Chapter 9

934 79 2
                                    

Jieun: Heyeon~~ kau kenapa tak masuk?

Mina: ya jelas sakit lah, jieun...

Mina: get well soon heyeon!

Seungcheol: Masih pusing?

Seungcheol: Aku kerumah sekarang, ya

*

Sedang sakit gini, eomma justru pergi entah kemana. Aku tiduran seharian dikamar. Panasku sudah turun, artinya? Besok aku bisa ikut trip! Yes!

ting tong

Aku bangkit dan berjalan menuju pintu depan, lalu membuka pintu.

"annyeong," ujar Seungcheol.

"kau sendiri?" tanyaku.

"yaa... ini untukmu," ia memberikan sebungkus.. makanan.

"makasih.." aku menerima makanan tersebut.

"rumahmu kosong?" ia mengintip ke dalam.

"eomma pergi entah kemana.." aku mendengus. "masuk saja," aku mempersilahkannya.

Kami duduk di sofa ruang tengah.

"ya, Heyeon,"

"ne?"

"appamu kemana?" tanya Seungcheol.

Aku terdiam.

"kalau kau tak mau menjawab, tak apa sih,"

Aku mengangkat alis. "aku percaya padamu, jadi aku akan cerita,"

"aku akan mendengarkan,"

"saat umurku em.. 8? Ya sekitar segitu, eomma dan appaku bercerai. Aku ikut appa saat itu. Namun, suatu hari appa membawa seorang wanita dan anak-anaknya kerumah. Aku merasa tak nyaman. Jadi.. aku pergi ke eomma yang saat itu sedang mengandung Hayeon," jelasku. "aku tidak sedih akan masa laluku. Aku kesal kenapa mereka harus seperti ini. Saling berteriak didepan anak yang berumur dibawah 10 tahun. Membuat kepribadianku berubah. Aku menjadi tak peduli sekitar, peringkatku turun, cuek, dan cenderung pembangkang seperti ayah. Eomma yang kukenal sebagai wanita yang lembut, penyayang, dan ceria berubah menjadi sosok yang sering menangis, sering mencoba bunuh diri, dan gampang marah. Appa yang dulunya baik, menyayangi keluarga, menjadi kasar, sering membanting barang dan berteriak. Aku benci semua." aku memeluk bantal.

Seungcheol menatapku.

"maaf, tak seharusnya aku bertanya, ya?"

"tak apa, aku lelah memendam itu semua. Hanya kau, Jieun, dan Mina yang tahu masalahku," aku menghela nafas. "baru-baru ini aku dengar dari eomma, appa telah meninggal, terjangkit HIV," mataku mulai berkaca-kaca. "aku..belum..melakukan apa-apa kepada appa. Ak-aku ingin berbicara pada a-appa sekali lagi." air mata mulai menetes dari mataku.

"yah, jangan menangis lah.." Seungcheol menghapus air mataku, lalu menyenderkan kepalaku ke bahunya.

Bukanya mereda, air mataku makin banyak keluar. Paboya, kau lemah sekali Heyeon.

Seungcheol menarikku ke pelukannya. Aku menangis di dadanya. Mungkin bajunya basah... maaf Seungcheol..

Setelah sekitar... 15 menit aku menangis, Seungcheol melepas pelukannya.

"kau lupakan masa lalu mu, dan... eum.. apa ya.. aku tak pandai memberi solusi," ujar Seungcheol.

Aku tersenyum. "aku tak butuh solusi, kok. Aku hanya ingin kau mendengarkan ceritaku, itu saja juga cukup." aku melihat jam.

"sudah jam 5, kau tak pulang?" tanyaku.

"nanti dulu.." ujar Seungcheol. "ohiya, tadi di sekolah, Jieun dan Mina bertanya kepadaku mengapa kau tidak masuk. Mengapa mereka bertanya padaku?"

strange ✲ c.s.cTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang