Nash

12 2 0
                                    

Dalam pergelutan hati pada akhirnya aku bisa tertidur semalam setelah disusul Retno tak lama setelah aku masuk kamar.

Dan pagi ini agendaku menemui maharani dan berkeliling jogja tanpa Retno dan Jaya.

" maaf aku cuma bisa antar kamu, nanti kalau tenaganya udah habis buat keliling jogja, telpon aku biar aku jemput " goda Jaya

" iya love.. kamu kerja yang bener biar proyek nya deal. " ucapku dengan senyum terbaik ku untuk Jaya pagi ini.

Dia balas senyum menatapku.

" kembalilah jadi Arimbi yang dulu "
Ucapnya pelan sambil menggenggam jemari ku.

" Arimbi yang sekarang akan lebih baik dari Arimbi yang dulu " aku balas menepuk jemarinya.

" yaudah kamu berangkat, jangan suka telat kalau bikin janji " ucapku lagi

Jaya menatap ku dalam, jemarinya merapikan anak rambut ku yang sedikit berantakan.
 
"Love..., " panggilnya

" ya..? "

Aku menatap Jaya, ada sesuatu yang mengganjal dihatinya yang bisa ku tebak dengan sendirinya.
Aku menarik nafas mencoba menengahi apa yang sedang Jaya pikirkan
Aku menangkup kedua pipinya, ku kecup keningnya

Heiiii.... apa yang ku lakukan ?

Entahlah, pagi ini aku begitu menyayangi pria ini. Mata teduhnya selalu terasa menenangkanku.

" kamu jangan terlalu banyak pikiran, apalagi ikut terbebani dengan masalah ku. Tugas kamu sekarang cuma fokus biar proyek yang disini deal biar duitnya bisa ditabung buat masa depan " aku melapas rengkuhan tangan ku dan tersenyum

" kamu mau nikah sama aku ? " ucap Jaya spontan.

Aku tertawa sambil mengambil tas tangan ku yang ku letakkan di jok belakang mobil yang dikendarai Jaya.

" kapan kamu ngelamar aku ? "
Lirik ku sambil turun dari mobil.

" Love..." teriaknya

" bye... nanti jangan lupa jemput aku " balasku dan berlalu dari Jaya.

Aku berjalan menelusuri pelataran jalan malioboro, aku janjian dengan maharani di depan pasar beringharjo. Centra batiknya kota jogjakarta. Pedagang kain khas jogja ini berjejer rapi disepanjang pinggir bangunan. Tak ada ketakutan atau kecanggungan berjalan sendiri dikota pelajar ini. Masyarakatnya yang ramah memberi rasa aman pada ku. Entahlah karena apa.

Aku mengecek notifikasi di ponsel ku, belum ada kabar dari Maharani. Aku memang datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan karena Jaya memaksa ku untuk pergi bersamanya.

" mbak mbi...! " teriak suara dari depan ku. Maharani.
Aku tersenyum

" mbak udah lama ya ? "

Maharani menyalami ku, disusul oleh sosok pria disamping ku.

Pria bermata danau disumatera sana.
Entah namanya siapa.

" maaf ya mbak, mas ku ga ngijinin aku pergi sendiri " ucap maharani cengengesan pada ku. Aku tersenyym kikuk melirik pria yang berada dekatnya.

" mbak udah lama ? " tanya Maharani lagi.

" belum kok, baru lima menitan "

" oia kenalkan mbak mas ku " kulihat maharani melirik pada pria disampingnya. Ku ulurkan tangan ku pada pria itu.

" Arimbi "

" Nash "

Laki-laki bermata danau disumatera itu bernama Nash, Nash ? Just Nash ?
Beberapa hari yang lalu aku masih membenci orang ini akan ketidak sopanannya dalam menilai sesuatu yang tak diketahuinya. Hari ini, tidak akan terjadi drama dalam novel kebanyakan. Aku dan Maharani akan jalan-jalan keliling jogja dengan pengawasannya.

Braga LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang