CHAPTER 14

121 7 2
                                    

Di sebuah cafe di depan apartemen yang ia tinggali sendiri; hanya seorang diri, ia singgahi setelah sekian lama kaki besarnya menelusuri jalanan Washington yang dipenuhi buliran bening salju. Hawa dingin kian merajam di penghujung musim dingin menjelang bulan Maret, karena tidak mau mengambil resiko melanjutkan jalan-jalan sekedar menghirup udara segar di tengah badai. Jalanan tampak lengang karena cuaca memang sedang tidak bersahabat hari ini, Liam melepas kaca mata hitamnya dan menggantungkannya di kerah kaos yang dibungkus dengan mantel bulu tebal, bukan jas Tom Ford yang biasa ia kenakan yang membuat dirinya digilai banyak gadis.

"terimakasih." Ucapnya saat seorang pelayan muda meletakkan segelas latte di atas mejanya. Dibanding Zayn dan Harry, Liam memang yang paling tahu bagaimana caranya menghargai orang lain.

Lena Shannon. Yang tidak Liam ketahui bahwa gadis itu bukanlah Lena, dia adalah Mena. Semenjak kepergiannya yang mendadak itu, tidak pernah sekalipun mereka berdua bertemu. Tapi yang menjadi satu pertanyaan adalah ada apa gerangan Lena berada di prom night semalam? Liam berpikir mungkin gadis itu datang bersama salah satu mahasiswa dari WSU, tapi siapa? Liam sudah sedikit bisa melupakan kenangan mereka yang sudah lama itu, tapi melihatnya kembali membuat usahanya selama ini sia-sia saja. Namun begitu, rasa bahagia dan lega yang melimpah mendominasi rasa penasaran yang sangat besar itu, seketika itu juga semangatnya kian menggebu-gebu, semangat hidup yang sudah lama mati dan terkubur dalam hingga ke lapisan kerak bumi, bola mata itu, lingkaran kehangatan yang sudah ia rindukan sejak lama. Liam terpekur di depan latte nya saat mengingat kejadian tadi malam.

"Liam?" ada perubahan intonasi yang diberikan Lena, tapi Liam mengabaikannya. Harusnya ia langsung marah bertanya kemana saja selama ini ia pergi? Kenapa mengabaikan teleponnya? Kenapa pula menghilang seperti ditelan bumi?

"hey, aku terkejut melihatmu disini. Bagaimana kabarmu?" ujar Liam, terkejut bukan main.

"aku bersama seseorang." Rasanya seperti ada bom yang meledak di dalam kepalanya. Liam disulut amarah ketika gadis itu mengatakannya. Ingin sekali rasanya menghujani Lena dengan pertanyaan yang panjang, memakinya dengan banyak sekali hujatan. Oh bagus, jadi sekarang kau sudah bersama pria lain sementara aku kau biarkan sendirian mencarimu kemana-mana. Tapi Liam diam. Kemarahan masih menggerogoti hatinya bahkan sampai sekarang saat ia hanya mengingat-ingat kejadian itu. Ia menatap latte panas dihadapannya dengan tatapan bermusuhan.

Sudut mata coklatnya menangkap pergerakan seseorang yang berjalan ke arahnya. Sadar, pria itu berbalik dan tepat beberapa langkah dari posisinya duduk, tengah berdiri seorang gadis yang diam beberapa langkah darinya, Liam memicing, alis tebalnya ditarik membentuk cekungan tajam, mengamati baik-baik gadis yang sepertinya pernah ia temui. Sementara itu, gadis itu hanya diam menggigit bibirnya. Ah ya! Liam sekarang mengenal siapa gadis itu. Tidak salah lagi dari caranya menatap dan kengerian yang terkadang muncul di wajahnya...

"sedang apa kau disini? Membuntutiku?" suara pria itu terdengar dingin namun kental dengan sindiran telak merasa terganggu, jelas aja ia terganggu, gadis yang ada di hadapannya sama sekali bukanlah gadis yang menghuni otaknya. Dia hanya gadis tukang rusuh yang suka sekali menghancurkan moodnya.

"aku..." sial! Kenapa justru gadis itu gugup? Bukankah sudah sejak setengah jam yang lalu ia memperhatikan Liam dari kursi yang ada di sudut ruangan? Ia datang lebih dahulu dan terkejut saat melihat Liam masuk. Saat itu, hatinya memang berpikir untuk mendatanginya atau tidak, tapi keberanian itu muncul hanya beberapa saat yang lalu, kali ini ia merasa menyesal telah mendatanginya. Oh Violet berharap lantai menelannya detik ini juga. Violet masih diam, Liam menaikkan satu alisnya skeptis.

"ah ya aku tahu sekarang, kau ingin aku menciummu seperti semalam?" seketika gadis itu melotot tidak percaya atas apa yang diucapkan Liam, matanya yang bulat nyaris melompat ke lantai.

OBSTACLES (REUPLOAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang