Akhirnya sampai juga disekolah. Aku yakin aku bisa menghibur diri disini. Dan aku juga penasaran apa yang akan dilakukan Destri dan Asta lakukan didepan mataku. Akankah kejutan kali ini lebih menarik? Mm, aku sudah tidak sabar.
Suasana sekolah sudah cukup ramai. Aku masuk kelas. Ooh shit! Kenapa harus Asta yang pertama kali aku lihat saat baru saja aku memijakan kaki dikelas.
Sadar Del, ini adalah tempat pertama kalian kenalan.
Baik. Aku melangkahkan kaki melewati tempat duduk Asta. Degdegdeg. Jantungku berdegup cepat. Aku dapat melihat dari ujung mataku bahwa ia sedang melihatku sekarang.
Ah masa bodo dengannya!
"Adeeeell!!!!" Pekik Hani dan Seyra. Ah mereka selalu seperti itu tiap pagi.
Tapi kembali lagi seperti kata ku tadi, "pagi ini berbeda". Kali ini Destri tidak ikut meneriakkan namaku.
"Apaan? Pagi-pagi udah bikin kuping gue budeg aja lo pada."
"Ini adalah info terbaru dari seorang Destri Mahardika" kata Seyra yang memang suka menggosip.
Mendengar nama itu membuatku menoleh kearah Asta.
"Kenapa sama Destri? Trus sekarang dia dimana?"
"Dia putus sama Asta! Dia belum dateng, biasalah dia kan ngaret sukanya." Jelas Hani.
"Ha? Mereka putus? Demi apa lo? Mereka kan pacaran baru bentar, udah main putus aja."
Apalagi alasan dibalik ini semua?!? Jangan membuatku bertanya-tanya (lagi) , kawan..!
Aku yakin saat ini pasti Destri sedang bersedih. Betapa teganya Asta jika benar-benar dia yang menyakiti. Tak cukupkah dia menyakitiku? Arrgh, cinta benar-benar telalu rumit.
Aku berjalan kearah Asta. Aku benar-benar ingin marah padanya.
"Asta,!"
Asta yang sedang asyik bermain gitar bersama Reza dan yang lain pun sontak kaget dan menautkan kedua alisnya seakan memberi pertanyaan "kenapa?"
"Gue mau ngomong sama lo! Se ka rang!" Aku menekankan setiap suku kata pada kata terakhir itu. Dia langsung berdiri dan mengikuti langkah kakiku. Aku membawanya ke rooftop sekolah yang selama ini sering aku dan Asta gunakan jika merasa bosan ditaman maupun dikantin pada saat jam kosong.
"Apa alasan lo putus sama Destri? Destri itu sayang sama lo. Jangan pernah nyakitin dia As. Lo bakalan nyesel! Lo masih kurang puas nyakitin gue?! Ha?" Nafasku memburu. Aku memukuli dada bidangnya. Aku diam menunggu jawaban darinya.
"Gue putus sama Destri karena gamau persahabatan lo rusak, Del. Gue mau lu, gue maupun Destri bersahabat. Bukan kaya gini."
"Kalo kaya gini caranya sama aja gue yang rusak hubungan orang, As. Gue tau lo sama Destri itu sama-sama suka! Biarin gue ngubur rasa gue buat lo dalem dalem As.!"
"Lo salah Del."
Entah sejak kapan Destri ada disini. Ya, itu adalah Destri.
"Lo salah. Bukan lo yang ngerusak hubungan orang. Melainkan gue. Gue yang dateng bikin persahabatan kalian berdua kaya gini." Destri menatap kami nanar.
"Gue mau lu sama Asta balik kaya dulu, Del." Lanjutnya.
Aku hanya terdiam. Menatap kearah Asta. Entah kenapa aku sangat lemah jika berada didepan Asta. Air mataku selalu tidak dapat aku bendung. Aku benci keadaan ini. Asta memelukku.
"Gue sayang sama lo, Del. Jangan pernah berubah sama gue. Gue juga gamau kehilangan lo."
Aku semakin terisak. Aku bahagia saat ini. Benar-benar bahagia.
"Gue juga sayang sama lo, As. Sayang banget. Maaf kalo gue punya rasa lebih sama lo dan akhirnya malah kaya gini. Gue janji bakal ngehapus rasa ini perlahan" kataku masih dalam pelukannya.
Aku melepaskan pelukannya. Mataku mencari sosok Destri, tapi aku tidak menemukannya lagi disini. Asta memegang kedua pundakku. Menatapku lekat. Mata itu selalu membuatku merasa nyaman dan hangat.
"Jangan pernah hapus perasaan lo ke gua, Del. Kita gatau kedepannya kaya gimana. Kalo Tuhan men-takdir-kan kita buat lebih dari sahabat apa boleh buat?" Katanya dengan tersenyum.
"Bbeeuuhh! Ngarep lo!" Jawabku dengan menepuk pundaknya.
"Hahahaha. Dasar bocah tengil" Katanya sembari mengusap-usap puncak kepalaku.
"Aaaa dasar rese! Berantakan kan rambut guaaa!!" Kataku kemudian mengerucutkan bibir.
Dia mengulangi lagi namun kemudian dia lari.
Oh, Asta sialan!
"Astaaaaa!!!!"
-END
____________________________________Aku pikir persahabatan antara pria dan wanita akan hancur ketika salah satunya jatuh cinta. Ternyata tidak. Aku bahagia untuk itu.
-Adelia Putri Anantha
*******************************************
Aku pikir wanita dan pria tidak ditakdirkan untuk bersahabat setelah "kejadian" itu. Ternyata indah jika kita bisa menerima satu sama lain. Aku menyayangimu, sahabat.
-Asta Praba Pramudita
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Gimana endingnya? Gadapet feel-nya yaa? Maapin eyke :( masih belajar juga soalnya :) mohon comment nya ya :*
Makasih buat yang udah baca ({})
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship And This Feeling
Teen FictionKetika aku jatuh cinta pada sahabatku sendiri. Terkesan wajar, namun terasa menyayat hati.