CHAPTER 4

732 51 11
                                    







Kafetaria tampak seperti biasa; bising, ramai, juga penuh lalu lalang mahasiswa yang hendak mengisi perut atau hanya sekedar berkumpul dengan teman satu angkatan juga bersenda gurau dengan teman satu klub. Aneka menu makanan mengisi penuh piring berwarna perak di atas meja sebagian pengunjung. Samantha memang termasuk karakteristik gadis yang memerlukan pemikiran sepuluh kali untuk menimbang apakah ia akan pergi ke kafetaria atau hanya sekedar membaca beberapa materi di luar kelas, mengubur diri dalam-dalam di perpustakaan. Kali ini dengan berat hati ia menerima tawaran Kate untuk pergi bersama ke kafetaria, Kate mengatakan pada Samantha bahwa dirinya memang butuh penyegaran di luar tumpukan bahan materi untuk semester akhir kekasihnya—Louis.

Selain itu, meninggalkan Samantha sendirian sama saja memberi celah untuk Zayn agak masuk ke dalam lingkaran menguntungkan. Gadis mungil berambut coklat gelap itu berjalan beriringan dengan Kate memasuki kafetaria. Wajahnya tidak henti menyisir setiap sudut ruangan, kalau-kalau ada seseorang yang mengenalnya. Kate menggenggam tangan Samantha dengan penuh perlindungan. Oh demi Tuhan...

Samantha duduk menggeser kursi besi yang menyusup di bawah meja dengan nampan berisi beberapa menu makanan yang terbilang ringan, Kate duduk di sebelah Sam sembari mengulurkan kepalanya panjang-panjang ke setiap sudut. Bisa ditebak apa yang dia cari –Louis. Beberapa pria yang membentuk kelompok di satu sisi terlihat sibuk membicarakan permainan poker, dan sedikit berkelas membicaran pertandingan futsal antara WSU dan musuh bebuyutannya, Stanford.

"kau mencarinya? Kufpkir kalian sedang bertengkar." Samantha menangkap tatapan mencari dari manik abu-abu di mata Kate dan memutuskan untuk menghujani beberapa ejekan, ya... anggap saja beberapa menu sebelum makan siang. Kate yang sadar langsung tergeragap menatap tumpukan sandwich berisi beef yang berwarna merah gelap di atas nampan piring di hadapannya. Samantha memiringkan wajahnya dan menarik seulas senyuman menghardik geli.

"aku tidak mencarinya, aku hanya—"

"jangan pernah membohongi perasaanmu sendiri Kate, jelas sekali kalian terlihat saling jatuh cinta. Kau hanya terlalu egois dengan selalu mementingkanku." Samantha kembali menarik bibir tipisnya menyuguhkan senyuman hangat laksana tetesan air bening diatas tanah gersang. Kate menggigit bibirnya, sadar bahwa sekarang sisi kuat dari diri Samantha memang benar. Kate memang amat menyayangi Samantha dan juga membenci Zayn, tapi hal ini tidak harus membuatnya jauh dari Louis kan? Mungkin beberapa orang bodoh mengatakan 'sahabat adalah segalanya, dan cinta hanya tipu daya belaka. Maka pilihlah sahabat dibanding cinta'. Samantha memberikan tanda silang yang amat sangat besar di atas ukiran kata itu. Menurutnya, walau bagaimanapun orang bijak mengambil keputusan seperti itu, namun di sisi lain tetap saja hatinya akan sakit jika harus meninggalkan orang yang ia cintai, terlebih orang itu sudah teramat dalam meninggalkan jutaan kenangan di dalam benak kita.

"kau benar. Aku memang sedang mencarinya." Dengus Kate masam. Kate yang periang dan ambisius digantikan oleh Kate yang terlihat kesepian dan sedih. Oh cmon. Kate hanya manusia biasa, dia mencintai Louis. Tidak seharusnya mereka bertengkar begitu hebatnya hanya karena tidak ingin sahabat dari pacarnya mengencani sahabat sekaligus saudaranya; Samantha. "dia pasti akan kembali menghubungimu" jelas Samantha mengelus halus punggung tangan yang terlipat mengepal didepan nampan dengan seraut bimbang.

"lagipula, kumohon padamu Kate, apapun yang Zayn lakukan jangan pernah salahkan Louis, kau hanya perlu percaya padaku bahwa aku ahli dalam ilmu bela diri, kau ingat aku memenangkan banyak sekali medali emas?"

OBSTACLES (REUPLOAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang