Takut

2.8K 134 0
                                    

Kau bagai kejora malamku
Menerangi dalam setiap gelapku
Kau bagai mentari pagiku
Memberi warna setelah gelap malam menerpaku

-Adelia Putri Anantha
____________________________________

Adelia POV

Aku termenung dibalkon kamarku. Ku lipat kedua kaki dan menyenderkan kepalaku dipintu balkon. Ku pandangi bintang dan bulan itu. Aku teringat pada sosok Asta yang 'biasanya' selalu menemaniku.

Aku merindukanmu, Asta.

Ddrrtt... ddrrttt....

Hapeku bergetar. Aku segera mengambilnya dari saku celana.

Demi apa? Asta menelponku?

"Ya, Asta?"

"............."

"Mau ngomongin apaan emang?"

"............."

"Huuu dasar. Iye selaw napa bang hehehe"

Ia mematikan telponnya. Untuk apa dia kemari? Lalu dia mau membicarakan perihal apa lagi? Aku mulai tak karuan.

Aku bergegas menuruni tangga dan membukakan pintu untuk Asta.

"Masuk As, ngapain malem-malem kerumah? Bukannya ga ada pr ya? Atau lo mau nanyain tentang tugas?"

Aku menyuruhnya duduk. Dia duduk tepat didepanku. Dia memandangku lekat. Tapi tatapan itu tidak bisa ku artikan. Tidak biasanya dia seperti ini.

"Heeh Astaaa! Ko lu ngeliatin gue-nya gitu amat sih?! Serem tau ga.." Aku melipat kedua tanganku didepan dada.

Aku terpaksa terlihat baik-baik saja didepannya. Aku tak mau jika dia tahu perasaanku yang sebenarnya.

"Del, gua mau nanya tentang perasaan lo ke gua."

Deg.

Aku terkejut. Apa maksutnya? Jadi dia kesini hanya untuk menanyakan itu? Oh aku sungguh muak dengan pertanyaan seperti itu. Sungguh menohok hati.

"Maksut lo?" Tanyaku padanya pura-pura tidak mengerti arah bicara Asta.

"Gue mohon lo jujur ke gue. Didepan mata gue. Ya walaupun gue udah denger waktu lo ngomong berdua sama Destri ditaman sekolah tadi siang."

Ha? Dia mendengar semuanya? Kenapa aku tak sadar jika ada orang lain ditaman? Setahu-ku hanya ada aku dan Destri disana.

"Terus? Lo mau kejujuran apa lagi As? Bukannya udah cukup?"

"Kenapa , Del? Kenapa lo harus punya rasa ke gua? Bukannya kita janji kita bakal sahabatan selamanya? Kenapa lo ingkari itu Adel?"

"Asta! Perasaan gua gabisa dipaksa. Kalo Tuhan ngasih gua rasa buat lo apa boleh buat? Gua juga gamau ingkari janji kita. Tapiii..."

Aku terdiam. Setelah aku mencerna kata-kata Asta tadi, seolah-olah Asta menyalahkan perasaanku. Apa aku tidak boleh menjatuhkan perasaanku padamu? Apa itu suatu hal yang salah dimatamu?

"Tapi apa Del? Kenapa sih lo gamau jujur kalo lo suka sama gua waktu gue nanya lo baper ga sama gua? Gua kan bisa jaga jarak sama lo."

"Karna gua gamau kehilangan lo, As." Kataku lirih.

Aku tidak bisa membendung air mataku. Tetes demi tetes cairan bening itu membasahi pipi. Sungguh, aku takut kehilanganmu.

Friendship And This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang