patahan kecil

15 1 0
                                    

Ayunan langkah menemani aku dan Jaya malam itu, kami tidak bergandengan tangan seperti pasangan yang terlihat di sepanjang jalan malioboro. Jaya memarkir mobilnya jauh diujung jalan sana. Di pelataran halaman benteng vre deburg sehingga butuh usaha bagiku yang sudah lelah bergerak seharian ini untuk menyeimbangi langkah besar Jaya.

Jaya hanya diam tanpa membawa ku bicara seperti dia yang biasanya tak bisa diam jika bersama ku.

" love... "

" hm ? "

" gimana pertemuannya hari ini ? "

" lancar "

Jaya kembali diam, aku menjadi kehilangan kata kata ku sendiri dengan kebungkamannya. Dua hal yang bisa kusimpulkan untuk jaya malam itu, pertama, jaya banyak pikiran untuk pertemuan yang dia lakukan hari ini dan yang kedua jaya kurang senang dengan kegiatan ku hari ini. sebut aku sisombong yang terlalu percaya diri, tapi seperti yamg pernah ku bilang. Aku cukup tahu jaya tanpa dia menjelaskan apa apa.

" kamu gak bilang teman mu itu laki-laki " Jaya menghentikan langkahnya tiba-tiba.

that's point!

Cengiran kuda dari ku untuk Jaya disaksikan lampu pedestrian sepanjang jalan malioboro menjadi momen yang ingin selalu ku simpan entah hanya untuk menjadi kenangan atau selalu menjadi bagian hidup ku nanti.

" kamu juga gak nanya temen ku cewek atau cowok " kilah ku pelan.

Jaya melanjutkan langkahnya, sambil menakan tombol hijau pada benda kecil ditangannya.

" kamu tunggu dimobil "

" kamu mau kemana ? "

Jaya berlalu begitu saja. Oke untuk kali ini tidak ada kesimpulan yang bisa kusimpulkan dari sikap Jaya. Dia pergi entah kemana dan aku disuruh menunggu tanpa penjelasan ? Fine!,
Apa yang tidak kulakukan untuk jaya ? Aku menunggunya di mobil sesuai permintaannya.
Tapi bukan Arimbi nama ku jika aku bisa tenang tenang saja saat Jaya pergi tanpa kejelasan begini, meskipun aku disuruh menunggu. Dan Yang ku lakukan selanjutnya adalah menelpon Jaya berkalikali sampai dia menjawab panggilan dari ku.

"Kebiasaan deh lama angkat kalo ditelpon"

" ih.. kemana sih ? "

" sekali lagi ga diangkat gue pulang sendiri! "

Aku dengan kekesalan ku karna Jaya pergi begitu saja terus mencoba menghubungi ponselnya, jangan pikir aku akan menyerah begitu saja. Puluhan panggilan tidak akan ku hentikan sebelum dia menjawab satu saja panggilan dari ku.

Tiga puluh menit berlalu begitu saja. Jaya masih saja belum kembali. Aku dengan ponsel ditangan tak henti henti menghubungi nya, seperti dia yang juga tak tersentuh untuk menghubungi ku kembali.
Khawatir mulai merasuki hati ku, ada apa dengan Jaya ?
Dia pergi dan hanya meminta ku menunggu, tanpa penjelasan yang lain.
Drama dikepala ku mulai membentuk episodenya sendiri, kenapa Jaya tiba tiba meninggalkan ku tanpa kejelasan seperti ini. Kecemasan yang entah dari mana munculnya semakin terbentuk nyata setelah ketukan di kaca mobil mengejutkan ku.

" gue yang nyetir " tiba-tiba saja retno duduk di kemudi mobil

" wait, kenapa lo bisa ada disini ?dan Jaya mana ?? "

" Jaya ada keperluan mendesak, dia suruh gue bawa lo pulang, lo gak tau jalan kan ? " jelas Retno tanpa melihat ku dan langsung mengemudikan mobil.

Aku diam saja, tapi jantung didalam dada ku berdetak dua kali lipat dari seharusnya. Jaya,meninggalkan ku untuk kesekian kalinya. Aku diam saja tanpa bertanya apa apa lagi pada Retno yang terlihat tak seperti biasa. Jaya hilang dari pandangan ku. Ku alihkan mata ku menembus jendela kaca mobil, sepanjang jalan godean sudah mulai sepi pengendara, keperluan mendadak apa yang membuat Jaya meninggalkan ku begitu saja tanpa memberi tahu apa apa. Kenapa dia bisa menghubungi Retno sementara mengabaikan panggilan ku.

Braga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang