CHAPTER 13

85 6 0
                                    

Matahari memang sedang malu untuk sekedar hadir menyapa bumi, gadis itupun sama halnya dengan matahari, matanya enggan untuk terbuka walau sedikit, bisa dimaklumi karena ia baru pulang dari acara prom night sekitar lima jam yang lalu. Dan sialnya, ia dan Zayn begitu sulit menemukan dimana Louis dan Kate berada, hingga akhirnya mereka bertemu dengan Louis dan pria itu menyerahkan kunci maseratinya kepada Zayn. Anehnya, ekspresi Louis jelas terlihat pasif dan tidak perduli dengan cibiran yang dianggap lucu oleh Zayn mengenai apa yang dilakukan Louis dan Kate.

Samantha bangun dan berdiri di atas kedua kakinya, dengan susah payah menahan kantuk yang menyerang pagi ini, weker dengan corak bola sabun di sisi tempat tidurnya menunjukkan pukul sembilan empat puluh lima, gadis itu meraih gordin kamar dan membukanya lebar-lebar, kemudian melakukan sedikit peregangan agar ototnya tidak kaku lantas menuju kamar mandi di dalam kamar yang baru semalam telah selesai diperbaiki oleh teknisi asrama.

Terdiam. Sejenak gadis itu memperhatikan refleksi dirinya dari pantulan cermin besar yang ada di kamar mandi berukuran sedang dengan satu bath up berwarna putih marmer, tangan kecilnya diletakkan di pinggiran westafel dan mulai memperhatikan rona di wajahnya lekat-lekat, mengingat kembali bahwa semalam adalah malam yang indah, sejujurnya ia merutuki dirinya sendiri karena selama hampir empat tahun dia berada di Washington State University, semalam untuk pertama kalinya ia merasakan kebahagiaan yang terasa untuk seumur hidupnya, yang selama ini ia habiskan dengan bersembunyi dibalik buku-buku tebal dengan tumpukan debu yang tidak kalah tebal. Sungguh tragis, memang. Mungkin saja jiwa Samantha asli selama ini terkubur begitu dalam akibat peristiwa yang menimpanya beberapa tahun itu? Entahlah.

Setelah melepas helaian kain yang membalut tubuhnya, gadis itu menceburkan dirinya ke dalam bath up. Pikirannya berantakan, beberapa diantaranya berpusat kepada dua lelaki itu. Dua lelaki yang entah dengan cara yang seperti apa dapat membuat hatinya mendadak bingung. Ketika acara nyaris selesai, Jason kembali mengajaknya ke tengah lantai untuk berdansa terakhir kalinya, bisa ia lihat dengan jelas bagaimana ekspresi tidak nyaman dari Zayn, gerakan tidak nyaman yang dibuat oleh kedua kakinya saat tangan panjang Jason berada di pinggang Samantha. Satu hal lagi yang membuat Samantha terkejut, yaitu saat seorang wanita mendatangi mereka dan mengajak Zayn berdansa, lelaki itu menolaknya. Oh, itu sungguh suatu keajaiban yang langka bukan? Mungkin Samantha harus sering-sering membuatnya tidak nyaman agar pria itu bersikap sedikit normal. Ide yang bagus. Tapi Zayn yang begitu, sangat tidak normal.

Kembali ke masalah Jason, dansa terakhir itu cukup memberinya kesan, Jason mengatakan cintanya untuk yang kedua kalinya dalam semalam. Bukan tidak mungkin hal itu membuat Samantha bergidik ngeri, bukan, bukan keraguan agar cinta yang sepertinya tulus diucapkan oleh Jason, melainkan tentang ucapan Zayn yang sepertinya masih menggantung dan tidak ada yang tahu akan kebenarannya, tidak ada salahnya kan jika ia harus menyelidiki kebenarannya dulu? Jika benar Jason adalah pria brengsek seperti yang dikatakan Zayn, maka gadis itu harus segera meninggalkannya sebelum ada perasaan aneh yang menghinggapi hatinya.

Pukul sepuluh tiga puluh.

Ya Tuhan... hampir saja ia lupa bahwa siang ini Jason akan menemuinya di asrama. Sesegera mungkin ia membilas tubuhnya yang penuh busa di bawah pancuran. Kehangatan airnya dibiarkan meluncur ke sekujur tubuhnya.

***

Zayn bangun jauh lebih pagi dari biasanya, dugaannya memang benar dan akan selalu benar. Mengenai Jason, usai dansa beberapa menit mereka yang terakhir semalam yang tentu saja terasa ratusan tahun bagi pria yang dibakar api cemburu, ia mendengar Jason berujar;

"Sam, jangan lupakan soal nanti siang." Persetan dengan kencan percobaan sialan itu. kemudian Zayn melompat saat ingat Kate tidak ada di asrama, sama seperti sepupunya Louis. Bagaimana jika Jason... jika pria itu... Jason, ah ya Tuhan bahkan Zayn sama sekali tidak ingin pikirannya menyelesaikan kalimat ambigunya itu.

OBSTACLES (REUPLOAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang