Bab Tujuh Belas (Sebuah Kecupan)

1.3K 65 11
                                    

Happy reading!


BAB TUJUH BELAS

Sebuah Kecupan


DIA mengusap kedua matanya yang masih merah. Sesekali dia menguap lebar. Pria di depannya benar-benar membuatnya bingung. Alvince yang dia kenal tidak pernah meminta bantuannya sama sekali jika bukan sesuatu yang mendesak.

"Bantuan seperti apa yang kau maksud?"

"Apakah kau bisa menyelidiki wanita ini lebih lanjut?"

Alvince menyerahkan selembar foto yang dia ambil secara diam-diam dengan tangan gemetar. Lawan bicaranya terdiam lama. Tubuhnya langsung tersadar sepenuhnya.

"Dia.." akhirnya dia mulai mengeluarkan suara.

"Ya.. Dia bos."

Alvince menatap ujung sepatunya saat manusia di depannya menatapnya tajam seakan menahan marah.

"Sejak kapan kau punya fotonya?"

"Baru-baru ini. Tapi.. bukan itu yang ingin aku bahas. Apakah kakek selama ini tidak menceritakan tentangnya sedikitpun padamu?"

"Aku hanya sekedar tau saja," ujarnya dengan kedua mata semakin menyipit.

"Apakah kau bisa mengikutinya?"

"Sudah kulakukan."

"A-apa? Sejak kapan kakak melakukannya? Apakah perintah dari kakek?"

"Haruskan aku mengatakannya padamu? Adik kecil?"

"Ya sudahlah.. jika kakak memang tidak ingin membahasnya. Aku hanya butuh dia ada yang mengawasi selama aku mengurus perusahaan."

Mereka berdua terdiam di depan pintu apartemen.

Alvince memikirkan alasan kakaknya mau melakukan tugas yang tidak berguna untuknya, kakak angkatnya yang dia kenal adalah wanita yang mempunyai prinsip tidak akan menghabiskan tenaganya barang sedetikpun hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Lalu.. apakah yang dia lakukan sekarang adalah sesuatu yang menguntungkan untuknya? Keuntungan apakah itu? atau.. apakah kakek yang menyuruhnya?

Alvince terkejut saat suara decitan pintu terdengar disertai ajakan untuk masuk ke apartemen.

"Kau tidak mau masuk?"

"Ah.. iya. iya." Alvince mengangguk cepat.

"Tumben? Mengapa kau tidak pulang dan mengistirahatkan diri?"

"Kau mengusirku?"

"Bukannya aku mengusirmu, tapi aku tahu seberapa berat aktifitas yang kau lakukan setiap harinya." Wanita di depannya mengalihkan pandangan kearah sepasang jendela di sampingnya.

"Apakah kau.. masih takut, emm.. maksudku.. trauma dengan hujan?"

Alvince tanpa sadar mengikuti arah pandang kakaknya. Hujan di luar semakin deras disertai petir yang beberapa kali terdengar. Hawa dingin langsung menguar di ruangan, sehingga mau tidak mau wanita di depannya beranjak pergi dan menyiapkan secangkir teh seperti yang biasa mereka lakukan dulu saat di rumah.

Dia sengaja tidak mau memaksa ingatannya. Alvince bersandar di ujung lemari tua dan mengundang memori itu untuk mendatanginya. Dia memajukan tubuhnya dan berdiri menjauhi lemari. Tapi memori lama itu memaksanya untuk mengingat kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SECREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang