CHAPTER 11

110 9 1
                                    

Ini cuma reupload dari cerita di FB gue yang lama, jadi bakal cepet uploadnya:)

enjoy!



Violet menelan ludah dengan susah payah, rasanya seperti ada batu besar yang tersangkut di tenggorokannya, dasar bodoh! sekarang ia akan kena batunya. Liam kini duduk tegak di kursinya, ok mungkin Liam bukan pemabuk yang Violet perkirakan sebelumnya—tidak terlalu, tapi mata hazel itu justru menampilkan kesedihan yang sangat dalam, tidak kentara bahwa Liam sedang berusaha bersikap normal. Karena jujur saja mendengar ocehan Violet sungguh membuat telinganya sakit, Violet memiliki suara cempreng yang sama seperti decitan mikrofon yang baru menyala. Manusia macam apa dengan suara sejelek itu? Liam sebal. Dia pikir bisa pergi begitu saja setelah membuat Liam naik pitam? Violet masih tak bersuara, gadis itu diam menggenggam tangan Gilbert, sementara Gilbert masih berlindung di lengan Violet. Liam hanya menoleh tanpa ekspresi, wajah tampannya mampu membuat jantung Violet melompat ke lantai tapi selain itu juga mengintimidasi, gadis itu menggigit bibirnya saat iris menawan itu memicing, alisnya dimainkan, bibirnya mengerucut berpikir seraya memperhatikan Violet dari ujung rambut hingga ujung kaki. Violet yang tadinya sangat cerewet sekarang hanya bisa diam memainkan ujung gaunnya karena gugup.

"kenapa kau diam? Ayo mengoceh lagi!"ucap Liam skeptis, wajahnya menyiratkan sindiran yang begitu tajam, tanpa perduli bahwa sekarang Violet benar-benar gugup.

"maaf jika aku mengganggumu, aku hanya ingin menemanimu..."

"kau dengar, bukan, dari pertama aku sudah mengatakannya padamu?"

"baiklah, maaf"

"maaf? Suaramu saja membuat kupingku sakit kau tahu?"dalam sejenak, Liam kembali berpikir, terbersit niat untuk memberi pelajaran gadis aneh kurang sopan ini, hitung-hitung melampiaskan kebosanan. Well... Liam memang agak jail kalau urusan seperti ini. Siapa sangka, dibalik sikapnya yang murung dan terkesan anti sosial, ia juga pria yang menyenangkan.

"kemari, mendekat." itu bukan permintaan sama sekali, kalimat itu adalah perintah. Violet mendongakkan kepalanya terkejut. Sejenak Violet dan Gilbert tampak bersipandang.

"selain cerewet, kau juga tuli, ya?"

"maaf namaku Violet."

"aku tidak perduli siapa namamu, kemari. Cepat!" perintah Liam membuat Violet merasakan sedikit penyesalan karena telah berani mendatanginya. Mungkin ia harus memilih waktu yang lain untuk memberanikan diri mendekati Liam, yang jelas sama sekali bukan sekarang. Gilbert memberi remasan cukup kuat pada kaitan jemari mereka, Violet menoleh ke arahnya untuk meminta dukungan moril. Liam menyadari kehadiran Gilbert, untuk apa gadis ini kemari bersama pacarnya? Liam memiringkan kepalanya ke samping, tidak begitu yakin bahwa tujuan Violet kemari adalah sama seperti wanita penggoda lain yang ingin menemaninya semalam suntuk, bergelayut manja di bahunya, juga menyentuh seluruh bisepnya. Jika diperhatikan dari wajah dan tubuh gadis ini, Liam akan menyarankan pada Violet untuk segera pulang ke rumah, minum susu dan cuci kaki untuk pergi tidur, oh man... dia hanya gadis remaja yang tersesat dalam sebuah pesta berbahaya.

"hey tuli!" sindiran Liam yang keras dan tajam itu tak dipungkiri menarik perhatian beberapa orang yang sedang berlalu lalang.

"sudah kubilang, aku punya nama. Namaku Violet" ujar Violet, berusaha sekuat tenaga agar terdengar cukup galak, walau tidak berhasil, suaranya tetap saja terdengar bergetar. Suara cempreng itu membuat Liam semakin bersemangat untuk menggoda gadis ini. Dia akan menjadi mainan yang menyenangkan untuk malam ini. Itu sudah pasti. Pertama-tama mungkin ia harus menyingkirkan pacar gadis itu dulu. Permainan dimulai, Liam menarik ujung bibirnya melukis seulas senyum jail, terlebih melihat ekspresi ketakutan dari raut Violet membuatnya semakin berada di atas awan.

OBSTACLES (REUPLOAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang