CHAPTER 17

182 11 0
                                    

Hening membentang saat keduanya berjalan dari tempat parkir menuju asrama. Meaghan benar-benar sudah gila. Gadis itu bersikeras ingin keluar dari team yang telah membesarkan namanya di dunia balap—bahkan sudah bersatu sejak pertama kali terbentuk. Ia berencana ingin pindah ke team yang sudah menjadi musuh bebuyutan anggota geng motor Zayn, bukan tidak mungkin gadis itu punya niat busuk ingin membeberkan apa saja yang menjadi kelemahan Zayn di dalam sirkuit. Bisa dipahami jika Meaghan merasa sakit hati karena kedekatan Zayn dengan Samantha, tapi bisakah ia memikirkan orang lain juga? Dalam satu team setidaknya ada sekitar lima orang lain yang butuh makan dari penghasilan menjadi kru. Brandon akan sangat marah jika tahu Meaghan keluar begitu saja.

"kau tidak ingin masuk ke dalam?" tawar Samantha melihat Zayn hanya diam di atas ducati, helmnya masih terpasang. Kemudian Zayn menoleh, pria itu seolah baru dibangunkan dari tidurnya.

"oh, lain kali saja Sammie. Ada urusan penting yang harus kuselesaikan." Jawab Zayn. Biasanya Zayn akan dengan senang hati mau mengikuti Samantha ke asrama, tapi kali ini pria itu agak berbeda. Samantha mengangguk maklum, matanya sekilas melirik pada noda lipstik yang tercetak di kerah dan leher Zayn. Warnanya merah harlot, seperti yang tadi ia lihat di bibir Meaghan. Hatinya teriris, perih. Tapi ia memilih untuk menelan ludah dan berkedip pura-pura tidak menyadarinya. Meaghan masih berusaha mendapatkannya. Samantha yakin bukan Zayn yang ingin mencium Meaghan, gadis itu pasti yang melakukannya tapi Zayn menolaknya. Ya. Itu pasti. Deru motor membuatnya menjumbul kaget, ducati melesak menjauhi lapangan parkir menuju jalan raya. Ia terkejut bahwa Zayn meninggalkannya begitu saja, sikapnya sangat dingin semenjak pertemuannya dengan Meaghan beberapa saat yang lalu. Inikah salah satu dari sekian banyak resiko yang harus ia terima? Samantha berbalik menuju asrama, dilihatnya beberapa gadis berjalan menyebar dari jendela yang ia yakin semula mereka ada di sana mengintip Samantha dan Zayn. Bagus, kalian lihat betapa hancurnya Samantha barusan?

***

Keesokan harinya, Samantha duduk di kafetaria sendirian, tidak bersama Zayn. Dari pesan singkat yang ia dapatkan beberapa menit yang lalu Zayn mengatakan ada diskusi rutin yang dilakukan bersama rekan bandnya, Liam dan Harry juga Simon. Selain itu, kemungkinan besar ia tidak bisa datang ke kampus karena harus menemui Brandon yakni salah satu kru dari kelompok Zayn pada setiap pertandingan balap motor. Resiko lain yang harus ia terima. Zayn mungkin ingin berubah, tapi bukan berarti harus seratus delapan puluh derajat berbeda dari aslinya, toh selama ini Samantha merasa nyaman berpacaran dengan Zayn seorang musisi dan pembalap. Asap rokok membuat gadis itu terbatuk beberapa kali, setidaknya Zayn yang perokok berat tidak pernah menyalakan rokoknya saat berada di sekitar Samantha. Gadis itu memutar kepalanya untuk memperhatikan beraneka ragam kesibukan yang dibangun di dalam aula kafetaria ini, pemandangan yang sangat wajar dimana beberapa pria masuk bersama seorang gadis berpakaian seksi di sampingnya, saling berciuman mesra, bahkan tangan sang pria sesekali menelusup masuk ke dalam kaos ketat sang wanita, Samantha kembali menelaah pemandangan lainnya, masih tetap sama, di beberapa sudut terdapat sepasang manusia yang saling jatuh cinta berpelukan seperti tak bertemu bertahun-tahun.

Samantha menggelengkan kepalanya, tidak pernah sedikitpun terbersit dalam kepalanya untuk menjadi salah satu dari mereka. Dia berasal dari keluarga yang taat, Niall pasti akan sangat marah jika tahu adiknya bau asap rokok, kakaknya akan dengan senang hati memberikan mata kuliah tambahan tentang bahaya merokok. Gadis itu menggigit bibirnya, oh andai saja Niall bersamanya hingga sekarang saat ia sudah duduk di tahun terakhir kuliahnya.

Selain Niall, kakek dan neneknya juga mengajarkan mereka untuk tidak terjerumus ke dalam dosa besar yang akan membawanya langsung ke neraka, mereka selalu meyakinkan Samantha bahwa dia adalah gadis kecil yang suci, tidak boleh masuk ke dalam dunia yang seperti itu, Niall menerapkan pola kehidupan saling membantu dan melindungi. Sementara ia merenung sambil menundukkan kepala memikirkan kilas balik kehidupan dan kerinduannya pada Niall, seorang gadis dengan bibir penuh polesan lipstick merah gelap datang, menggeser kursi di depan Samantha yang sedang terduduk diam, membuat gadis itu mendongak melihat siapa yang baru datang, semula ia berpikir ia adalah Zayn. Oh Meaghan.

OBSTACLES (REUPLOAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang