Return to Kyoto

1.9K 181 14
                                    

Tulisan miring : Flashback

Tulisan tebal : Percakapan di Telepon

Kuroko no Basuke (C) Tadatoshi Fujimaki

Story (C) Kiku Yoshimura

Jika Readers adalah Fujoshi/Fudanshi atau sekedar AkaKuro shippers silakan mampir kemari.

Jika Readers tidak suka atau malah benci yaoi silakan klik tombol 'back'

Enjoy

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

#Pukul 8.00 P.M#

Akashi menggenggam erat tangan Kuroko. Sudah 5 hari Kuroko koma. Dia koma sejak tanggal 13 Desember, dan sekarang sudah tanggal 18 Desember. Akashi terus memperhatikan alat monitor jantung yang sejak Kuroko koma terus mendeteksi detak jantung Kuroko. Ia tak ingin monitor tersebut menunjukkan garis lurus.

'Kumohon, Tetsuya... Bukalah matamu...'batin Akashi.

KRIIIIIIIIIING

KRIIIIIIIIIING

Akashi menggeram ketika mendengar dering ponselnya. Ia merogoh sakunya dan menghela napas kasar begitu kontak yang bernama 'Ayah' meneleponnya.

'Kenapa kau harus menelepon sekarang, Ayah...?!'batin Akashi kesal.

Akashi menggeser slide hijau di layar touchscreen-nya dan menempelkan ponselnya di telinga kanannya untuk memulai pembicaraan.

"Ya?"

"Seijuurou, aku ingin kau pulang ke Kyoto. Dimana kau sekarang?"

"Aku sedang berada di Tokyo. Ada keperluan apa?"Akashi menahan emosinya untuk meledak saat ini juga.

"Nanti juga kau tahu setibanya kau disini."

Akashi menghela napas dalam hati dan menyumpah-serampahi sang ayah nun jauh di sana.

'Awas saja, Ayah...'

"Baiklah. Aku segera ke sana."

Akashi memutuskan sambungan sebelum bersiap-siap menuju Kyoto. Ia memakai jaket dengan hoodie berwarna merah, memasukkan ponselnya ke saku jaket, mengambil dompet, dan berjalan keluar kamar. Di koridor, ia bertemu dengan seorang perawat berambut hitam dengan poni belah tengah sedang membawa rekam medik.

"Perawat?"

"Ya?"

"Bisa saya titip pasien di kamar ICU nomor 417?"

"Oh, boleh boleh."

"Ini nomor ponsel saya. Jika ada apa-apa, hubungi saja saya lewat nomor yang ini."

"Baiklah, Pak..."

"Sei. Nama saya Sei."

"Baiklah, Pak Sei. Akan kami hubungi begitu ada perkembangan terbaru dari pasiennya ya."

"Terimakasih."


Akashi berjalan keluar dan segera memasuki lift. Ternyata di lift ia bertemu seseorang.

"Lho, Akashicchi?"

Akashi mendongak ke Kise yang memanggilnya. Beruntung mereka hanya berdua di lift, kalau tidak penyamaran Akashi akan terbongkar. Bisa gawat kalau Akashi ketahuan berada di Rumah Sakit Sanada.

"Kise ya. Kau habis dari mana?"

"Dari lantai 8, ssu. Akashicchi sendiri mau kemana?"

"Ada keperluan tiba-tiba ke Kyoto."

Heart RateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang