BAB Empat Belas (Menghilang)

1.5K 59 3
                                    


BAB EMPAT BELAS

MENGHILANG

SEKELOMPOK orang yang tidak bisa dihitung jumlahnya, menari dengan jenis tarian yang sesuka mereka. Memamerkan segala sesuatu yang mereka pakai saat ini. Segelas minuman menemani beberapa dari mereka yang mulai merasa bosan dan jenuh. Lampu remang-remang sungguh tidak membantu mereka dalam penglihatan. Seperangkat alat tabuh, sebuah terompet kuning mengkilap dan piano yang dibiarkan tanpa pemain menghiasi suasana hanya dibagian depan ruangan saja.

Di sudut ruangan yang paling sedikit terkena cahaya, dia memutar-mutar gelas sodanya dan meminumnya sekali tegukan. Hiruk pikuk manusia yang ada di hadapannya tidak dapat menyadarkannya dari keterlamunan akan seseorang. Tatapannya kosong pada penari latar di depan.

Sebuah tepukan di pundak membuatnya kembali sadar.

"Rupanya anda disini."

Rio menoleh ke asal suara. Lelaki di belakangnya itu mendekat dan duduk di sampingnya. Memanggil waitress untuk membawakannya minuman. "Sudah lama disini?" tanyanya lagi.

"Darimana anda tahu, saya berada di sini?"

"Cakka yang menghubungi saya untuk menemui anda disini. Dia mengkhawatirkan anda, Rio."

Rio mengangkat alisnya sebelah. "Cakkane-kun mengkhawatirkanku? Apa aku tidak salah dengar?"

"Tidak. Dia memberitahukan saya tempat ini karena dia tahu anda kelihatan stress. Dia bahkan tahu kebiasaan anda kemari."

"Apa anda bersengkongkol dengan Cakkane-kun, Mr.Clariko?"

Riko tertawa lebar. "Ahaha! Saya? Kukira anda salah paham. Jika yang anda maksud bersengkongkol dalam hal bisnis, tentu saja iya."

Mata Rio menyipit. "Kukira anda bukan tipe orang yang suka ikut campur dalam urusan pribadi siapapun."

"Ya.. memang." Riko tersenyum ringan. "Sebuah kebetulan saya searah dengan tempat jalan ini ketika Cakka menghubungi saya. Alvin beberapa kali mencoba menghubungi anda beberapa jam yang lalu, tetapi saya kira anda menghiraukan panggilannya. Dan dia mencoba menghubungi Cakka, bahkan saya." Riko melirik i-phone Rio yang tergeletak bebas di samping gelas.

Rio sedikit risih dengan bahasa formal yang digunakan Mr. Clariko. Dia mengambil kembali gelas colanya dan meminumnya. Setetes soda jatuh mengalir melewati jakunnya.

"Tumben Alvin mencariku?"

"Entahlah.. coba anda cek sendiri pesan di handphone anda."

Rio mengambil dengan malas i-phonenya. Beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan muncul di layar. Rio membacanya dengan seksama.

From: Alvince el Frans (07.00 PM)

Rio bisakah kita bertemu sekarang di Secredes? ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu.

From Alvince el Frans (07.12 PM)

Rio aku benar-benar ingin menanyakan sesuatu sekarang.

From: Alvince el Frans (07.15 PM)

Tidak bisakah kau mengangkat panggilanku sebentar? aku tidak bisa membicarakan hal ini lewat pesan.

From: Alvince el Frans (07.16 PM)

Sialan kau Rio!

Rio men-scroll layar kebawah dan masih ada dua atau tiga pesan lagi yang isinya sama. Dia tersenyum miring membayangkan betapa frustasinya Alvin menunggu dirinya sekarang. Tidak biasanya Alvin dengan enteng menyumpah lewat pesan. Mungkinkah memang ada hal yang benar-benar penting sampai Alvin menghubunginya?

SECREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang