Bab Enam Belas (Penguntit)

1.3K 47 2
                                    

Part ini lebih pendek dari biasanya karena ide lagi buntu banget. no edit


happy reading!


BAB ENAM BELAS

Penguntit


PERPUSTAKAAN Bibliotheque Nationale de France yang didirikan pada tahun 1461 merupakan ruang baca umum tertua di Paris. Rak-rak elegannya dipenuhi lebih dari empat belas juta buku publikasi dan lima ribu manuskrip Yunani, termasuk buku langka edisi folio Shakespeare dan partitur musik yang dicetak tangan oleh Bach, Mozart, Beethoven, Schubert, dan Wagner. Selain itu, perpustakaan juga memamerkan artefak-artefak lama setiap mata memandang.

Namun, harta karun perpustakaan yang menjadi favoritnya adalah sesuatu yang jarang dilirik para penggemar buku, dan Lyssa bersyukur mengenai itu.

Seseorang pernah mengatakan padanya, dulu sekali, bahwa sebuah buku dapat menciptakan ilusi, seandainya dilihat dari perspektif yang tepat dan pada akhirnya akan menghasilkan dua sudut pandang. Kau mempercayai isi buku itu, atau tidak. Hanya itu. Dan Lyssa kali ini memilih untuk mempercayainya.

Lyssa membelai sampul buku usang yang telah dibacanya berkali-kali. Dia membuka buku itu, menutup mata, dan dalam sekian detik Lyssa langsung merobek selembar yang dia pilih acak. Dia membuka mata. Kumpulan huruf yang tertulis dengan mesin ketik manual itu begitu rapi, namun mulai rusak. Bisa terlihat dari belas kecoklatan di ujung lembaran dan sobekan kecil dimana-mana.

Dengan wajah datar, dia dengan santai memasukkan sobekan kertas itu ke saku celananya. Lyssa meletakkan buku itu kembali dan berjalan keluar melewati alat detektor.

Semuanya normal seperti biasa. Lyssa tersenyum miring dan melenggang pergi.

Sekali lagi, dia lolos dari alat bodoh itu.

Dia menuruni anak tangga dengan santai. Menghiraukan tatapan ingin tahu dari beberapa pria yang melewatinya dan dua pasang mata gadis remaja yang meliriknya tajam di samping.

Matanya sedikit tersilaukan dengan cahaya matahari yang sudah berada di atas kepala. Dia buru-buru memasangkan kacamatanya.

Dia melirik jam tangannya. Rasanya jam berjalan semakin lama. Alvince tidak lagi menghubunginya akhir-akhir ini. Entah bagaimana dengan keadaan perusahaannya, semoga pria itu kewalahan dan tidak sempat menghubunginya kembali. Tiba-tiba Lyssa teringat ucapan Mr.Clariko sebelum laki-laki itu berdiri pamit.

"Mereka berdua mencari anda."

Lyssa mengernyit. "Maksud anda siapa?"

"Anda pasti tahu siapa."

"Alvince dan Rional," gumam Lyssa geram.

Mr.Clariko meletakkan beberapa dollar di meja dan berdiri diikuti Lyssa. "Kalau begitu, saya pergi dulu. Ada beberapa hal yang harus saya bereskan. Terima kasih atas waktunya."

Laki-laki itu menunduk padanya dan berbalik. Lyssa mengernyit saat melihat laki-laki itu berhenti melangkah dan berbalik menatapnya.

"Sebaiknya, jangan percayai siapapun," ucap Mr.Clariko tersenyum misterius dan kembali berbalik menjauh.

"Ya. Tidak boleh percaya pada siapapun," gumam Lyssa miris dan melangkah perlahan menyeberangi zebracross.


SECREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang