16

416 53 13
                                    

Luke POV

Malam ini gue sukses menjadi godaan para bibi. Lihatlah mereka semua membanggakan gue sebagai keponakan tampan, padahal ada Jack dan Ben yang juga kakak-kakak gue yang tidak kalah tampannya. Keluarga besar gue sedang mengadakan acara makan malam untuk merayakan ulang tahun nenek yang ke 80. Sebagai anak yang memang jarang makan enak begini, ini termasuk rezeki tuhan yang sangat melimpah. Ya, memang pada kenyataannya gue jarang makan enak, gue selalu makan junk food yang sudah pasti tidak sehat.

"Kau akan melanjutkan kuliah kemana,Luke?" Tanya bibi Natalie (p.s semua nama bibi nya Luke gue ngarang. Sorry._.)

"Tidak tahu, aku berencana ke Inggris atau Indonesia"

"Jauh juga ya, memang kau sudah tau akan mengambil jurusan apa? Jangan sampai salah jurusan seperti Marcel ya" ucap bibi Verin sambil melirik ke arah Marcel anaknya yang kini malah memutar bola matanya.

"Aku tidak tau, belum memikirkan lagi pula"

"Pikirkan matang-matang sebelum kau nanti salah jurusan" ucap bibi Verin lagi dan menyindir Marcel kembali. Asal kalian tahu, Marcel sepupu gue yang hanya berbeda 3 tahun dengan gue itu sangat mencintai melukis dan yang berbau seni, tapi sekarang dia terdampar di jurusan Teknik Mesin dan bagusnya dia selalu mendapatkan IPK di atas 3,00 salah jurusan saja bisa bagus bagaimana dia mengikuti minatnya dan aku rasa bibi Verin sangat berlebihan sekali, padahal Marcel selalu mendapatkan yang terbaik.

Keluarga gue memang terbilang keluarga besar, banyak sepupu dan keponakan yang harus gue hafal belum lagi yang kecil-kecil, mereka semua wajahnya terlihat sama menurut gue. Di restoran mewah ini memang keluarga gue saja yang tampak ramai, berbeda dengan pengunjung lainnya yang hanya berdua, bertiga, berempat dan aku lihat tadi ada seorang bapak-bapak sedang makan malam sendirian.

Acara bincang-bincang ini begitu membosankan menurut gue, lebih banyak berceritanya dibandingkan acara makannya. Belum lagi nenek yang kini genap 80 tahun terlihat sangat enerjik sekali di kelilingi anak, menantu dan cucunya. Daripada membuang waktu, malam sabtu begini lebih baik aku putuskan bermain di rumah Michael, apalagi tadi sore dia sempat memberi tahu kalau dia punya video game terbaru.

Enak sekali si rambut cat tembok itu, Playstationnya tidak di sita oleh Mom-nya. Memang gue.

Sepertinya acara ini sudah selesai. Terlihat semua saudara-saudara juga Mom yang duduk di sebelah kanan dan Jack yang duduk di sebelah kiri gue sedang beranjak dari kursinya.

Saat sedang beranjak dari kursi dan ingin menyusul Mom, aku melihat sepasang kekasih yang aku temu di Starbucks tempo hari. Mereka sedang asik makan malam bersama. Si lelaki memakai blazzer abu-abu dengan kaus hitam dan si perempuan memakai gaun selutut berwarna senada. Ugh! Memandang mereka hanya membuatku kesal dan menjadi ingin menonjok wajah pria itu sekarang juga.

"Luke, kenapa kau diam saja disini? Apa lagi yang mengalihkan perhatianmu?"

"Ugh. Tidak ada Mom"

"Ayo pulang"

"Hm Mom pulang bersama Jack, Ben dan Dad saja bagaimana? Aku ada janji dengan Ashton, Michael dan Calum"

"Oh begitu? Yasudah kalau begitu, kalau kau memang nanti tidak pulang ke rumah atau pulang terlambat hubungi aku"

gue mengangguk dan setelahnya Mom meninggalkanku sendirian di samping meja makan keluarga besarku. Tumben sekali Mom kali ini mau mengizinkanku keluar larut seperti ini dan mengizinkan menginap pula.

Oh ya besok kan hari minggu, pantas Mom membolehkan menginap.

Aku mendial nomor Ashton dan langsung di angkat dengan si keriting itu.

Annoying Luke ft. Luke Hemmings ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang