Part 8

1.9K 91 3
                                    

Tumpukan buku itu jatuh menimpa Jalal,  dan mengenai hidung Jalal , ujung  buku yang lancip melukai hidungnya hingga wmengeluarkan darah.
 “ Aauchh,,,” hanya itu yang keluar dari mulut Jalal, ia memegang hidungnya yang sudah berlumuran darah, Jodha sangat terkejut dan segera berlari mengambil kotak P3K yang ada diruangan sebelahnya. Ia segera menghentikan perdarahan dari hidung jalal, membersihkan lukanya, dan menutupnya dengan plester yang ia gunting agak kecil. 
Terakhir membersihkan sisa darah ditangan Jalal. Tidak ada percakapan selama melakukan itu. Hanya maaf yang terucap dari mulut Jodha sambil membereskan bukunya yang berserakan di lantai. Jalal segera membungkuk membantunya sambil pandangannya tak lepas dari Jodha, Jodha memandangnya  sekilas.
 Mereka pun berdiri . Jodha sudah akan berlalu ketika jalal menahannya “ Jodha maukah kau keruangan kerjaku sebentar ?” Jodha berfikir sebentar dan mengangguk lalu melangkah mengikuti Jalal yang berjalan lebih dulu. Baru kali ini Jodha masuk ke ruangan kerja Jalal, isi ruangannya lebih mirip perpustakaan dengan interior yang super mewah. Jodha mendengar dari Ibu Hameeda , Jalal betah berlama-lama di ruang kerjanya itu. Ia juga melakukan sebagian pekerjaan kantornya di rumah, melakukan tele conference dengan rekanan bisnisnya, mengawasi pergerakan saham, dan memantau bisnisnya yang ada di beberapa kota di luar negri. Berbagai alat elektonik tersedia di mejanya, da nada sebuah TV Flat besar yang menempel di tembok. Bahkan ada sebuah minibar tempat Jalal meletakkan minuman teh, kopi, dan sejenisnya beserta gelas-gelasnya.
 Ada juga minuman ringan yang tertata rapi dilemari pendingin yang tembus pandang. Jalal mengambil minuman cola dalam lemari pendingin dan menawarkan satu pada Jodha, Jodha mengangguk dan mengambilnya. Ditengah ruangannya terdapat sofa dan disanalah Jalal duduk . Jodha meletakkan buku-bukunya diatas meja dan duduk di sofa di depan Jalal. Jalal meminum colanya lalu berkata “ Jodha , ada hal penting yang perlu aku bicarakan dan memerlukan persetujuan mu.” Jodha menjawab “ Baiklah Tuan, hal penting apa yang ingin anda bicarakan ?” Jalal tertawa sebentar, “ Jodha pertama-tama aku ingin kau menghapus panggilan Tuan dari kosakatamu, please, untukku itu sangat formal, kau bukan pelayan atau salah satu pekerjaku, bisakan ?” Jodha bingung sesaat lalu menjawab “ Baiklah.”

Jalal melanjutkan “ Jodha, Maukah kau menjadi Ibu bagi Ladly ? Ibu dalam arti yang sebenarnya ?” Pertanyaan Jalal barusan begitu tiba-tiba, apakah ini artinya ia melamarku, sebuah lamaran?, Mengapa hal demikian bisa terlintas di fikirannya ? bukan saja ia pria yang kaku dan angkuh, ternyata ia juga pria yang tidak romantis. Jodha berfikir keras ketika sebuah terguran menyadarkannya “ Jodha, apa pendapatmu ?” Setengah gugup Jodha lalu menjawab “ Tapi bagaimana mungkin aku,,,aku bisa menikah dengan,,dengan mu?” Jalal terkejut dan bingung, lalu ia tertawa sangat keras “ Menikah ? Hahaha….Jodha kau tidak berfikir bahwa aku akan menikah denganmu kan ? Apa yang membuatmu berfikir seperti itu ? Ya Tuhan ,,Apakah karena aku melihatmu menangis malam itu , lalu memeluk dan menciummu? “ Jodha tersipu malu sesaat tapi ia juga marah dengan pertanyaan Jalal barusan, lalu kenapa ia menciumnya malam itu ,~ iya kenapa ~, Jerit hatinya kemudian. Jodha penasaran dan balik bertanya “ Lalu mengapa kau lakukan ?” Jodha dengan berani bertanya dan menatap lurus ke a rah Jalal, Jalal berdiri menghindari tatapan Jodha, ia menuju foto besar di belakangnya, foto dirinya, Ladly dan Ibunya Hameeda. “ Sejujurnya aku tidak tahu apa yang membuatku melakukan itu padamu Jodha, yang kutahu kau butuh seseorang untuk menenangkanmu saat itu, dan karena kau merasa sendirian di negeri ini maka aku sangat kasihan padamu, tapi yang terjadi setelah itu aku sungguh tidak tahu apa yang membuatku begitu.” Jalal berhenti sejenak dan berbalik kea rah Jodha “ Tapi itu bukan menjadi alasan kau berfikir bahwa aku akan menikahimu , bukan ? Aku tahu batasanku Jodha. “ Jalal kembali menuju tempat duduknya tadi. Jodha yang yang tidak tahu harus berkata apa kemudian menunduk menyadari kesimpulannya yang terlalu cepat, pipinya merona merah menahan malu ~Hayy Rabba ,semoga dia tidak melihat wajahku yang sekarang pasti sudah memerah karena malu.~ Jalal yang menatapnya mau tak mau tertawa juga “ Hahaha,,Kau lucu sekali kalau kau tersipu malu seperti itu, pipimu seperti tomat,” Jalal jadi teringat ketika pertama kali dulu ia bertemu Jodha, ia sangat galak, beringas bahkan menggigitnya seperti macan betina.Jodha berkata dengan judesnya “ Apanya yang lucu ? Kau tidak bisa menganggap hal-hal seperti itu adalah hal yang lucu Tuan.” Mata Jodha mendelik marah, sementara  Jalal masih tersenyum dan menahan senyum dengan meletakkan tangan dimulutnya.lalu melanjutkan “ Jadi apa Jawabanmu, kau belum menjawab pertanyaanku tadi ?” Jodha kesal lalu menjawab,” Tidak ada yang harus kujawab sejak pertanyaanmu hanya pertanyaan bodoh , Tuan.” Jodha berdiri  dan segera melangkah dari sana, Jalal menahannya “ Sudah kubilang jangan memanggilku Tuan kalau kau mengatakannya sekali saja maka aku akan menciummu lagi seperti malam itu.” Jodha kaget dan mundur beberapa langkah....

“ Sudah kubilang jangan memanggilku Tuan kalau kau mengatakannya sekali saja maka aku akan menciummu lagi seperti malam itu.” Jodha kaget dan mundur beberapa langkah.“ Jadi apa maumu ? “ Tantangnya kemudian. Jalal mempersilahkan Jodha duduk kembali. Ia tertawa geli dalam hati , menemukan apa yang bisa menjadi senjatanya menghadapi Jodha. Sambil terus menatap Jodha yang saat itu menatapnya juga, Jalal melanjutkan “ Aku ingin kau menjadi Ibu asuh untuk Ladly, agar ia merasakan mempunyai seorang Ibu lagi, aku tau ini tak mudah bagimu, tapi itu tidak akan merubah statusmu sebagai lajang, kau bebas menentukan seperti apa hubunganmu nantinya dengan Ladly saat kau menikah, tapi untuk saat ini , aku mohon tinggallah disini sebagai Ibu Asuh Ladly. “ Jalal berhenti sebentar memperhatikan raut muka Jodha, ia melanjutkan “ Tentu karena tujuanmu ke Negri ini adalah untuk bekerja maka kita akan membuat perjanjian dan kau akan menerima imbalan berupa uang, dan tolong jangan  salah faham, jangan menganggap ini sebagai gaji, karena kalau kau menerimanya anggaplah ini sebagai ungkapan rasa terima kasihku padamu.” Jalal menyelesaikan kalimat terakhirnya dalam
satu tarikan nafas. Jodha menjadi sangat kebingungan ia benar-benar tidak tahu akan menjawab apa. Pertama pernyataan Jalal yang seolah-olah ‘melamar’nya , lalu barusan ia mengatakan untuk menjadi Ibu asuh bagi Ladly, Ohh orang ini benar-benar tahu bagaimana caranya mendominasi orang dan membuat perintahnya sulit untuk di bantah. Jalal menunggu jawaban Jodha, “ Lalu kalau aku menolak ?” Kata Jodha , Jalal segera menjawab “ kalau begitu kau akan ku kembalikan pada agen TKI yang mengurus perjalananmu kemari. “ Kata Jalal serius, Jodha mengepalkan tangannya dan memicingkan matanya memandang Jalal , lalu menjawab “ Kalau begitu , aku tidak punya pilihan lain, Tuan.” Tiba-tiba Jodha menyadari kesalahannya dan segera berdiri menghindar, karena bersamaan dengan itu Jalal sudah akan berdiri menuju Jodha.Jodha berlari mengelilingi Sofa dan jalal hanya berdiri tertawa sambil satu tangannya memegang pinggang dan satunya memegang dagu. “ Woo, Nona Jodha kau melakukan kesalahan lagiii,,,” Jodha menjawab cepat,,” Baiklah,,,Baiklah buatlah perjanjiannya dan aku akan melihatnya dulu nanti malam.” Jodha cepat-cepat berlalu dari ruang kerja Jalal. Jalal tersenyum melihat tingkah Jodha, sebelum senyumnya benar-benar hilang, Jodha sudah kembali masuk dan ngeloyor mengambil buku-bukunya, namun ketika ia sudah berbalik dan melangkah , ia membalikkan badannya lagi dan mengambil kaleng cola yang belum habis diteguknya tadi dan berlalu cepat-cepat dari sana. Jalal hanya memandangnya dan tertawa tertahan. ~ Ia benar-benar lucu ketika ia tersipu malu, tingkahnya menjadi aneh dan tidak terkontrol~ Jalal menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai bergegas ke kantor, ia benar-benar sudah kesiangan.
Dalam perjalanannya menuju kantor Jalal masih membayangkan kejadian tadi, ia kembali tersenyum. Pada supirnya ia mengatakan untuk singgah dulu di kantor pengacara, ia membutuhkan rekomendasi tentang apa yang harus disusunnya untuk perjanjiannya dengan Jodha. Kepada Ibunya Hameeda Jalal menelfonnya dan juga menceritakan hal ini. Hameeda menyerahkan semua yang terbaik untuk Ladly pada Jalal, asalkan Jodha tidak merasa terpaksa.

Coz You're The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang