " Retno menarik nafas
" lima tahun mereka bersama, gue rasa waktu yang cukup buat membuktikan Braga laki laki seperti apa, dan menurut gue, dia gak pantas lagi buat Arimbi, sinona terlalu berharga buat dia "
" gue gak mungkin tiba tiba hadir didepan Arimbi tanpa ada alasan yang jelas " ucap Jaya berbisik
" lo bisa pertimbangkan ulang projek renovasi rumah di kaliurang yang gue tawarin kemaren "
Jaya tersenyum sumringah mendengar ucapan sahabatnya itu..
" lo emang the best No, lo tunggu gue di jogja "Mendengar kabar dari Retno membuat Jaya tak bisa tidur malam itu dan langsung memutuskan untuk menyusul gadisnya ke jogja.
Flashback off
Dan disinilah dia sekarang, memeluk gadis itu erat.
Dia tahu ini berat untuk Arimbi, dulu Jaya yang melakukan hal yang sama padanya. Memintanya untuk menunggu sementara dia malah bertunangan dengan Magenta. Perasaan dikecewakan, dikhianati tentu saja sangat ditakuti Arimbi saat ini.
" kenapa kalian sama-sama egois, cuma mentingin diri sendiri " ucap Arimbi dalam pelan.
Jaya kembali mengusap puncak kepala Arimbi dengan lembut.
" Braga juga bilang cuma pengen aku bahagia, tapi buktinya ? Dulu kamu juga bilang cuma pengen liat aku bahagia, tapi..... ""Ssstt......" Jaya memotong ucapan Arimbi. " maafin aku " ucapnya lagi.
Jaya tak kan lari dari kesalahan yang telah dia perbuat pada Arimbi, dari dulu hingga sekarang dia masih saja menyakiti gadis itu.
Mereka seperti dikutuk untuk selalu terkurung dengan rasa sakit yang berkepanjangan. Hingga dia merasa hukuman untuk mereka terlalu lama.
Jaya menarik nafas panjang, coba menjernihkan pikirannya, dia dan Arimbi sudah seharusnya bicara dari hati ke hati, tidak lagi bisa seperti sebelumnya yang hanya mengikuti alur tanpa saling mengungkapkan apa yang sama sama mereka inginkan untuk mereka berdua kedepannya.Butuh beberapa menit bagi Jaya untuk menunggu hingga akhirnya Arimbi kembali terlelap dalam tidurnya, meringkuk didadanya yang basah karna air mata. Pria itu merapikan anak rambut Arimbi yang sedikit berantakan.
Perempuan berambut panjang itu tampak lelah dalam tidurnya." tuhan, tolong beri kami kesempatan " lirih doa dia bisikkan diubun ubun gadis yang dia sayangi itu.
Fajar sudah tersenyum cerah diluar rumah, Retno pun sudah terjaga dari tidur tak nyenyak nya. Tadi malam setelah Jaya menemui Arimbi, ponselnya berdering, dan itu dari Braga.
Lelah menduga-duga apa hasil pembicaraan Jaya dan Arimbi, dia memutuskan untuk menemui mereka berdua.
Jaya keluar dari ruang kerja Retno dengan tampang kusut dan mata dengan kantongnya yang terlihat lumayan berat. Dia tak cukup waktu untuk mengistirahatkan seluruh organ tubuhnya. Lelaki lesu itu duduk disamping Retno di meja makan. Menarik satu gelas berisi kopi panas dan menyeruputnya.
" semalam Braga nelpon gue "
Retno memainkan cangkir ditangannya. " dia gak percaya waktu gue bilang Arimbi gak disini "
Jaya mengusap dagu sedikit brewoknya kasar. Terlihat kilatan amarah dari kedua tatapan mata pria itu. Retno hanya menghela nafas." gimana si nona ? " sambung Retno.
" semalam gue lamar dia "
" lo gila ??? "
" gue semakin gila karna dia belum jawab iya atas lamaran gue "
" jay, sumpah. Kenapa lo seceroboh ini ? "
" gue gak mungkin nunggu lagi No, enggak sebelum Braga berhasil menemukan Arimbi, dan kembali mengambil Arimbi dari gue "
" Arimbi dan Braga itu belum benar-benar selesai Jaya, ditambah dengan lamaran lo itu cuma menambah kebingungan Arimbi "
" ini salah satu bentuk dari perjuangan gue, biar gue masuk dalam pertimbangan dia " jawab Jaya lesu
" sumpah ya, gue gak tau lagi harus bilang apa. Tapi yang pasti gue selalu dipihak lo " sambung Retno dengan senyum kecil diwajahnya.
" gue tau, lo sayang banget sama sinona, ya meskipun tetap berada dilevel dibawah gue "
Jaya tersenyum menatap sahabatnya itu. Paling tidak Hatinya menghangat dengan dukungan dari orang terdekat mereka.
" mungkin tanpa kalian berdua sadari, gue orang luar yang jadi saksi hidup perjalanan cinta kalian, gue tau kadar sayang kalian, dan tau gimana tersiksanya pas kalian harus berpisah. Cuma keadaan yang belum benar-benar memberi kalian kesempatan "
Jaya mendadak melankolis, sebagai seorang laki laki yang terbiasa bekerja dilapangan menghadapi kerasnya proyek, dia tetap menjadi lemah jika dihadapkan dengan wanita bernama Arimbi. Bahkan dulu saat bersama Magenta, wanita itu tidak dapat benar-benar menakhlukkan Jaya seperti sekarang.Suara ponsel Arimbi berbunyi memecah pikiran dua manusia yang sedang duduk diruang makan itu. Jaya meraih ponsel itu kehadapannya
" Nash ? "
Jaya bertanya pada Retno yang juga menatap ponsel Arimbi yang masih menampilkan panggilan dari kontak bernama Nash.
KAMU SEDANG MEMBACA
Braga Luka
Romance" Hidup adalah misteri " merupakan kata keramat yang tak bisa dilawan dengan keangkuhan apapun. Kau boleh bahagia hari ini, tapi tak menutup kemungkinan kau akan menangis esok hari. Arimbi : cinta tak dapat ku tolak begitu juga luka yang tak bisa ku...